"Lin, tolong ambilkan obat di lemari dapur sama air minum."
Aku mengangguk kemudian berjalan menuju dapur dimana letak lemari obat berada. Ku buka lemari itu dan aku seketika mengernyit melihat hanya ada botol obat warna putih yang tidak ada merk-nya di dalam lemari.
Mungkin ini kali ya obat yang dimaksud mama?
Aku mengendikan bahu dan langsung mengambil botol obat itu lalu segera menuangkan teko air ke dalam gelas untuk ku berikan pada mama yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
"Nih mah obat sama air minumnya," ucapku yang ikut duduk setelah memberikan segelas air dan botol obat itu pada mama.
"Terimakasih Lin,"
"Okey"
Aku terdiam sejenak memperhatikan mama yang mengambil sebuah pil dari botol obat itu kemudian meminumnya. "Itu obat apa mah? Dari kemarin mama minum mulu,"
"Cuma obat biasa nak," sahut mama sehabis minum obat itu.
"Mama sakit?"
"Tidak, hanya kecapekan."
Aku menatap khawatir mama yang memijit pelipisnya sontak membuatku berjalan mendekatinya.
"Kita ke puskesmas ya mah," ucapku semakin khawatir melihat wajah mama berubah pucat namun beliau menggeleng pelan.
"Tidak usah Lin. Kaki mama cuma pegal aj—
"Aku pijatin!"
Dengan cepat aku sudah duduk di bawah meja memijat kaki mamaku yang kata beliau pegal. Meskipun aku gak jago memijat tapi akan ku jago-jago in demi menghilangkan rasa pegal di kaki mamaku.
"Bagaimana sekolahnya?" tanya mama memecah keheningan yang sempat terjadi.
"Kayak biasa," sahutku masih memijat. "Pegalnya masih terasa gak mah?"
"Agak mendingan,"
Ku lirik mama yang menyandarkan punggungnya pada sofa sembari memejamkan kedua matanya. Mama paati kecapekan banget habis pulang kerja dari subuh sampai malam gini.
"Lin....."
"Ya mah?" tanyaku.
"Tolong abilkan dompet di kamar mama."
Aku mengangguk samar dan langsung berjalan menuju kamar mamaku. Ku buka pintu kamar mamaku yang memang tak terkunci dan ku lihat kamar ini sangat rapi juga bersih.
Mamaku memang rajin
Ku masuki dan mulai mencari keberadaan dompet mama di penjuru kamar namun tidak kelihatan batang dompetnya. Ku garuk kepalaku yang tak gatal, mama naruh itu dompet dimana sih? Dicari-cari kagak ada.
Bugh
Eh kodok!! wanjir ngagetin ae
Aku sontak menoleh sana-sini mencari sumber suara dan aku seketika sumringah melihat dompet yang ku cari-cari ada di meja pojok kamar namun ekspresi sumringah ku berubah mengernyit melihat sebuah kotak mini warna hitam tergeletak di dekat lemari pakaian.
Apaan tuh?
Dengan perlahan aku berjalan mendekati kotak tersebut kemudian mengambilnya. Hmm... gak berat malah enteng. Kotak apakah ini? Apakah kotak pandora?
Eh tapi kenapa bisa jatoh sendiri ya? Apa mungkin karena tadi aku nyari dompet di lemari jadinya kotak itu tergeser terus jatoh?
"Lin, kenapa lama sekali?"
"Ah iya mah udah ketemuuu." teriakku buru-buru keluar kamar tak lupa menutupnya kembali.
Ku berikan dompet itu pada mama yang masih duduk di sofa, menungguku. "Maaf mah tadi dompet mama nyamar jadi meja," ucapku cengengesan sedangkan mamaku cuma menggelengkan kepalanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose It?
DiversosKehidupan Lin berubah setelah bertemu dengannya, seseorang yang telah membuat jantung Lin tak aman dan tak kuat jika harus bersetatap dengan orang itu. Lin tak percaya bahwa ia menyukai teman sekelasnya sendiri membuat Lin melakukan apapun untuk bis...
