BAGIAN : 4 BUJUKAN

158 8 0
                                    

Putri Kencana sangat terkejut mendengar cerita begawan Sentanu tentang Wiro Sabrang yang sesungguhnya masih terhitung putra Kertajaya dari istri selir Gandasari yang pernah ia bunuh. Bahkan bocah kecil Wiropati yang pernah disembunyikan Sentanu dalam padepokan juga telah disingkirkan Putri Kencana. Bagaimana mungkin bocah itu bisa hidup kembali, bahkan menjadi seorang pendekar. Gumam Putri Kencana dalam hati.  Putri Kencana diam- diam mulai mengendus berita itu pasti bohong. Ia yang kini telah memiliki dua orang pengeran yang seusia dengan Wiro Sabrang pasti bisa menahan. Putri Kencana yakin bila kedua putranya juga memiliki kesaktian seperti seorang pendekar. Bukankah kedua putranya juga diajarkan ilmu beladiri oleh begawan Sentanu?

Putri Kencana diam- diam terus mengawasi gerak- gerik Wiro Sabrang sambil membujuk putranya untuk menghalangi Wiro Sabrang bila hendak dijadikan panglima perang oleh Kertajaya. Tentu saja putri Kencana tidak rela jika anak tiri yang sudah dibunuh itu hidup kembali dan akan mendapatkan jabatan tinggi dalam kerajaan Singosari. Harusnya kedua putranya Singoyudo dan Singojati yang berhak memperoleh anugerah jabatan Senopati bukan Wiro Sabrang.

Kertajaya yg sudah melihat sendiri jika pendekar Wiro Sabrang adalah pemegang pusaka golok setan, ia buru2 meminta kepada begawan Sentanu untuk merayu dan mengajak pendekar muda itu bergabung ke dalam ponggawa Singosari. Kertajaya sangat ingin memiliki pusaka itu tidak sekedar untuk melawan raja iblis, tetapi untuk disimpan sebagai pusaka kejayaan Singosari. Begawan Sentanu sendiri yg pernah mendidik Wiro Sabrang saat masih berumur 10 tahun punya hubungan dekat dengan pemuda itu sehingga ia mudah sekali memberi nasehat atau minta tolong. Karena itulah Kertajaya memanggil begawan Sentanu datang ke pendopo pengungsian untuk bicara tentang niatnya memanggil Wiro Sabrang.

"Hamba kira Wiro sedang melabrak istana Banaspati Gusti. Kita tunggu saja beritanya" kata begawan Sentanu sambil menundukkan kepala.

"Tapi begawan harus bisa mengajak bocah itu bergabung ke dalam Kraton Singosari Bopo" bujuk Kertajaya. Sulit bagi Begawan Sentanu untuk memaksa Wiro Sabrang ikut serta didalam kerajaan karena dia adalah seorang pendekar yang bertualang. Dia tidak suka diperintah, apalagi untuk kepentingan kekuatan pribadi. Bukankah Wiro Sabrang kini sedang melakukan jihat melawan raja iblis itu ? Bagaimana mungkin ia bisa membujuk kalau tidak ikut serta menyerang ke istana. Bukankah Raden Kertajaya dan semua pengawal kerajaan sedang dalam kondisi mengungsi karena tak mampu menandingi kekuatan Banaspati?

"Kalau begawan tidak berani, biar nanti aku yang memaksa Wiro Sabrang." sambung Singoyudo yang sombong. Begawan Sentanu terdiam bukan berarti tidak berani bicara, melainkan kesal dengan komentar pangeran Singoyudo yang seolah mampu menandingi Wiro Sabrang.

"Hmm.. berangkatlah Singoyudo. Ajak pendekar muda itu untuk bergabung dengan kita." kata Kertajaya yang berbangga karena dua putranya punya nyali untuk bicara dengan Wiro Sabrang.

      Semua itu karena dukungan dari putri Kencana yang memang berniat menjatuhkan Wiro Sabrang memperoleh kedudukan di dalam istana Singosari.  Putri Kencana bahkan juga meminta bantuan para pengawal untuk menggagalkan usaha Wiro Sabrang.

      "Tapi dia seorang pendekar Gusti ayu. Saya tidak sanggup melawan Wiro Sabrang Gusti." kata pengawal yang dipaksa putri Kencana untuk membunuh Wiro Sabrang.

       "Asal kamu tahu ya, bocah itu adalah juga murid Sentanu. Apa hebatnya murid Sentanu di istana besar ini. Putraku juga diajarkan ilmu bela diri oleh Sentanu. Apa bedanya?'

      "Tapi Wiro Sabrang bukan manusia biasa Gusti. Dia seperti telah kemarukan roh pendekar yang sangat sakti dan kebal senjata." kata pengawal itu.

       "Sudahlah, aku tidak mau tahu, kalian harus bisaencegah langkah Wiro lebih jauh dari pengeran Singoyudo maupun Singojati"

       "Baiklah kanjeng ratu, hamba akan berusaha semampu hamba"

        "Sudah sana ikuti langkah pengeran Singojati. Awas kalau gagal kalian kupecat."

     Dengan berat hati dua pengawal itu melangkah keluar mengikuti langkah Singoyudo.

***

Singoyudo merasa tertantang mendengar perintah dari ayahanda untuk menahan Wiro Sabrang yang tetap tidak mau tinggal di dalam padepokan. Singoyudo ingin melihat seberapa hebat pendekar yg dibawa begawan Sentanu itu jika tanpa senjata golok setan. Toh Singoyudo juga pernah belajar kungfu kepada pendekar dari Mongolia.

     Gumilang yang dari istana sudah mengikuti langkah pengeran Singoyudo atas perintah kanjeng ratu Putri Kencana menghampiri pengeran itu.

       "Biar hamba yang menyerang lebih dulu Gusti"

       "Yah..kalian cari dimana posisi pendekar itu, jangan diserang, katakan saja keberadaannya. Biar aku yang hadapi sendiri"

       "Siap Gusti."

Sangat sulit bagi Singoyudo mengikuti langkah Wiro Sabrang yang sangat cepat bak angin badai yang berhembus dimusim kemarau. Namun akhirnya bertemu juga dengan sosok bayangan laki2 gagah yang sedang berdiri tanpa sepengetahuan mereka. Singoyudo memberi kode agar Singojati diam saja. Lalu dengan mengerahkan tenaga dalam Singoyudo langsung menyerang dari belakang laki- laki itu.

"Hiaaaatttt!!"

Tanpa ba bi bu Singoyudo menyerang Wiro Sabrang dari belakang. Wiro Sabrang yang tidak mengira ada serangan dari Singoyudo tentu saja tidak berusaha menghindar Sehingga benturan tendangan dan pukulan Singoyudo menghujani punggung dan kepala Wiro Sabrang. Namun yang terjadi justru Singoyudo yang terpental dan mengerang kesakitan karena kaki dan kepalan tangannya seolah telah menghantam batu granit yang sangat keras.

"Aaaaaccchh!!"

"Brukkk !!"

Wiro Sabrang tersenyum melihat pangeran muda itu terjatuh dihadapannya sambil memegangi kakinya yang melepuh. Wiro Sabrang mengulurkan tangannya untuk membantu Singoyudo berdiri.

"Ada apa Dimas ? Ayoh bangunlah." kata Wiro.

"Maafkan saya kakang."

Malunya bukan main Singoyudo tak mampu melawan Wiro Sabrang yang ternyata sangat kebal dan baik hati. Itu baru permulaan menyerang dengan tangan kosong. Singoyudo berpikir mungkin kalau menggunakan senjata, tentu lain. Singoyudo melepas pelukan tangan Wiro Sabrang dan mulai pasang kuda- kuda sambil menghunus pedang. Wiro Sabrang tersenyum lagi ketika melihat ulah pangeran muda itu mulai membuatnya kesal.

"Saya ingin mencoba kesaktian kakang Wiro." kata Singoyudo sambil melompat dan menyerang dengan pedang ke tubuh Wiro Sabrang.

"Hiiiiiaaaaahhhhh!!"

"Trang! Trang!!"

Pedang Singoyudo menebas tubuh Wiro Sabrang yang tidak menghindar itu berkali- kali dan tubuh Wiro sama sekali tidak terluka. Malah Singoyudo yang merasa kesal karena ia diremehkan dan pedang yang digunakan untuk melukai lawannya rusak seperti membacok batu karang. Kali ini Singoyudo langsung bersimpuh dan bersujud kepada Wiro Sabrang yang memandangnya dengan senyuman.

"Ampuuun kakang Wiro. Saya hanya diutus ayahanda untuk membujuk kakang kembali ke padepokan. Saya setuju kalau kakang Wiro Sabrang jadi panglima perang untuk Singosari." kata Singoyudo. Tapi Wiro Sabrang tetap bisa tersenyum dan bersabar mendengar bujukan dua saudara tirinya itu.

" Kalau urusanku sudah selesai, aku pasti membantu ayahmu. Percayalah." kata Wiro Sabrang sambil melompat ke atas pohon dan lenyap bersama hembusan angin.

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang