BAGIAN : 93 REINKARNASI

9 2 0
                                    

Wiro Sabrang sudah berbulan - bulan bertapa di gunung Macan Putih untuk meminta petunjuk kepada yang maha kuasa sang Hyang Wenang tentang kejadian yang menimpa keluarganya. Wiro Sabrang yang ditemani sahabatnya Maeso Danu dan Putri Ragil Kuning istri selir yang setia melayani kebutuhan Baginda raja Wiro Sabrang yang sudah mulai sakit- sakitan.

Ragil Kuning yang masih sangat muda dan cantik itu tidak mengira jika kondisi kesehatan Gusti Wiro Sabrang mulai menurun dan tidak doyan makan berbulan- bulan tentu saja membuatnya khawatir. Bahkan selama itu pula Wiro Sabrang hanya duduk diatas sebuah batu besar dengan alas anyaman rumput mendong dengan dada terbuka dan mata terpejam.

Wahyu itu datang mendadak sehingga tak seorangpun yang ada di dalam goa Macan Putih itu tahu apa yang terjadi selain hujan deras dan Sambaran petir yang sangat dahsyat menggelegar diluar goa. Ragil Kuning yang tidak mengenakan selembar benangpun itu tidak berani mengusik suaminya yang sedang kusuk bersemadi. Kalau di hari biasa tentu keadaan seperti itu membuat Gusti raja sangat senang dan bergairah. Sedang asmara yang sudah menggelora dalam jiwa Ragil Kuning senantiasa diiringi hasrat yang menggelora pula akan belaian tangan suaminya.

"Glegerrrr!!"

Suara dentuman geledek di langit menggetarkan seisi goa dan semua tak terlihat karena diserang gelap gulita yang membuat Ragil Kuning dan Maeso Danu tak melihat apapun.

"Wiropati, saatnya engkau kembali ke asalmu jasad manusia anak Kertajaya. Aku roh dari pendekar Wiro Sabrang akan berpindah ke dalam tubuh putramu Anom Wiro Sabrang sesuai dengan nama yang kuberikan padanya. Pendekar muda itu segera datang mengurus jasadmu Wiro, tanpa ada yang tahu jika Aku tetap hidup abadi dalam tubuh anakmu sebagai Pendekar sakti Wiro Sabrang. Aku telah kembali terlahir dalam raga putramu." Bisikan itu sangat jelas bersamaan dengan berhentinya suara gemuruh geledek di langit dan hujan deras diluar goa.

"Gusti! Gusti Wiro !" teriak Maeso Danu saat melihat tubuh Wiro Sabrang tergeletak tak bergerak diatas batu besar itu. Tentu saja Ragil Kuning jadi sangat bersedih tanpa peduli tubuhnya dipandangi oleh Maeso Danu.
"Bagaimana paman?"

"Gusti Wiro Sabrang telah wafat." jawab Maeso Danu setelah memegang leher dan pergelangan tangan Gusti raja memeriksa urat nadinya yang sudah terhenti.

"Lalu, bagaimana ini paman..Bagaimana aku ?" kata Ragil Kuning sambil memeluk punggung Maeso Danu. Pemuda yang menjagai Gusti raja Wiro Sabrang itu tentu merasa malu dalam gelora hasratnya ketika tersentuh kulit lembut Ragil Kuning.

"Srekk!"

Kedatangan Gusti Anom Wiro ke dalam goa itu tentu saja mengejutkan Maeso Danu yang kebingungan karena Gusti ayu Ragil Kuning pingsan, disamping jenasah Wiro Sabrang.

"Paman, apa yang terjadi paman?" tanya Anom sambil berdiri menghampiri Maeso Danu. Pengawal muda itupun beranjak bersujud dan menyembah kepada Gusti Anom.

"Ampuun tuan muda, ayahanda Gusti Wiro Sabrang telah wafat baru saja." kata Maeso Danu.

"Apa? Ayah meninggal?" Raden Anom Wiro tentu saja sangat shock mendengar jawaban Maeso Danu. Bocah pendekar itu tak dapat menahan dukanya langsung menangis dan menubruk jenasah ayahanda tercinta.

"Huuuu huuu..huuu"

Begitu pula putri Ragil Kuning yang ikut histeris saat Gusti Anum memeluk dada ayahanda tercinta.

"Bagaimana aku paman? Huuu.. huuu" tangis Anom Wiro.

"Ampuun Gusti Anom, kita bawa pulang saja ayahanda prabu Wiro Sabrang. Nanti paduka menggantikan tahta ayah menjadi raja Salaka Negara." kata Maeso Danu.

***

Setelah jenasah Gusti sepuh Wiro Sabrang dimakamkan, otomatis tahta kerajaan dipegang putranya Gusti Anom Wiro Sabrang. Begawan Sentanu adalah tetua kerajaan yang sekaligus penasehat istana menjadi MC dalam upacara pemakaman agung Baginda Wiro Sabrang.

"Saudara- saudara dan seluruh ponggawa istana, Sang Hyang Wenang penguasa alam semesta telah meminta Gusti Wiro Sabrang kembali ke alam Nirwana. Kita doakan semoga arwahnya hidup dengan tenang di alam Nirwana. Semoga Gusti Anom sebagai pengganti ayahanda Gusti Wiro Sabrang tanah dan tegar menghadapi semua tantangan di alam fana."

Usai ritual pemakaman, semua ponggawa kembali ke istana untuk menata kembali rencana negara menghadapi banyak hal. Terutama sekali dalam menghadapi serangan dari kerajaan yang memusuhi Gusti sepuh Wiro Sabrang serta para penguasa penindas rakyat kecil.

Tidak ada yang tahu jika di dalam tubuh bocah pendekar Anom Wiro itu sudah terjadi " reinkarnasi dari arwah seorang PENDEKAR SAKTI WIRO SABRANG". Memang ujud dari bocah remaja itu tidak berubah terlihat seperti bocah yang lain. Tetapi ia telah memiliki ilmu dan kekuatan serta kesaktian seperti almarhum Wiro Sabrang. Itu sangat terlihat dari sikapnya yang sangat bijak ketika kedatangan tamu pasukan dari Kahyangan. Seorang penjaga gerbang berlari masuk ke dalam istana mengabarkan jika pasukan yang dikirim ke Ujung Kulon, Jiu Tong dan Martani telah gugur terbunuh.

Begawan Sentanu tentu saja sangat terkejut sehingga beranjak bangkit dari duduknya. Bagaimana tidak jika istana sedang dalam bela sungkawa, dikejutkan dengan berita gugurnya dua pengawal terkasih.

"Impianku benar2 terujud." gumam Anom sambil menghela nafas dan beranjak meangkah ke alun- alun walau dihalau oleh begawan Sentanu.

"Biarlah para pengawal yang menghadapi musuh Gusti Anom." kata begawan Sentanu.

Langkah dan gerakan cepat Anom Wiro Sabrang tidak berbeda dengan ayahnya. Bahkan ia seperti hembusan angin yang tak terlihat langkahnya.

"Mana Wiro Sabrang?"

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang