Jangan tanyakan pada betrand berapa banyak musuh yang sudah dia musnahkan untuk melindungi gadis yang di cintainya, jangan tanyakan apa yang pernah dia lakukan untuk gadis yang di cintainya, semua sudah pernah dia lakukan.
Hanya satu hal yang membuat betrand mengurangi pergerakannya saat ini, yaitu melawan Jordan sahabat dirinya sekaligus suami dari sahabat yang sudah dia anggap sebagai saudara.
Berat rasanya betrand untuk melakukan ini semua, bergerak akan takut membuat sahabatnya kehilangan, diam pun tidak tidak mungkin karena gadis yang dia cintai Anneth dalam bahaya.
"Alf." Betrand melihat kearah Anneth.
"Kirim aku ketempat yang jauh, aku tidak ingin merumitkan hidupmu lagi." Betand langsung menatap Anneth tajam.
"Katakan sekali lagi."
"Aku ingin pergi, dan tidak ingin membuat kamu sulit kembali." Betrand menangkup kedua pipi Anneth dengan tangannya.
"Dengar." Ucap betrand sambil menatap Anneth dalam.
"Selama nafas ku, jantungku, ragaku, jiwaku, masih berfungsi tidak akan ku biarkan kamu dalam bahaya." Anneth menatap betrand berkaca-kaca.
"Kamu terlalu baik, aku terlalu berbahaya untuk kamu." Betrand menggelengkan kepalanya tidak setuju.
"Aku akan melindungi orang yang menjadi alasanku masih bertahan, yaitu kamu." Kiriman betrand menarik Anneth kedalam pelukannya.
"Ini janji ku Anneth, jika aku akan melindungi mu."
**
Jordan tersenyum licik mendapatkan ide bagus dari sekian ide yang pernah dia lakukan untuk mencelakai Anneth, mungkin ide ini cukup gila bahkan bisa memakan korban yang tidak bersalah.
Tetapi Jordan berharap bisa membuka jalan baginya untuk membuat Amir marah keluar dari persembunyiannya.
"Aku yakin si pecundang itu tidak akan bisa lagi bersbunyi." Ucap Jordan.
"Aku ingin mengulang penembakan dulu yang pernah dia lakukan pada keluargaku, di hadapan putrinya dan aku ingin melihat bagaimana hancurnya dia saat aku bunuh orang tuanya." Sorotan mata Jordan yang tajam menyiratkan rasa benci bercampur luka.
"Andai saja satu sahabatmu tidak kau bunuh, sudah ku bunuh kalian berdua." Lanjutnya.
Tok...tok...
"Sayang."
Jordan langsung berjengit, dia menyembunyikan sesuatu di belakang tubuhnya, segera berbalik untuk melihat kearah pintu.
"Kamu lagi ngapain?" Tanya Nayla masuk kedalam ruang kerja Jordan.
"I...ini, aku lagi ngerjain kerjaan aku. Kenapa? Butuh sesuatu." Nayla menggelengkan kepalanya dia duduk di sofa.
"Biasanya jam segini aku lagi jalan sama Anneth." Jordan tersenyum dia menyelipkan benda tersebut di saku belakangnya menghampiri Nayla yang merajuk.
"Yaudah, kita jalan sekarang."
"Emang kamu gak sibuk?" Tanya Nayla.
"Ya....kalau buat kamu engga dok."
"Yaudah, tapi violet dia lagi lest di bawah."
"Gimana kalau habis violet les baru kita jalan." Nayla mengangguk setuju.
Jordan tersenyum mengusap pucuk kepala Nayla dengan penuh kasih sayang.
**
"Bu bos."
Betrand berdiri di luar pintu rumah Anneth, menatap Dave yang memanggil-manggil Anneth untuk keluar.
"Ada apa lagi kamu kesini?"
"Nyari bos gue, minggir!" Kata Dave ingin masuk kedalam tapi jalannya terhalang oleh betrand.
"Dia tidak bisa di ganggu."
"Ckk! Belum jadi istri aja Lo udah kaya gini, gimana nanti pas udah nikah, bisa di kurung di sanggar emas dia."
"Pergi-"
"Dave." Betrand menoleh kebelakang.
Dave tersenyum akhirnya Anneth keluar dari rumah menghampiri dirinya yang berada di luar tidak bisa masuk.
"Bu bos, kapan bisa kantor lagi? Kasihan anak-anak butuh bimbingan Bu bos." Anneth melihat kearah betrand.
"Kau kan tangan kanannya, harusnya kamu bisa menanganinya, masalah sepele saja tidak mampu." Ucap betrand malah meremehkan Dave.
"Egois banget Lo jadi laki-laki, Lo bisa kelayapan sana sini, sedangkan Anneth Lo tahan di rumah."
"Jangan pernah ikut campur, kamu tidak tahu apa-apa." Ucap betrand menatap Dave tajam.
"Kita meeting lewat zoom saja." Kata Anneth pada Dave.
"Yang bener aja, yang ada nanti kariawan malah kelayapan, tidur, jalan-jalan gak jelas, tahu sendirilah Bu kalau zoom itu kaya gimana." Cerocos Dave.
"Tinggal suru on camera semua kariawan. Begitu saja kamu tidak bisa berpikir." Ucap betrand menatap sinis Dave.
"Ckk! Emang paling susah ngomong sama papan triplek." Decak Dave kesal lagi-lagi betrand selalu begitu.
"Bu bos saya pamit saja, terserah Bu bos lah mau gimana juga, toh itu perusahaan Bu bos."
"Lagi pula Anneth tidak membutuhkan perusahaan itu." Anneth langsung menatap tajam betrand.
"Iya deh yang udah kaya." Cibir Dave sambil berdiri.
"Bu bos jangan marah kalau besok kantor udah saya jual." Final Dave saking kesalnya.
"Nanti gue juga bakalan ke kantor, tapi gak sekarang." Kata Anneth.
"Gak usah Bu bos, kantornya besok saya jual." Sahut Dave meskipun tidak sungguhan tapi nada kesalnya itu seperti orang sungguhan.
Sambil berjalan keluar dari rumah Anneth, sudah datang membujuk masih saja tetap sama, padahal kan dia datang juga demi keperluan kantor bukan untuk hal apapun.
"Alf! Please, sebentar doang." Kata Anneth meminta permohonan.
"Tidak."
"Yaudah aku ke kantor pagi jam 9 udah pulang."
"Mau sampai jam 9 atau 11 malam juga tetap saja, orang yang ingin mencelai kamu itu tidak kenal waktu."
"Jam 9 siang Alf, bukan malam."
"Tetap saja." Anneth menggeram kesal tetap saja seperti itu.
Betrand menatap Anneth yang kesal padanya, tatapannya yang datar yang hanya bisa di lihat lebih dalam jika betrand menatapnya lain.
"Aku tidak akan pernah membiarkan orang lain mencelakai mu, jadi mengertilah." Ucap betrand lembut.
mohon maaf untuk part ini sedikit ya🙏🤗🌘✨
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Only You
FanficKelanjutan dari My Love Nona An Jika dulu kamu yang memperjuangkan aku, maka izinkan aku untuk memperjuangkan mu juga. Tolong! Jangan berubah disaat hati ini sudah menetapkan namamu, aku tidak mau ana nama yang lain lagi