°40

315 12 4
                                        

"SERIUS TOT?!!"

"Gak percaya amat."

"Weladalah kok ente bisa-bisanya menolak ngab sultan Kaylee?"

Aku menghembuskan napas panjang. Lesu, aku memilih memangku kepalaku diatas meja. "Salah ye, Tha?"

"Ya gak salah juga wong itu juga hakmu.."

"Dulu ditolak sekarang menolak. Mantab udah ada kemajuan."

"Yoii Piah! Teruskan, Lin!"

"Terus respon Kaylee apa? Jawabannya pas kamu bilang gitu?" tanya Fiah.

"Tersenyum seperti Patrick jir!" Ku acak-acak rambutku, pusing. "Gak tega banget sumpeh aku nengoknya."

Untung suasana sepi soalnya kami ngumpul di kantin pas jam pulang. Soalnya aku yang ngajak mereka ke sini.

"Kalo gak tega napa ditolak?"

"Karena gak cinta. Yakali Fiah ku terima?"

"Bener ugha. Buat apa nerima seseorang tapi kamunya aja gak ada rasa apa-apa ke dia, Lin."

"Ish ish kasian bet jadi ngab Kaylee."

"Tau tuh. Dia daripada mencintai yang gak pasti mending cintai ususnya minum sirop tiap hari."

"Mang eak, Piah?"

"Makanya aku udah netapin diriku buat kasih kepastian ke dirinya," Aku menghela napas panjang. "Aku gak mau liat dia melulu merjuangin aku yang gak bisa bales perasaannya. Dan aku bersyukur banget akhirnya bisa ngasih jawaban jelas ke Kaylee."

"Sakit banget tuh ngab Kaylee ditolak setelah perjuangannya selama ini."

"Njirt jangan gitulah woe!" Ku sumbat mulut Letha sebelum kata-katanya bikin aku ovt. "Aku hargai kok perjuangannya tapi ya... kalo emang gak ada rasa mau gimana lagi?"

"Iye-iye kami ngerti kok." sahut Fiah menepuk-nepuk pundakku.

Aku tersenyum lega. "Tengs, Fiah."

"Woy Lin! Singkirkan tanganmu bau jengkol mu ini dari bibirkuh!"

"Idih!"

"Emang gak ada rasa beneran kah?" tanya Syella.

Aku mengangguk lemah. "Gak ada. Setelah ku pikir-pikir semuanya cuma rasa nyaman, gak lebih. Jadi, buat apa lagi aku nunggu? Udah waktunya ku jujur ke dia biar dia gak makin sakit."

"Ingat guys! Orang lama selalu pemenangnya. Ciah slebew!"

"Wahai Letha, andai aja mulutmu itu BPKB, pasti udah ku gadaikan!" Ku sentil bibir Letha yang lagi mangap itu.

"Aww! Ihh apa sih nyentil-nyentil bibir akuh? Minta di kokop?"

Hoeekk!!

"Najis su!"

"Oh ya Lin, mana Kaylee?"

Lagi-lagi aku menghembuskan napas mendengar pertanyaan dari Syella. "Dia.. duluan."

"Kok—"

"Ada urusan katanya. Ya walau ku tau setelah semua ini dia pasti ngehindarin aku."

"Sad amat." sela Fiah sembari memangku tangannya. "Kecewa tuh pasti. Sakit plus kecewa emang kombinasi sempurna dari penolakan."

"Makin ngerasa bersalah dah.."

Ku rasain tangan Syella mengelus lembut pundakku. "Ngerasa bersalah itu wajar, Lin. Yang gak wajar itu kalo kamu gak jujur sama Kaylee tentang perasaanmu. So, gimana rasanya?"

Why Did You Choose It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang