BAGIAN : 37

22 2 0
                                    

"Hiiiiiaaaaatttt!!!"

     Renggopati yang mulai berkeringat mengerahkan seluruh tenaganya untuk menyerang lawan yang juga sangat sakti membuat prajuritnya kocar- kacir dan banyak yang mati terbunuh lawan. Begitu pula penduduk desa yang awalnya sudah senang mendapat dukungan dari kerajaan Singosari, sekarang harus tunduk kepada rombongan begal dari Maespati. Renggopati yang sudah menduga bila Maespati tidak akan tunduk kepada Singosari karena mendapat dukungan dari raja Iblis yang memiliki ilmu sangat tinggi. Namun begitu Renggopati tetap ingin menunjukkan baktinya kepada raja Kertajaya sehingga apapun yang akan terjadi ia tidak akan pulang dengan tangan hampa.

     "Ayooo bunuh saja yang nekat melawan!!" teriak prajurit dari Maespati sambil mengobat- abitkan pedang kekiri dan kekanan. Penduduk sudah berlutut dan masuk ke dalam rumah. Sedang Renggopati tinggal sendirian pasang kuda-kuda sambil kerahkan ajian sakti miliknya. Sayang sekali pendekar dari Maespati lebih hebat dan jumlahnya banyak sehingga Renggopati akhirnya rubuh terbabat pedang pusaka pendekar andalan Maespati.

     Bukan cuma Renggopati yang gugur, akan tetapi seluruh bala tentara Singosari yang berjaga di desa itu terbunuh. Pasukan berkuda Maespati lanjut menuju kerajaan Singosari dengan lebih seratus tentara dan sepuluh pendekar sakti sewaan raja Burisrawa.

****

      Pangeran Singoyudo akhirnya berhasil menemukan peti pusaka tempat menyimpan pusaka ayahanda Kertajaya. Keris Nogososro diambil dan disembunyikan dibalik baju kebesaran kerajaan.  Namun bukan tidak ketahuan Kertajaya, melainkan sikap Singoyudo yang tiba- tiba berubah melompat- lompat didepan Kertajaya dan ponggawa Kraton sambil mengacungkan keris pusaka Nogososro.

      "Ha ha ha ha..ayo siapa yang ingin mati, lawanlah aku. Ha ha ha..akulah pendekar pedang tak terkalahkan." kata pengeran Singoyudo sambil menari- nari. Tentu saja Kertajaya sangat terkejut melihat putranya bertingkah aneh.

      "Singoyudo!!"

      "Apa? Mau ngajak perang dengan aku?"

       "Singoyudo,sadarlah"

     Kertajaya yangvtak sabar langsung menghampiri putranya dan meminta keris pusaka yang diacung-acungkan itu. Tapi Singoyudo malah menghindar dan menyerang Kertajaya.

      "Hiiiiaaaahhh"

       "Auww."

      Wiro Sabrang yang bisa menangkap tangan Singoyudo dan merebut keris pusaka Nogososro, lalu menancapkan ujungnya ke tanah 7 kali.

      "Clep! Clep! Clep!!"

     Tubuh Singoyudo jadi lunglung tak bertenaga dan ambruk pingsan setelah keris ditangan direbut Wiro Sabrang.

     "Bagaimana Gusti menyimpan keris pusaka bisa dicuri pangeran Singoyudo?" tanya Sentanu.

     Kertajaya yang terluka bagian pundaknya telah disembuhkan oleh Wiro Sabrang. Untung ada pendekar sakti itu hingga semua bisa diselamatkan.

Pangeran Singoyudo sudah dibawa ke dalam oleh para dayang untuk dirawat. Sedang keris Nogososro disimpan kembali ke dalam peti berlapis emas milik Gusti Kertajaya.

      "Hati-hati menjaga senjata pusaka Gusti. Harus dimandikan air kembang tiap malam Jum'at Kliwon"

       "Betul Bopo Senranu."

     Saat para ponggawa kerajaan sedang disibukkan oleh ulah pangeran Singoyudo, tiba- tiba ada berita yang datang dari penduduk perbatasan.

      "Semua prajurit yang menjaga di kaki gunung Bromo tewas termasuk Renggopati. yang dibunuh oleh pasukan dari Maespati"

      "Apa?" teriak Kertajaya sangat terkejut karena pengawal andalan istana terbunuh. Pastilah pasukan Maespati berilmu tinggi bisa mengalahkan Renggopati.

      "Bagaimana ini bopo?"

      "Lebih baik mereka datang daripada kita yang menyerang sehingga bisa dijebak musuh" Jawa  begawan Sentanu. Tetapi tetap saja Kertajaya gugup karena dalam beberapa bulan ini telah datang beberapa serangan dari luar Singosari.

      "Bagaspati,siapkan pengawal di garis depan, dan kakang Surogeni, Wiro Sabrang bersama aku di pagelaran."

       "Sendika Gusti." jawab Bagaspati yang beranjak mengatur bala tentara dan penjaga Beteng untuk menghadapi serangan dari pasukan Maespati.

       Di alun- alun sudah ramai tentara Singosari bertarung satu lawan satu melawan prajurit Maespati yang rata- rata bisa bela diri.

      "Hiiiiaaaattt!!'

       "Mati koe nyuk"

       " Trang Trang Trang !!"

      Benturan  senjata mereka yang saling serang serta kerahkan ilmu dan renaga dalam membuat suasana gegap gempita. Beberapa prajurit Singosari berjatuhan karena tidak mampu menandingi kemampuan bela diri lawan. Surogeni terpaksa mengerahkan Aji Bayugeni untuk membubarkan padukan Maespati yang sangat unggul dalam menaklukkan prajurit Singosari.

      " Hiiiiaaahhh!!"

      "Wuuuuuzzzzz!!"

      Badai api yang memancar dari telapak tangan Surogeni telah mengusir pasukan Maespati hingga terkempar melompati Beteng. Bahkan pendekar yang berkuda juga ikut terlempar karena serangan badai api yang sangat dahsyat.

      "Kurang ajar!!" gumam Turonggo yang mengawal dari barisan belakang pasukan Maespati. Turonggo yang merasa terdesak karena serangan ilmu Bayugeni langsung membalas dengan ilmunya rajapetir yang menggelegar menyambar pasukan Singosari di garis depan.

      "Gempuuuurrr!!"

      "Serbuuuu!!" teriak Turonggo sambil memacu kuda dan memainkan pedang pusakanya. Saat itulah Kebo Marcuet dan Barongan melompat menerkam tubuh Turonggo yang berilmu cukup tinggi itu.

       "Hiiiiaaahhh!!"

       "Hepp!! Buaashh!!"

     Dua pendekar kuat dati Singosari jatuh terlempar oleh geliat tubuh Turonngo yang sangat kuat.

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang