"Mejanya udah kubersihin, taruh dimana nih lapnya?"
"Itu taruh aja di sana."
"Oh oke-oke."
Ku cuci piring hingga bersih untuk ku taruh pada tempatnya semula. Setelah selesai memasak dan makan bareng bersama Kaylee, kamipun segera membagi tugas untuk menata kembali dapur yang berantakan. Sedangkan mama ku sudah pergi untuk beristirahat dengan aku yang membantunya berjalan menuju kamar.
"Eh Lin sapu di mana? Aku mau nyapu, lantainya kotor."
"Di sana, dekat pintu belakang." sahutku tanpa meliriknya.
"Hmm baiklah."
Dasar Kaylee. Aku yang baru selesai ganti baju langsung terkejut tengok dia sudah berdiri diambang pintu sambil membawa bahan makanan yang katanya dia beli sendiri buat masak bareng aku. Untung ae dia juga sudah ganti baju.
Ku lirik Kaylee tengah menyapu tak jauh dari ku sembari asik menyanyi sendiri.
"Woi kecilin dikit napa? Emak ku ntar tidurnya kebangun,"
"Ya maap kebawa suasana,"
"Ckk mentang-mentang suara bagus."
"APA! KAMU MEMUJI AKU?! aww makasih pujiannya.. bikin aku tersipu malu. Ihh gemes aku tuh! Jadi pengen bakar orang buat disate."
Njir psikopat coeg!
Ku tatap ngeri Kaylee yang tertawa bak kuntilanak.
"Ckk bercanda doang Lin ah tegang amat."
"Iyain." Aku memutar mata malas dan melanjutkan kegiatanku tadi yang sempat tertunda. "Eh Kaylee, kok kamu ngebet banget buat makan siang di rumahku? Apa ada sesuatu?"
"Gak ada cuma aku pengen tau rasanya makan barengmu. Gak ada yang salah kan?"
Aku sontak menyipitkan mataku, "Hmm mencurigakan.."
"Apa?"
"Tapi gak papa sih kamu mau makan di rumahku juga gak masalah." sahutku saat ku lihat Kaylee menarik sudut bibirnya. "Apa senyum-senyum?"
"Ehe senang aja gitu,"
"Kasih tau dong kenapa,"
"Ihh ada deh... kepo."
Aku menatap datar Kaylee yang cengengesan sambil terus nyanyi-nyanyi dengan gagang sapu sebagai mic nya. "Oi bik! Cepet nyapunya, konser mulu kapan kelar nih kerjaan."
"Iya-iya hamba ngerti kok. Bersabarlah wahai tuan putri yang cantik, imut, lucu, gemesin, harum, sexy, bohay pokoknya semualah buatmu."
"Eh kagak usah tambahin bohay juga kali! Aku gak begitu!" Aku menghembuskan napas kesal melihat Kaylee masih cengengesan.
"Oi Lin,"
"Apa?" Aku menyahut masam tanpa ngelirik dia.
"Kalo orang tua meluk anak itu normal kan?"
"Ya normal lah kan ada hubungan darah, malah itu artinya tanda sayang ortu kepada anak."
"Gitu ya. Kalo sebaliknya, sesama teman perempuan saling peluk apakah normal juga?"
Aku berhenti sejenak, ku lirik heran Kaylee yang masih menyapu. "Hmm.. kalo itu seharusnya gak papa.. kan meluk biasa doang."
"Oh baiklah aku paham,"
"Kenapa emangnya?" tanyaku.
"Gak, bukan apa-apa."
Pertanyaan yang aneh
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose It?
SonstigesKehidupan Lin berubah setelah bertemu dengannya, seseorang yang telah membuat jantung Lin tak aman dan tak kuat jika harus bersetatap dengan orang itu. Lin tak percaya bahwa ia menyukai teman sekelasnya sendiri membuat Lin melakukan apapun untuk bis...
