BAGIAN : 48

17 1 0
                                    

Kerajaan Salaka Negara makin terkenal setelah dipegang oleh Wiro Sabrang yang suka nyamar menjadi rakyat kecil. Karena itulah Zui Shen sangat mendukung  dengan menyumbangkan kemampuannya untuk membela kerajaan. Seluruh murid dari perguruan Elang Putih diterima jadi tamtama oleh Wiro Sabrang. Ternyata Zui Shen masih keturunan Mongolia yang suka didatangi keluarganya dan kawannya dari daratan Mongol. Desa Kowloon. Penghasil minuman arak terbesar saat itu.

      Wiro  Sabrang sangat senang dengan kemajuan kerajaan Salaka Negara yang mulai memiliki banyak perguruan bela diri dan kumpulan pemuda sekte Bangau Putih. Sejak Wiro Sabrang sering blusukan sidak ke desa, tidak ada lagi rampok dan penjahar yang mengancam dan melakukan kejahatan di wilayah Salaka Negara. Namun tiba- tiba hari itu ia kedatangan tamu dari Singosari.

      Begawan Sentanu melarikan diri setelah Singosari diserang oleh kerajaan besar Mojopahit yang gabungan Mojosongo dan Mojolegi dari sungai Brantas.

      "Ampuun Raden, hamba  sudah tidak bisa bertahan di Singosari lagi"

     "Siapa raja yang menggempur Singosari?"

     "Pangeran Singoyudo bersama kekuatan baru pasukan dari Mojolegi."

      Hmm..pasti karena ia bisa menguasai keris pusaka Nogososro yang berbahaya itu. Itulah janji roh dari ratu pedang Muninggar yang senantiasa menggunakan perantara tubuh manusia yang berkuasa untuk melanjutkan rasa dendamnya kepada semua laki- laki.Muninggar yang haus akan balas dendam kepada pengkhianatan suaminya bisa melampiaskan dendamnya lewat manusia yang bersifat pembenci dan sirik. Seperti pangeran Singoyudo dan Singojati yang sejak bertemu dengan Wiro Sabrang sudah berniat jahat. Itu adalah turunan dari sifat ayahnya Kertanegara yang juga berambisi menjadi manusia terkuat.

     "Paman Sentanu tinggal disini saja dulu, bergabung dengan begawan Umbaran."

      "Sendika dawuh Raden "

     Acara pertarungan ini sudah dibuka oleh Wiro Sabrang untuk memilih calon tamtama dari perguruan Elang Putih dan Teratai Kuning. Jaka gedug yang sekarang memegang jabatan kepala barisan telah mengumumkan acara segera dilakukan. Sudah banyak pengunjung ketika kelompok perguruan dari bukit Macan Putih  bertabding melawan Elang Putih.

      "Jangan dikasih minum arak lho mpek Zui Shen" pesan Wiro Sabrang kepada dewa Mabuk. Karena dalam acara resmi, pertandingan tidak boleh meminum miras. Tapi kalau sajam boleh.

      "Baik tuan" aksen Zui Shen menghormati Wiro Sabrang. Orang desa sudah kenal siapa Zui Shen, sang dewa mabok yang suka dermawan dan pandai bela diri. Tapi dia suka mabok hingga disegani para begal yang suka mabok juga.

      "Murid dari Gunung Macan mekawan Teratai Kuning dimulai." kata Jaka Gedug. Iapun lalu memukul gong sekali.

      "Gonggg!!"
.
     Seorang pemuda masih remaja sudah pandai demo jurus Cakar macan. Lalu bertarung melawan pemuda dari Teratai kuning yang cukup berbakat.  Sekali gebrak saja remaja itu sudah berhasil merobohkan lawannya dari Teratai Kuning. Guru Teratai Kuning agak kaget ketika melihat anak Gunung Macan memainkan jurus Cakar Macan yang sangat hebat.

      " Hiiiaaattt!!"

      " Heo Hep heeeaaahh"

Kembali Teratai kuning disapu kakinya oleh serangan dari remaja Gunung Macan Putih. Kiriko si guru Teratai Kuning menaikkan alis mata sambil memberi kode kepada muridnya yang tak  jatuh lagi. Akhirnya pertarungan kembali dilanjutkan. Anak dari Teratai kuning gunakan tenaga dalam  saat bersalto sambil menendang kepala lawannya. Jurus Ular kuning.

      "Hiiiiaaaattt!!"
      " Gedebuk,!!"

     Sekali tendang tubuh murid dari gunung Macan Putih terbanting keras ke papan kayu alas panggung. Guru dari Gunung Macan curiga ada kiriman jimat dari guru Teratai Kuning. Karena muridnya yang semula jatuh terus itu jadi kuat ketika menyerang murid dari Gunung Macan.

     Namun tiba- tiba dua murid remaja itu diserang seorang pendekar  setengah umur dari luar arena.

     "Hiiiiaaaattt!!"

     Dua murid remaja itu jatuh dan terlempar keluar lapangan setelah disetang pukulan pendekar asing. Tentu saja hal itu membuat murka gurunya yang langsung melompat keatas panggung membalas dengan pukulan lebih keras. Tapi berbeda dengan Zui Shen yang tidak mau ikut emosi walau muridnya juga jatuh kena tendang.

      "Hiiiiaaaattt!!!"

       "Buk buk buk!!"

     Pukulan dan tendangan pendekar yang baru datang itu memang sangat keras hingga guru dari Gunung Macan terjungkal jatuh tak  bisa bangun karena tulang punggung patah.

      "Ayoo..semua maju melawan aku." kata pendekar itu sambil buka baju perlihatkan otot tubuhnya yang kekar dan kuat.

     Guru dari Bangau Putih ikut melompat terbakar emosi ke atas panggung. Ia kemudian mengerahkan tenaga dalam dan memukul dada pendekar itu lebih sepuluh kali.

      "Heeaaah buk buk buk!"

      "Ha ha ha ha..ayoh terus pukul sampai bosen." Sumbar pendekar itu sambil tertawa terbahak- bahak.

     "Hiiiiaaaahhhh!!"

    Kemudian pendekar itu membalasnya dengan pukulan yang sangat dahsyat ke dada guru Bangau Putih.

    "Brukk!!"

     Guru bela diri itu roboh sekali pukul dan dadanya terluka merah seperti gosong. Baru kali ini penonton terkejut melihat pukulan luar biasa dari seorang pendekar. Dan Zui Shen tudak suka membiarkan orang sombong seoerti pendekar itu. Ia dengan sekali melompar dan bersalto langsung berdiri di depan sinpendekar. Lalu ia minum miras yang dibawa sambil sempoyongan.

     "Hiiiiaaaaatttt"

     "Buk buk buk!!"

     "Aaaacckk!!"

      Pendekar sombong itu terkena tiga tendangan Zui Shen langsung roboh tak sadar. Wiro Sabrang tersenyum sambil tepuk tangan diikuti pengunjung yang ramai di luar pagar.

     Pendekar itupun diseret keluar panggung dan disembuhkan pingsannya oleh Wiro Sabrang. Hanya diusap wajahnya dengan telapak tangan dan dialiri hawa panas yang keluar dari telapak Wiro. Pendekar itu kembali sadar dan menyembah Wiro Sabrang.

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang