BAGIAN : 40

19 0 0
                                    

Wiro Sabrang telah berada di daerah pegunungan Barat tempat para penguasa bumi sedang pesta kemenangan dan kekuatan yang digunakan untuk tirany dan penindasan kaum lemah. Wilayah Priyangan yang terkenal banyak perawan cantik dan warganya yang pandai bela diri menggunakan ilmu hitam. Surogeni tidak bisa berpisah dari sahabatnya Wiro Sabrang karena sama- sama dari benua terbesar yang punya riwayat buruk. 

     "Kenapa kamu tinggalkan Singosari Wiro? Bukankah kamu masih ada darah keturunan dari Kertajaya.?"

     "Aku mulai bosan pada tingkah keluarga itu. Tampaknya ada perseteruan antara ayah dan anak. Bahkan penasehat raja begawan Sentanu juga masih memburu harta dan kekuasaan."

       "Manusia itu tidak luput dari sifat Angkara dan adigang adigung."

       "Kurasa memang begitu Surogeni. Ada waktunya aku kembali ke Singosari setelah aku menyelesaikan tugas di dataran tinggi Sunda."

      Dua pendekar langit itu melesat bagai angin badai yang dahsyat takkan terkejar oleh manusia biasa. Hingga mereka tiba di wilayah yang sangat sejuk dengan pemandangan yang sangat indah. Parahiyangan yang dikenal banyak gadis cantik dan seruling yang mengalun seperti alunan angin yang sepoi- sepoi melintasi bukit hijau.

      Kala itulah Wiro melihat gadis sedang mencuci kain di pinggir kali yang airnya mengalir sangat jernih. Rasa haus Wiro segera terobati ketika menemukan pancoran  yang mengalirkan air jernih dari lubang bambu ke bawah bebatuan tempat gadis - gadis itu mencuci kain. Wiro tidak malu meneguk air dari pancoran disajsikan para gadis itu.

       "Diih kenapa minum air itu kan mentah akang. Dirumah abdi aya caik rebus" kata gadis manis itu sambil memandangi Wiro Sabrang yang tampak kelelahan. Wiro dan Surogeni tak mengabaikan sambutan hangat dari gadis Parahiyangan yang ramah dan menarik itu karena mereka tidak ingin ilmu kesaktiannya luntur gegara menuruti hasrat. Sebuah ilmu kesaktian itu biasanya akan lenyap apa bila melayani hasrat atau hawa nafsu terhadap lawan jenis.

      Saat itulah tiba- tiba kawanan mojang-mojang itu menjerit dan ketakutan ketika salah satu dari mereka dipeluk oleh dua orang laki- laki berpakaian prajurit.

      "Tolooong... tolooong!!"

     Lima orang mojang yang sedang cuci baju dan mandi itu kabur sambil kedodoran. Sedang seorang gadis sudah ditangkap oleh prajurit yang jumlahnya cuma 2 orang.

      "Kisanak,lepaskan gadis itu..kasihan!" kata Surogeni yang mulai emosi.

       "Apa urusanmu hah!!"

Gadis- gadis itu berlindung dibelakang Wiro Sabrang untuk menghindari sergapan para prajurit itu. Tapi dua orang prajurit itu nekat mengejar dan terhalang kaki Wiro Sabrang. Sepertinya dua prajurit itu tidak peduli dan malah mencabut pedang menyerang Wiro Sabrang.

      " Hiiiiaaaattt!!"

      "Hepp!! Trekk"

     Pedang mereka yang diayunkan sangat keras itu ditangkap tangan Wiro dan dipatahkan, lalu dibuang.

      "Hah!!"

       Dua prajurit itu terbelalak menyaksikan sendiri tubuh Wiro Sabrang yang kebal senjata, sedang pedang mereka telah dipatahkan dan dibuang. Dua prajurit itu langsung kabur melarikan diri.

      "Terima kasih Aden.. kalau tidak ada Aden, pasti kami ditangkap dan dijadikan budak raja iblis Daksaka." kata mojang itu.

      "Siapa Daksaka?"

      "Raja iblis yang berkuasa di tanah Pasundan Aden, Dia sangat kejam suka membunuh warga yang tidak patuh pada perintah dan keinginannya."

      "Ya sudah..adek pulang aak antar sampai rumah." kata Surogeni.

      Sebenarnya rumah gadis- gadis itu tidak jauh dari letak Pancoran tempat mencuci pakaian.  Tapi karena sangat terjal untuk mendaki ke pinggir sungai, mereka agak lama sampai ke rumah.

     Dan saat mojang-mojang itu naik ke bibir sungai, para prajurit yang jumlahnya lebih banyak sudah mengepung rumah mereka serta menyandera orang tua gadis itu.

     "Ayoh..kalian lawan kami heh orang asing!!" kata salah seorang prajurit sambil menodongkan pedang ke arah Wiro Sabrang.

      "Sabar kisanak. Biarlah gadis- gadis ini pulang ke rumah, " kata Surogeni yang menuntun lengan dua orang mojang yang ketakutan.

      "Hiiiaaaaattt!!"

      Para prajurit itu sudah panas terbakar laporan temannya hingga tak sabar ingin menyerang Wiro Sabrang dan Surogeni. Mereka semua bersenjata pedang dan tombak saat mengeroyok Wiro Sabrang.

     Tapi itu sangat percuma bila tombak dan pedang mereka dihancurkan oleh remasan tangan Wiro dalam sekejap. Surogeni yang pasang badan Diam saja saat diserang, tubuhnya tampak memancarkan api dan pukulan para prajurit itu tidak berarti malah sebaiknya mereka menjerit karena tangan melepuh terbakar. Tentu saja para prajurit itu langsung ketajutan yang amat sangat melihat kejadian itu. Mereka kabur meninggalkan lokasi.

      "Kabuuurrr!!"

     "Terima kasih Aden  telah menyelamatkan kami ." kata gadis cantik itu mempersilahkan Wiro Sabrang masuk ke dalam rumah mereka. Tapi Wiro Sabrang dan Surogeni sepakat mengejar prajurit yang kabur itu. Wiro Sabrang ingin tahu dan ingin bertemu dengan raja mereja Daksaka.

WIRO  PENDEKAR GOLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang