BAGIAN : 36 MAESPATI

21 2 0
                                    

Kerajaan Maespati cukup besar dan makmur karena seluruh rakyatnya bertani dan patuh kepada raja Burisrawa. Seorang pendekar yang sangat sakti dan kebal terhadap semua senjata tajam adalah Burisrawa. Ia juga memiliki perguruan bela diri yang besar dengan para pelatih yang mumpuni sekaligus merangkap menjadi pengawal raja. Maespati merupakan Kraton yang berpengaruh dan disegani raja lain diluar wilayah kaki gunung Lawu hingga pantai selatan. Burisrawa membawahi para pendekar sakti yang berilmu tinggi dan semua dukun untuk memperkuat Beteng kejayaan Maespati. Tak satupun kekuatan yang bisa masuk menggoyahkan Maespati, karena seluruh kekuatan iblis yang ada di gunung Lawu bergabung di dalamnya.

     Begawan Surajaya yang senantiasa duduk mendampingi Burisrawa memberitahu jika ada kekuatan dari gunung Timur yang mengancam Maespati. Kekuatan itu berasal dari sebuah kerajaan yang memiliki pusaka keris Nogososro dari Lemah Putih.

      "Gunung timur itu ada berapa kekuatan paman?"

      "Ada 3 yang terkuat adalah Singosari dan Blambangan"

      "Singosari? Bukankah Singosari itu telah dikuasai raja iblis Banaspati paman?"

      "Saat ini sudah kembali direbut oleh Kertajaya. Seorang pendekar sakti telah memberikan keris pusaka Nogososro yang didapat dari Lemah Putih."

     "Siapa pendekar sakti itu paman? Aku ingin mencoba kesaktiannya." kata Burisrawa sambil menerawang ke langit.

      "Pendekar itulah yang hamba dengar telah membunuh Banaspati serta seluruh raja iblis yang berkuasa di Brantas."

     "Wedan!! Seluruh raja iblis di sungai Brantas juga dihabisi? Itu pasti pendekar siluman paman. Bagaimana mungkin iblis bisa dikalahkan manusia biasa?"

Baru saja Burisrawa berbincang dengan begawan Surajaya, tiba- tiba dikejutkan datangnya caraka yang telah membawa berita duka.

     "Apa yang terjadi di desa Bromo Gandok? Mana Motojaran dan Sondo?"

     "Hamba tidak tahu dimana Motojaran Gusti, hamba sudah berhasil masuk ke dalam istana dan bertemu raja Singosari"

     "Kamu bisa masuk Singosari? Ah tenane? Siapa yang membawamu kesana?"

     "Prajurit Singosari Gusti."

     "Trus?" desak Gusti Burisrawa kepo lebih jauh.

     "Ternyata Gusti Kertajaya itu sangat baik. Hamba yang telah membakar desa Bromo malah diberi hadiah emas serta pakaian prajurit"

     "Setanalas! Terus apa katanya?"

     "Beliau titip salam kepada Gusti Burisrawa."

     "Setanalas!! Dasar bodoh kowe.Dihina musuh kok gak baper. Hiiih!!" kata Burisrawa sambil menikam dada prajuritnya sendiri dengan keris hingga mati.

     "Singkirkan batang ini ke kolam buaya. Siapkan pasukan untuk menyerbu Singosari.!!" teriak Gusti Burisrawa yang sudah marah dan emosi kepada perlakuan Singosari.

     Begawan Surajaya mendukung tindak lanjut Gusti Burisrawa karena sudah rencana untuk menyerang kerajaan Singosari yang telah pindah tangan kepada Kertajaya. Kalau Singosari sudah takhluk, maka kerajaan berikutnya sepanjang pantai timur sampai Blambangan akan digasak dan disatukan dengan Maespati.

****

     Sepuluh ekor kuda telah disiapkan untuk kendaraan para pengawal pendekar, dan seratus prajurit menyusul dibelakangnya menuju tlatah Bromo yang pasti sudah dijaga para pengawal dari Singosari. Burisrawa sudah sangat marah karena kedatangan prajuritnya yang malah memuji kebaikan musuh. Pastilah lima orang prajurit yang dikirim ke Bromo sudah dibunuh Singosari.

     Burisrawa penasaran dan ingin ikut serta mengawasi pasukannya dengan mengendalikan kuda putih. Beliau yang juga seorang pendekar tidak terima prajuritnya dihina dengan cara diberi hadiah dan dititipi salam. Hanya orang bodoh yang senang dipuji oleh musuhnya dan diberi hadiah pakaian prajurit Singosari.

     "Percepat jalannya lewat tanah bawah!!" perintah Burisrawa kepada pasukan berkuda untuk melewati jalan datar yang mudah dilalui. Karena seluruh jalan daerah kaki gunung Lawu naik turun melintasi bukit dan jurang.

     Gunung Bromo sudah terlihat puncaknya yang telanjang tanpa payung awan putih seperti puncak gunung pada umumnya. Pasukan Burisrawa tak mau berhenti minum atau istirahat karena sudah menempuh perjalanan yang sangat jauh. Burisrawa yang sudah terbakar emosi terus berjalan hingga tiba di perbatasan kaki gunung Bromo. Ternyata benar dugaannya. Disana telah dijaga prajurit  dari Singosari yang siaga di setiap sudut desa.

      "Bakaaarrr" teriak pengawal Maespati sambil memacu kudanya. Tanpa pikir para prajurit yang berjaga, pasukan Maespati sudah mulai melempar obor keatas atap rumah penduduk. Kuda- kuda liar itu memacu sambil melempar obor dan menyerang para pemuda yabg berjaga dengan pedang. Akibatnya banyak warga yang roboh terluka oleh sabetan pedang.

      "Ayooo bakarrrr rumah mereka. Bunuuuh yang coba melawan!!"

     Renggopati yang terbawa emosi juga langsung menahan serangan para prajurit yang jumlahnya banyak dengan ajian Bayusegara yang menciptakan badai air sangat dahsyat. Bayusegara tidak hanya menciptakan hujan deras yang memadamkan api, tetapi juga angin yg ang sangat besar menerbangkan benda apapun yang dihembus.

     "Hiiiiaaaattt!!"

     "Wuuuuuzzzz!!"

     Serangan Renggopati mendapat balasan dari pendekar Maespati yang mulai menyerbu dengan aji Bayubodro yang berupa sinar sangat panas membakar benda apapun yang terkena. Rumah dan pepohonan ikut terbakar kembali.

     "Hiiiiiaaaaatttt!!"

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang