BAGIAN : 90

11 3 2
                                    

Pendopo agung telah dipenuhi tamu undangan dari sekte Naga Putih untuk merayakan hari kedamaian rakyat Pasundan yang kini telah terbebas dari Angkara raja iblis.  Pejajaran serta sultan Banten sudah mulai dipenuhi orang yang suka bergabung dalam paguyuban sekte Naga Putih yang mendalami ilmu kebathinan serta agama untuk menjadi manusia yang berbudi luhur dan tidak saling memusuhi. Pendopo agung juga sudah dihadiri tamu dari Benua Selatan yang tergabung dalam sekte Elang Putih dan bunga Teratai Putih. Wiro Sabrang dibantu para suhu bela diri istana bersiap duduk di deretan kursi paling depan sebaris dengan ketua sekte tamu.

     Ketika Anom Wiro Sabrang melangkah memasuki arena, seluruh hadirin berdiri sambil membungkukkan badan memberi hormat. Wiro Sabrang sangat terkejut menyaksikan respon para tamu saat menyambut kedatangan putranya.

     "Selamat datang tuan2"

     " Puji dewa Brahma untuk paduka ketua sekte Naga Putih." jawab hadirin sambil memberi hormat kepada Anom Wiro Sabrang. Wiro Sabrang menghela nafas dalam saat mendengar ucapan dari para tamu yg berasal dari Benua Utara. Kenapa mengucapkan kalimat itu kepada putranya yang baru berumur 10 tahun? Wiro Sabrang menengok ke arah Sentanu yang membalas dengan anggukan kepala pertanda setuju. Kenapa bisa begitu? Bukankah ketua sekte Naga Putih di tanah Jawa sudah dipegang Wiro Sabrang? Bukan putranya yang masih sangat muda. Batin Wiro yg belum terpecahkan logika.

     Wiro Sabrang kemudian memejamkan mata sambil menempelkan telapak tangan ke dada meminta petunjuk suhunya Antaboga.

      "Tenanglah Wiro, putramu telah diangkat oleh dewa Brahma sebagai ketua besar sekte Naga Putih yang ada di seluruh penjuru dunia. Dialah yang kelak menjadi seorang pendekar langit pemusnah Angkara iblis. Dialah pemersatu sekte menjadi manusia yang damai dan menyembah yang maha kuasa dewa Brahma." bisik Antaboga yang sangat tajam menusuk ulu hatinya. Wiro Sabrang harusnya bangga telah dititipi roh suci seorang ksatria sekaligus ulama yang mengarahkan manusia menjadi manusiawi dan berbudi luhur. Wiro Sabrang tersadar.

     "Selamat datang saudaraku dari sekte Naga Putih.."

     "Terpujilah dewa Brahma penguasa alam semesta." jawab para hadirin sambil berdiri.

     "Maaf tuan- tuan, bila kami tidak bisa menjamu kalian dengan mewah, kami hanya bisa melayani tuan- tuan apa adanya." kata Wiro Sabrang.

     "Kita harus bersukur telah diberi kenikmatan oleh Kanjeng dewa agung penguasa alam semesta."

     "Sesungguhnya ada berita yg tidak baik dari tanah sebrang laut Gusti " kata salah seorang ketua sekte dari Pulau Utara.

      "Selagi kita semua berkumpul, sebaiknya katakan saja agar kami semua bisa membantu memecahkan persoalan itu saudaraku" kata Wiro Sabrang.

      "Di sebuah wilayah barat pulau Tengah telah terjadi pertikaian antara rakyat kecil yang tertindas oleh raja iblis atau ketua sekte Merah sehingga mereka menderita. "

     Wiro Sabrang memandang tamu yang membawa berita. Ia sudah menduga bila para iblis itu masih liar merasuki jiwa sekte Merah yang suka berkuasa dan memeras rakyat kecil. Celakanya banyak dari rakyat kecil yang menjadi penjahat dengan memeras sesama.

      "Kalau begitu sebaiknya kita segera datang ke daerah itu untuk menyelamatkan rakyat yang menjadi korban pemerasan dan kejahatan" kata Wiro Sabrang.

      Sebenarnya daerah yang dimaksud adalah Ujung Kulon yang masih masuk wilayah kekuasaan Salaka Negara. Wiro Sabrang tidak perlu datang ke wilayah itu untuk menjaga kedaulatan raja Salaka Negara yang lebih besar. Karena itulah beliau mengutus Pengawal Martani untuk meminta Adipati Kebokuning menghadap ke istana Salaka Negara.

      "Martani dan Jiu Tong, berangkatlah ke Ujung Kulon, panggil Kebo Kuning menghadap aku" kata Wiro Sabrang.

     "Kami ikut berjihad bila dibutuhkan Gusti" teriak anggota sekte yang hadir.

      "Senang sekali mendengar partisipasi tuan- tuan dari Benua Utara."

      "Mangga diminum sajian yang kami persembahkan untuk saudaraku dari sekte Naga Putih." kata Wiro Sabrang lagi. Para hadirin mulai menyantap hidangan yang disediakan oleh ponggawa Kraton Salaka Negara.

    Jiu Tong bersama pengawal Martani sudah siap hendak pergi menjemput Kebo Kuning di Pulau Ujung Kulon.

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang