BAGIAN : 42

16 0 0
                                    

Pertempuran yang amat dahsyat itu tidak terhalangi oleh para prajurit dan pengawal dari Daksaka, karena berada diatas langit yang makin lama makin gelap. Kemudian ledakan dahsyat itu kembali terdengar saat ular naga raksasa berwarna hijau itu jatuh ke tanah seperti tanah longsor saja.

     "Bruuukkkggg!!"

     Dua ekor naga raksasa itu mati dan kemudian lenyap menjelma gulungan asap hitam yang membubung tinggi dan lenyap di angkasa.

    Wiro Sabrang dan Surogeni kembali berdiri di alun- alun yang dikelilingi para pengawal setia Daksaka.

     "Ini orang asing itu"

     "Tangkaaap!!"

      "Hiiiiaaaaatttt!!"

      Wiro Sabrang dan Surogeni tidak berpindah dari tempatnya berpijak. Mereka pasang badan ketika dikeroyok dan tubuhnya yang kebal ditebas pedang atau tombak oleh para pengawal yang penasaran.

Para pengawal Daksoko tidak terima rajanya telah gugur menjadi bangkai ular. Mereka dengan sekuat tenaga menyerang Wiro Sabrang.

       "Hiiiiaaaaahhhh,!!"

       "Trang!! Trang,!! Trang!!"

       "Wataaaaawww!!"

Para pengawal itu menyerang Wiro Sabrang dan Surogeni menggunakan pedang dan tombak, bahkan tenaga dalam. Tapi mereka tak mampu melukai kulit Wiro dan Surogeni. Benturan keras senjata mereka dengan tubuh Wiro terdengar seperti berbentur batu kali. Malah kepalan tangan mereka melepuh ketika menghunjam ke perut Surogeni yang menyala bak bara api.

      "Ayo teruskan bacok!! jangan kendor!!" kata Surogeni.  Tetapi tak seorangpun yang berani maju. Mereka seperti telah tak berdaya menghadapi pendekar purba ini.

     Daksaka telah mati, kini tinggal para ponggawa yang tak berdaya melawan Wiro Sabrang yang bukan tandingannya. Karena itulah mereka langsung bersimpuh dan menyerah kepada Wiro Sabrang. Ternyata banyak tawanan yang berasal dari kerajaan yang ditakhlukkan.

     "Ampuun kisanak..jangan bunuh kami..sebetulnya memang kami sangat terpaksa karena ketakutan tunduk kepada Daksaka,"

      "Ya sudah, bangunlah. Lepaskan semua tawanan kerajaan. Untuk sementara aku yang pegang kendali kerajaan." kata Wiro Sabrang seraya menepuk pundak para pengawal yang telah dikalahkan.

      Senangnya warga Pasundan yang telah dibebaskan dan ratusan selir Daksaka yang masih remaja juga dilepas kembali kepada orang tua.

      "Ampuun tuan pendekar, ada dua orang pendeta sesepuh kerajaan Parahiyangan  yang ada dalam tawanan. Kalau tuan sudi menjadikannya sebagai penasehat istana." kata seorang pengawal kepada Wiro Sabrang.

       "Coba bawa kemari paman!"

       "Sendika dawuh."

Ternyata ada puluhan orang yang disandera raja iblis itu, dan dua diantaranya adalah orang tua yang sangat disegani sebagai ketua adat Sunda. Beliau adalah Ki Salaka dan Umbaran. Kedua orang tua itupun dituntun untuk menghadap Wiro Sabrang.

     "Ampuun tuan pendekar, hamba berterima kasih telah tuan bebaskan."

      "Berterima kasihlah kepada yang maha kuasa dewa Brahma. Aku hanya sebagai perantara."

      "Maha suci dewa Brahma, hamba sangat bersyukur bisa kemnali berkumpul dengan keluarga."

      "Kalau boleh tahu, dari kerajaan mana saja ini yang menjadi tawanan raja iblis Daksaka?"

      "Semua yang menjadi tawanan raja iblis dari luar Tasik Malaya yang telah dikalahkan tuan."

      "Mulai hari ini paman boleh memilih siapa yang pantas menjadi raja menggantikan Daksaka. Carilah orang yang bijak dan mengayomi rakyat kecil."

     "Sendika tuan, hamba akan membuka perlombaan bela diri untuk semua rakyat Pasundan. Tuan nanti bisa memilih mana yang pantas dijadikan imam dalam kerajaan ini tuan."

      "Apa nama kerajaan ini kisanak?" tanya Wiro Sabrang.

       "Kata kakek moyang dulu namanya Salaka Negara"

      "Baiklah..buat sayembara di alun- alun besok pagi."

      Para ponggawa istana Sakaka Negara yang sudah bersenang hati melayani kebutuhan Wiro Sabrang dan Surogeni yang menjadi raja sementara pada istana itu.

     "Hamba adalah dayang istana tuan pendekar, jika inginkan peraduan untuk tuan istirahat, silahkan di kamar paduka tuan." kata dayang yang masih muda dan cantik- cantik.

     "Hamba adalah istri Gusti Daksaka, jika tuan tidak keberatan, ijinkan hamba tetap mengabdi dalam istana Salaka Negara" kata seorang wanita cantik yang mewakili  20 gadis muda dan cantik- cantik yang telah dijadikan selir Daksaka. Wiro Sabrang menghela nafas karena ia sebenarnya masih jomblo, tetapi ia sudah berjanji tidak akan berhubungan dengan wanita selagi dalam tugas mulia dari dewa Brahma.

     "Kalau kalian merasa berat jadi istri raja iblis yang telah mati, kalian kuijinkan pulang kembali ke orang tua kalian. Disini sudah tidak ada lagi siluman ular Daksaka. Nanti aku suruh pengawal untuk mengantar kalian ke kampung halaman kalian." kata Wiro Sabrang.

      Begawan Saloka dan Umbaran sangat salut dan menghormati keputusan Wiro Sabrang. Kedua begawan itu sangat mendukung bila Wiro Sabrang dijadikan raja pada kerajaan Salaka Negara. Karena beliau sangat bijaksana dalam berbicara dan melindungi rakyat kecil.

       "Apakah tidak sebaiknya paduka tuan pendekar yang menjadi raja di istana Salaka Negara, tuan? Biarkan saja gadis- gadis cantik itu menjadi istri paduka."

       "Tidak paman. Aku hanya sebentar tinggal di istana ini sebelum memilih orang dari tanah Pasundan yang cocok dihari rakyat Sunda"

      "Mohon ampun tuan pendekar, hamba kira paduka sangat cocok di hati kami warga Pasundan yang ramah dan berbudi luhur taqwa kepada sang pencipta." kata begawan Umbaran.

    

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang