BAGIAN : 11

50 4 0
                                    

"Kobra Iblis adalah penguasa langit hitam yang bergabung dengan pasukan dedemit Wiro. Dialah lawan kamu nanti jika telah sampai ke tanah Pasundan." bisik Surogeni sambil masih memandangi gulungan awan hitam yang terus berutar- putar di angkasa seperti angin lisus yang sangat besar.

     "Greggggerrrrkkkzzz!!  Gregerrrrrkkkkrekk"

     Gulungan awan hitam itu makin besar dan berubah menggerakkan bumi hingga terguncang dan membuat kaki Surogeni maupun Wiro Sabrang ikut bergoyang. Biasanya kalau orang sakti pada jaman dulu komunikasi lewat gerakan alam semesta. Semakin tinggi ilmunya semakin dahsyat pula guncangan alam yang dibuat. Kobra Iblis bukan sembarang manusia siluman, tetapi pendekar sakti setingkat dewa yang namanya sudah menjadi legenda dalam dunia persilatan.

"Bukan!! Bukan Kobra Iblis" kata Surogeni lagi.

    Tentu saja Wiro Sabrang menoleh ke arah Surogeni yang lebih hafal dengan nama pendekar legend jaman es.

     "Bayureksa." ucap Wiro Sabrang tiba-tiba.

      Surogeni menoleh kepada sahabatnya Wiro Sabrang yang cepat menyebut nama seorang pendekar seruling yang sudah berusia lebih 500 tahun itu.  Pendekar yang sudah tua hampir tidak memiliki daging selain kulit pembungkus tulang. Tapi beliaulah sahabat Antaboga guru daripada Wiro Sabrang.

      "Kamu cerdas Wiro Sabrang!" kata Surogeni agak tersenyum karena dugaannya meleset.

     Putaran angin badai nan dahsyat itu terhenti ketika sekilas sinar putih jatuh dari langit seperti batu meteor menabrak bumi.

      "Jzleggggkkk!!"

     Bumi terasa bergetar ketika dua batang kaki seorang pendekar tua yang bertubuh kurus dan tinggi dengan rambut putih menjurai ke punggung. Seketika itu juga Surogeni dan Wiro Sabrang berucap berbarengan.

     "Master!!!"

    Lantas Surogeni yang mendahului mencium tangan serta memeluk wajah Bayureksa yang tinggal tulang tengkorak itu. Disusul Wiro Sabrang yang terharu bisa melihat kembali orang sakti yang telah berpisah dengannya 1000 tahun.

      "Kita ini sudah mati lho"

     Wiro Sabrang memahami apa yang diucapkan oleh Bayureksa sesepuh para pendekar jaman es. Begitu pula Surogeni yang lebih tua dan lebih tinggi ilmu filsafatnya. Manusia itu tidak lepas dari rasa serakah dan ingin menang sendiri jika belum mati.

       "Betul master. Kalau kita masih hidup, tentu tidak ingin berkumpul begini, ingin terus menuntut ilmu dan berkuasa." kata Surogeni.

       "He he he. Cerdas sekali kamu Suro. Walau kita sudah mati, tetapi otak kita itu tidak mati hidup bersama roh suci.?"

       "Suci bagaimana guru?"

       " Makhluk seperti kita begini hanya ingin melihat kedamaian manusia yang hidup di bumi. Tidak ingin melihat iblis yang gentayangan merasuki jiwa manusia menjadi kotor saling bunuh dan fitnah atau menguasai sesama manusia"

    Apa yang dikatakan Bayureksa benar adanya jika manusia itu selalu lekat dengan sifat murka, serakah dan ingin menguasai yang lain dengan cara licik seperti setan.  Karena setan memang diciptakan sang hyang Wenang untuk menjerat manusia ke dalam neraka.

      "Lalu apa gerangan maksud guru Bayureksa datang ke bumi?"

      "Kalian sendiri ngapain datang ke bumi?"

       "Hamba ingin membantu Dimas Wiro Sabrang yang kesulitan menghadapi sifat manusia."

       "Sulit itu karena Wiro Sabrang itu sudah berada di dalam raga manusia yang memiliki sifat dendam dan berkuasa."

       "Benar guru."

       Wiro Sabrang hanya mendengarkan saja apa yang dikatakan para master filosofi itu. Toh sebenarnya mereka itu sudah mati seperti mayat hidup. Tubuh yang sudah tak dialiri darah tetapi dikendalikan roh pendekar yang sangat mumpuni. Hanya Wiro Sabrang saja yang masih utuh sebagai seorang pemuda Wiroso yang diselamatkan oleh dewa Laut. Otak Wiro Sabrang masih penuh dengan peristiwa duniawi keluarga raja Singosari. Sedang rohnya dikendalikan oleh seorang pendekar jaman purba Wiro Sabrang yang legenda.

      "Lihatlah gumpalan awan hitam di atas cakrawala itu."

      "Pasukan lelembut yang turun ke tanah Barat Pasundan" kata Surogeni.

       Ketiga pendekar senior itu memandang kebarat tepat diatas barisan bukit yang memanjang merapat dengan cakrawala. Gulungan awan hitam itu perlahan- lahan lenyap pudar ditelan bumi, disusul dengan suara ledakan yang sangat dahsyat.

     "Bluaaaarrrr!!"

     "Hhiiiiiaaaaashhhh!!"

    Tanpa diduga oleh mereka kedatangan Kobra Iblis yang sejak tadi sudah mengawasi dari bawah tanah yang dipijak ketiga pendekar itu.

     Tentu saja sangat mengejutkan Surogeni maupun Wiro Sabrang yang secara reflek melompat terbang saat bagian bawah tubuhnya disodok kepala ular kobra sebesar sapi itu ke atas. Sedang Bayurekso melesat ke atas langit sambil ayunkan tongkatnya.

      "Ha ha ha ha.. mau apa kalian turun ke bumi hah? Mau menghalangi pasukan Kobra Iblis? Omong kosong."

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang