BAGIAN : 44

14 1 0
                                    

"Keluarkan saja dari panggung Raden, dia seperti ingin bermusuhan dengan orang Salaka Negara." bisik  begawan Salokantara.

"Tidak paman, orang ini sebenarnya orang baik." kata Wiro sambil membiarkan petarung itu kembali bangkit sambil melompat ke atas panggung lagi.

    "Ayo..jangan licik, tunjukkan wajahmu kalau engkau ingin bertanding dengan aku."

    Jaka Bandung kembali melompat ke atas panggung sambil menghunus pedang. Kali ini ia sudah siap menghadapi petarung yang songong itu. Jaka mulai pasang kuda- kuda dan mengawasi gerak kaki petarung itu. Sepertinya petarung itu mau membuat gerak tipu dengan memukul kearah kepala tetapi kakinya menjegal langkah Jaka Bandung.

     "Hiaaaaaatttt!!"

     "Bukk  Bukk!!"

    Benar juga Jaka tertipu hingga ia terjungkal jatuh  Tapi petarung itu langsung memburu Jaka dengan sabetan pedang kekiri dan kekanan hingga Jaka berguling dan jatuh keluar arena. Saat itu petarung songong langsung melompat mengejar Jaka yang terluka tangannya.

     "Hiaaah!!

    "Hepp  heit Yaaahh!!"

    Wiro Sabrang pasang badan untuk dibacok petarung songong itu dan sekali kaki Wiro menendang dada petarung itu langsung roboh tak kuat berdiri.

    Tepuk tangan penonton makin ramai didengar. Sedang Wiro berjalan santai menghampiri petarung itu sambil mengulurkan tangan.

     Petarung itu berusaha bangkit, tetapi jatuh lagi karena tendangan kaki Wiro Sabrang memang bukan tendangan biasa. Baru kali ini petarung itu merasakan tendangan yang membuat ia tak kuat berdiri. Wiro Sabrang sambil tersenyum menarik tangan orang itu untuk berdiri.

"Ayohlah kawan.. bangun!"

"Oh..dadaku remuk. aduh"  orang itu bangun sambil meringis memegangi dadanya yang luka memar merah.

"Siapa namamu?"

"Aku Mistah"

Wiro Sabrang lalu mengusap dada Mistah dengan telapak tangan dan menyalurkan hawa panas ke daerah luka tendangan. Sekejap saja Mustah merasa tubuhnya sehat dan tidak sakit sedikitpun.

  "Aku Wiro Sabrang, maukah engkau bergabung menjadi pengawal istanaku?" tanya Wiro.

   "Yah..yah saya mau. Terima kasih paduka mau menolong hamba." kata Mistah sambil mencium tangan Wiro Sabrang.

Jaka Bandung kembali naik ke panggung dan berteriak mengundang para petarung yang datang dengan memukul kentongan kayu.

Seorang petarung mulai melompat ke atas panggung sambil memainkan pedang. Kemudian datang seorang wanita yang juga menghunus pedang dua bilah di tangan. Wanita itu seperti pendekar pedang dari luar tanah Jawa. Pakaian yang menutup rapat seluruh tubuh selain wajah dan kedua tangannya mengingatkan Wiro Sabrang pada ratu Pedang Muninggar.

     Pertarungan itu cepat sekali berlangsung karena si wanita memang sangat mahir memainkan dua pedang di tangannya sehingga lawannya terdesak hingga ke pagar arena yang terbuat dari bambu.

     "Hiiiiaaaattt!!!"

     "Heit..hiiiaaahh!!"

     Wiro Sabrang senang sekali kedua petarung bermain bersih dan tidak ada yang curang. Wiro mengakui permainan si wanita yang luar biasa itu hingga terus mendesak lawan tak kuasa membalas serangan. Di pria melompat dan bersalto berulang - ulang hanya ingin mengelak. Sedang kesempatan terhindar dari serangan di ratu pedang sangat tipis. Tapi ketika ia bergulung sambil naikkan kedua kaki menahan perut ratu pedang

     "Huuukk!!"

    Pendekar wanita itu jatuh berguling karena terkena tendangan lawannya. Keduanya kembali bersalto dan mengadu pedang dengan dahsyatnya.

      "Trang  Trang Trang !!'

      "Hiiiiaaahhh!!!"

     Kedua pendekar pedang dengan cepat menangkis serangan dan menyabet masing- masing berhasil memotong rambut dan ikat kepala. Si Wanita terlihat marah dan ingin membalas kembali ke tubuh lawannya. Tapi Wiro Sabrang menghentikan pertarungan itu dengan memukul gong.

     "Gong gong!!"

     Kedua petarung berhenti dan saling hormat dengan membubgkukkan badan.

     "Silahkan turun dari panggung dan masuk jadi pengawal barisan istanaku" kata Wiro Sabrang. Begawan Umbaran baru tahu trik Wiro Sabrang menyaring calon tamtama dan ponggawa kerajaan.  Memang motto Wiro Sabrang yang berasal dari tanah Jawa adalah  Surodiro Jayaningrat lebur dening Pangastuti itu benar. Sebuah kekerasan itu akan hancur lebur oleh kelembutan bahasa dan Budi pekerti.

***

Wiro Sabrang yang sudah dipilih rakyat Pasundan untuk jadi raja di tanah itu ingin menunjukkan sifat- sifatnya yang bisa dicontoh oleh manusia yang hidup diatas bumi. Ia sengaja keluar dari istana tanpa dikawal masuk ke pedesaan untuk melihat langsung kehidupan di desa yang katanya masih suka diganggu oknum ponggawa kerajaan yang jail menyalah gunakan wewenangnya.

     Di sebuah kedai makanan di pinggir sawah di kaki gunung Papandayan, Wiro sengaja mampir untuk berteduh.Wiro yang sengaja mengenakan pakaian kotor dan bercaping tidak dicurigai sebagai seorang ponggawa kerajaan. Saat itu ada seorang laki- laki muda dengan pakaian lebih buruk dari yang dipakai Wiro sedang duduk dengan kaki slonjor. Laki- laki itu ternyata suka mabok dengan botol miras yang dibawanya dengan tas kecil. Pemilik Warung tampak kesal dan marah melihat laki - laki pemabok itu.

     Sesaat kemudian datang rombongan orang yang berpakaian prajurit entah dari kerajaan mana masuk ke dalam warung.

     "Bikinin minum dan makan buat kami" kata orang yang berpakaian prajurit itu. Pemilik warung seperti ketakutan dan kesal karena warung belum dapet duit sudah kedatangan prajurit yang minta dilayani.

     "Cepatt dibuatkan makan kami tolol" bentak prajurit itu sambil menendang kaki pemabok itu. Tapi pemabok itu malah balik menendang siprajurit hingga terjungkal.

      "Kurang ajar, berani sekali kamu melawan aku hah ?" Bentak prajurit itu sambil beranjak bangkit dan menyerang si pemabok.

       "Hiiiiiaaaattttt'!!"

        "Buk  Buk!!"

        "Aaackk."

       Gerakan pemabok itu aneh dilihat oleh Wiro Sabrang. Cuma miringkan tubuh dan geser kepala, lalu tangannya memukul balik dengan sangat cepat mengenai kepala prajurit dengan keras.

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang