BAGIAN : 69

7 1 0
                                    

Wiro Sabrang baru sadar jika ia telah salah sangka kepada Suro Gendeng yang tampak seperti pemuda kampung yang culun, ternyata  seorang pendekar yang sangat mumpuni. Wiro Sabrang yang berniat  meligat bekas kerajaan Singosari yang telah runtuh, bertemu dengan Suro Gendeng yang telah menyelamatkan rakyat di kaki gunung Bromo.

      "Terima kasih kisanak, engkau telah selamatkan Singosari dari ancaman raja iblis."

      "Singosari?" tanya Suro Gendeng sambil memandang wajah Wiro.

        "Iya. Yang sekarang direbut raja iblis itu Singosari."

        "Bukan, Yang diduduki Calonarang adalah areal Kali Brantas, kakanda. Singosari sudah hancur lebur saat terjadi perang besar."

       Sejak kepergian Wiro Sabrang ke gunung Barat tanah Pasundan semua sudah berubah. Sebenarnya ia ingin melihat bekas Kraton itu, tapi Suro Gendeng sudah menjelaskan bila Singosari telah hancur. Wiro Sabrang heran kepada pendekar muda itu,kenapa mengetahui lebih banyak. Bukankah dia masih terlalu muda untuk pengalaman itu.

     "Kalau begitu, aku akan lihat dulu bekas istana Singosari itu Dimas. Sebenarnya aku masih turunan Gusti Kertajaya."

      "Oh.. aku juga akan melihat apakah raja iblis itu masih hidup atau sudah mati. Aku akan melihat kerajaan Mojopahit." kata Suro Gendeng.

      "Baiklah Dimas Suro, kita berpisah di desa ini, sampai jumpa di lain waktu." kata Wiro Sabrang sambil melompat dan lenyap diatas pepohonan.

***

      "Hati- hati kakang, ada iblis menunggu istana Singosari." bisik Batari Durga yang berada di dalam raga Wiro.

     Istana Singosari yang megah itu telah kosong selain para prajurit dan penjaga Beteng yang dikirim dari Mojopahit. Harusnya istana itu sudah tidak lagi berpenghuni kalau menurut cerita begawan Sentanu. Tapi bagaimana dengan cerita Suro Gendeng jika mungkin Calonarang tidak mati karena dia bukan manusia biasa.

      Benar kata Batari Durga jika istana itu masih ditunggui pasukan iblis. Baru saja Wiro Sabrang masuk ke dalam alun - alun sudah disambut oleh tiga orang yang mendadak sudah berdiri menghadang di depan Wiro.

      "Ha ha ha..kamu mau kemana hah? Mau cari mampus masuk alun- alun?"

      Wiro terdiam tidak menjawab ketika 3 prajurit siluman itu mulai mengacungkan pedang ke arah Wiro Sabrang.

      "Hiiiiaaaaaattt!!"

   Serangan yang mendadak itu jelas mengejutkan Wiro Sabrang yang mengira jika istana itu sudah kosong. Ternyata Singoyudo masih hidup dan berani menghadang langkahnya.

     "Wiro Sabrang, ngapain kamu datang lagi ke Singosari? Bukankah engkau tahu jika ahli waris istana ini adalah aku."

    "Dimana ayahanda Kertajaya?'

  .  "Apa urusanmu? Dia sudah kubunuh bersama ibu dan adikku"

      "Aku akan menuntut balas?!"

       "Menuntut balas siapa?'

       "Kematian ayahanda"

        "Ayahmu? Kamu tidak terlalu tahu jika itu hanya cerita Sentanu.Bohong!"

      Wiro Sabrang sudah tidak bisa membiarkan ulah Singoyudo yang kelewatan telah kemasukan iblis.

      "Bunuh saja Bangs*t ini"

      "Hiiiiaaaaatttt!!"

      Wiro Sabrang yang sudah mengelak dan menahan dengan golok Setan, akan tetapi Singoyudo seperti tidak menggubris. Golok setan yang ditebarkan Wiro Sabrang seperti menikam angin. Tubuh Singoyudo hanya bayangan saja. Wiro Sabrang mulai berpikir bahwa ketiga musuhnya adalah hanya bayangan atau roh saja.  Tapi pedang mereka sangat tajam dan cepat ketika membabat tubuh Wiro Sabrang.

      "Hiiiiaaaaatttt!!"

      "Crass Crass crass !!"

       Untung Batari Durga yang berada di dalam pusaka Golok Setan segera melompat memainkan pedang setannya yang tak mungkin terhindarkan oleh Singoyudo. Batari Durga yang sama - sama tak berujud dan tidak terlihat kasat mata tentu membuat Singoyudo dan kawan- kawannya kalang kabut.

      "Aku baru tahu jika engkau memiliki pendekar siluman. Sama dong, aku juga punya Nogososro" kata Singoyudo yang bangga mengacungkan keris Nogososro.

      "Muninggar!" gumam Wiro Sabrang ketika melihat keris di tangan Singoyudo.Pasti pendekar pedang itu merasa dendam kepada Wiro Sabrang yang sekarang diikuti Batari Durga.

      " Ya aku kangmas. Kenapa engkau menduakan aku, bukankah engkau telah kupilih kuikuti ketika engkau menemukanku di istana Lemah Putih?"

      "Tapi aku tetap ingin bersamamu, bukankah keris Nogososro adalah pusaka yang akan kuserahkan kepada ayahanda raja Singosari?"

      "Dusta! aku tidak mau berada dalam keris ini kalau tidak bersamamu" kata Muninggar yang dalam bayangan mengikuti gerakan tubuh Singoyudo. Laki- laki putra mahkota Kertajaya itu bergerak dan berkata liar seperti musuh dalam selimut saja menghadapi Wiro Sabrang. Jelas sekali kalau dikendalikan oleh rasa benci dan dendam karena cemburu kepada Wiro Sabrang yang ternyata memilih membawa Btari Durga di dalam golok pusakanya.

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang