BAGIAN : 10.

51 4 0
                                    

"Aaaaaaccccckk!!"

Jeritan panjang menyayat hati itu keluar dari mulut Begawan Sentanu yang meregang nyawa setelah terbakar oleh bara api dari golok pusaka milik Wiro Sabrang.

Sedang Jatayu yang terpental oleh tenaganya sendiri yang berbalik arah karena Wiro Sabrang dengan cepat mengelak hingga lawannya terjungkal menghajar pilar tembok dalam istana.

"Brukk!!"

"Wiro!!" teriak Kertajaya panik setelah melihat maha Patihnya yang terkapar dengan tubuh yang lebam biru. Wiro Sabrang masih berdiri tanpa ekspresi wajah terkejut dengan teriakan dari Kertajaya karena seorang tamu meluncur dari atas langsung berdiri menghalangi pandangan matanya.

"Zjlegggkk!!"

"Brahma!!" gumam Wiro yang sangat kenal dengan sosok manusia setengah dewa itu telah datang menjemputnya. Seketika Wiro Sabrang berbalik menatap laki- laki gagah dengan mahkota bersulam emas di hadapannya.

"Wiro Sabrang! Tugasmu masih panjang. Kenapa engkau masih di tanah ini?"

Wiro Sabrang menyembah kepada dewa penguasa alam semesta sesembahan semua makhluk diatas bumi. Seketika itu juga Kertajaya dan semua orang yang berada dalam istana terdiam seribu kata. Brahma berjalan menghampiri begawan Sentanu yang tengah sekarat meregang nyawa dan merentangkan tangannya diatas tubuh begawan tua itu. Kemudian terlihat dari telapak tangan Dewa Brahma memancar sinar putih yang membias ke seluruh permukaan tubuh Sentanu.

Semua mata membulat melihat betapa Begawan Sentanu yang hendak datang ajal itu kembali bangun hidup dan sangat terkejut.

"Ampun hamba Gusti Brahma penguasa langit."

Ucapan itu terdengar bersamaan ketika Kertajaya bersimpuh di kaki Brahma yang tertutup oleh jubahnya yang panjang menyentuh lantai. Kertajaya dan sekalian pengawal merasa telah bersalah hingga memaksa Wiro Sabrang menyerahkan pusaka golok Setan kepada raja Singosari.

"Harusnya kalian berterima kasih kepada Wiro Sabrang yang telah mengusir raja iblis dari tanah Singosari." kata Brahma marah.

"Hamba yang salah sinuwun..." ucap Sentanu yang kembali bersujud mencium kaki Dewa Brahma.

"Engkau yang dituakan dalam istana ini seharusnya berkata yang bijak untuk mendinginkan hati rajamu."

"Ampun Gusti sinuwun."

" Hamba minta pusaka untuk keselamatan dan kewibawaan istana Singosari Kanjeng Gusti."

"Pusaka itu bukan minta aku, tapi engkau harus bertapa dan laku prihatin tapa Brata dan menyuruh tukang pande untuk membuatkan pusaka."

Wiro Sabrang hanya mendengar apa yang dikatakan dewa Brahma sungguh sangat benar. Karena pusaka adalah bentuk dari keyakinan dan teguh hati hingga menjadikan sebuah senjata menjadi bertuah. Seisi istana tidak terkecuali Sentanu tak kuasa membantah atau menentang dewa Brahma.

"Sudahlah, sekarang waktunya Wiro kuajak pergi dari tanah Singosari yang telah bebas dari kekuasaan raja Banaspati."

Berkata demikian Dewa Brahma sambil merangkul pundak Wiro Sabrang dan lenyap dari pandangan Kertajaya serta poggawa Singosari.

***

Dalam perjalanan menuju gunung Barat, Wiro Sabrang sangat terkejut ketika dewa Brahma yang merangkul pundaknya telah berubah wajah menjadi seorang pendekar yang gagah dengan janggut lebat dan rambut diikat seperti perempuan jaman dulu.

"Surogeni!!" pekik Wiro Sabrang sambil kembali merangkul dan memeluk lelaki itu.

"Bagaimana engkau tahu aku berada di tanah Singosari?"

"Alam semesta ini punya nyawa dan bisa bicara."

"Apa maksudmu kakang?"

"Bagaimana aku bisa melupakan kamu disaat bumi ini terasa hancur terbelah dan kita telah mati beku dibawah gunung es"

"Yah. Aku ingat itu, kemudian kita berpisah di dalam kawah neraka."

Kesulitan yang pernah Wiro Sabrang dan Surogeni alami dalam musibah yang dahsyat itu membuat persaudaraan kedua pendekar itu makin erat. Tentu berbeda kehidupan ketika Wiro larut terbawa arus laut yang dingin menuju laut Selatan dimana Antaboga menemukan dan mengangkatnya sebagai murid di dasar lautan. Sedang Surogeni hidup kembali setelah beku selama 500 tahun dan ditemukan dewa Badai Api yang hidup didasar gunung api Krakatau. Itulah sebabnya Surogeni bertubuh menyala seperti bara dan lahar panas yang dimuntahkan gunung api saat meletus.

"Peganglah tanganku Wiro. Tidak sepanas yang.kau lihat." kata Surogeni sambil mengulurkan tangan kepada Wiro sahabatnya. Wiro memegang dan mengusap tubuh menyala Surogeni. Tapi tangannya tidak merasa kepanasan karena Wiro Sabrang juga miliki ketahanan tubuh seperti setan. Toh mereka sebenarnya sudah mati kalau tidak diberi ijin dewa penguasa kehidupan alam.

"Bagaimana kamu bisa merubah ujud menjadi dewa Brahma?"

"Kalau tidak begitu, pasti kamu tidak bisa lepas dari tangan mereka karena kamu tidak bisa menghilangkan rasa iba dari hatimu."

"Glegerrrrrkkk.."

"Bluuuaaaaarrr!!"

Ledakan dahsyat itu mengejutkan kedua pendekar yang sedang mengingat masa lalu. Diatas langit terlihat cahaya terang dari mentaripun berubah menjadi gelap tertelan gumpalan awan hitam yang tiba-tiba datang.

Awan hitam yang memajang diatas cakrawala itu kemudian bergulung membentuk sosok makhluk yang sangat besar dan seram.

"Kobra Iblis" gumam Surogeni.

"Siapa itu kakang?"

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang