Hufft males banget aku tuh ama hari senin. Mana kelasku hari ini ada pelajaran matematika lagi 3 jam pula gimana gak males coba? Abis upacara kepala udah panas malah disuruh ngitung angka-angka laknat.
Dan aku sekarang ada di dalam kelas sambil menghitung dengan jari-jari tanganku. Satu tambah satu dua tambah dua hasilnya empat. Duh enak banget kalo soalnya mudah kayak gitu. Lah ini soalnya X Y X Y gimana gak pusing coba? Dasar matematika ilmu yang mematikan. Aku gak suka matematika karena aku gak mau mikir yang susah-susah.
Aku menghembuskan napas panjang saat melihat guru ku sedang mengawasi dengan tajam. Gimana aku bisa nyontek kalo di awasi kayak gitu?
Aku berbalik melihat seseorang yang duduk di depan bangku ku. Aku menatapnya lekat, ia sangat serius mengerjakan soal matematika sampai berulang kali mencoret-coret buku kosong berisi angka-angka yang tak ku mengerti.
Aku tersenyum tipis melihatnya seperti itu, ia kelihatan sangat cantik dengan rambut panjang hitamnya yang sedikit bergelombang ditambah raut wajah seriusnya.
"Waktu habis, silahkan dikumpul."
Aku tersadar dan melihat para murid mengumpulkan lembar jawabannya pada sang guru. Aku memutar mata malas dan segera mengerjakan soal matematika yang jawabannya masih kosong dengan cepat. Aku mengerjakannya dengan mudah lalu tak lama aku tersenyum lebar melihat jawabanku dan aku langsung mengumpulkannya pada sang guru yang suka mengoceh tak jelas itu.
Kenapa aku bisa menjawab soal matematika dengan mudah? Tentu saja aku mengisi jawabannya dengan asal karna aku gak mau pusing ngitung-ngitung. So Ngasal ae lah bodo amat ama nilai penting selesai bisa gas kantin.
Patut di contoh adick-adick
Kringgg
"Woy Lin gas kantin kuy."
Aku menoleh saat mendengar suara temanku dengan wajah cerianya. "Bentar aku beresin buku dulu," Aku dengan cepat memasukkan buku pelajaran ke dalam tas. "Yok."
Temanku, panggil saja Jija. Jija itu besti aku dari sd sampe smp ini bahkan kami udah deket banget kemana-mana kami selalu berdua kecuali ke toilet bahkan sampe di bilang orang kami kayak adik kakak kembar pantat. Jija itu mukanya gemesin banget, orangnya selalu ceria beda ama aku yang ngeselin, jahil pake banget kata orang-orang. Padahal sebenernya aku ini baik imut lucu dan rajin menabung. Oh iya aku sekarang masih kelas 9 sama kayak Jija.
Aku dan Jija kini udah berada di kantin langsung duduk di dekat pojok kantin. Seperti biasa kantin rame dipenuhi anak manusia yang kelaperan mau makan setelah capek melewati jam pelajaran.
Aku menguncir kuda rambut panjangku yang bewarna hitam. "Mbak, mie ayam satu ama es cappucino satu."
Jija mengangguk. "Mbak, saya bakso satu ama es teh satu ya, GPL gak pake lama hehe."
Ku lihat mbak penjaga warung itu terkekeh kecil. "Iya neng siap." Ucapnya dan berlalu pergi.
Aku menunggu sambil menerawang seisi kantin dan tiba-tiba tatapanku berhenti pada seseorang yang tengah duduk di meja kantin tak jauh dariku sambil makan mie pedas dan es teh pesanannya. Ku lihat ia tertawa bersama teman-temannya, walau posisinya dengan posisiku agak jauh namun aku masih bisa mendengar tawanya yang membuat ku meleleh.
Oh my God, ketawanya bikin candu
"Ini neng pesanannya." Mbak kantin itu menaruh pesananku dan pesanan Jija lalu aku segera mengeluarkan uang pas kepada Mbak kantin begitu juga dengan Jija.
"Ini mbak duitnya,"
"Makasih neng."
"Sama-sama."
Ku lihat Jija mulai memakan bakso pesanannya, "Eh Lin kamu ada crush gak?" Ujar Jija tiba-tiba setelah menelan bakso miliknya.
Ha? Crush?
Aku mengernyit bingung, "Crush itu apa? Benda kah?"
Jija menggeleng kecil, "Ih bukan, crush itu artinya orang yang kamu sukai diem-diem kayak aku contohnya,"
Oh itu toh kirain apaan. Eh berarti aku ada crush dong kan aku diem-diem suka dia. Ya dia yang lagi makan di kantin ini.
"Eum gak ada," bohongku lalu memakan mie ayamku yang sangat menggiurkan.
"Masa sih kamu gak ada? Aku aja ada,"
Aku menggeleng. "Gak ada. Eh betewe siapa tuh yang kamu suka?" Tanyaku ke Jija, aku menaik-naikkan alisku.
Jija terlihat gugup, "A-Ada deh nanti aku beri tau kamu."
Aku terkekeh melihatnya gugup kek gitu. Aku menyuap mie ayam ku menggunakan sumpit. Emm enak banget ges! Mie ayam mbak Tri emang top sekantin sekolah. Sekali-kali aku mencuri pandang ke arah dia.
Deg
Jantungku seketika berdegup kencang, YAK! dia menatapku. Secara tak langsung mataku dan matanya bertemu. Aku menatap manik coklat indahnya, cukup lama kami saling tatap hingga ia menaikkan satu alisnya membuatku segera memalingkan muka dan langsung menunduk dan memegang dadaku yang berdetak kencang.
"Kamu kenapa Lin?"
Aku mendongak dan melihat Jija menatapku bingung. "A-Aku gak papa kok hehe."
Jija mengangguk pelan dan ber-oh ria lalu kembali memakan baksonya yang sudah setengah.
Aku menghembuskan napas panjang dan dengan hati-hati aku kembali melirik dia, ku lihat dia sudah tak menatapku lagi. Baguslah dia tak menatapku lagi karna aku bisa jantungan kalo natap matanya, gugup aku tuh. Tapi aku juga ingin mengulangi saling tatap dengannya walau sebentar dan tak sengaja.
Aku menghela napas dan melanjutkan memakan mie ayam ku yang hampir dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose It?
RandomKehidupan Lin berubah setelah bertemu dengannya, seseorang yang telah membuat jantung Lin tak aman dan tak kuat jika harus bersetatap dengan orang itu. Lin tak percaya bahwa ia menyukai teman sekelasnya sendiri membuat Lin melakukan apapun untuk bis...
