Tok tok tok
Aku berdiri gelisah saat gak ada jawaban apapun. Ku ketuk kembali pintu berwarna putih ini berharap Kaylee beneran ada di dalam rumahnya.
"Ayolah coy buka pintune.."
Aku harap-harap cemas. Khawatir soalnya nomernya kagak aktif-aktif. Udah berapa kali ku coba telpon dan chat tapi selalu berakhir no respon.
Kaylee.. kamu baik-baik ae, kan?
Krieettt...
Jantungku berdetak lebih cepat saat pintu mulai kebuka hingga keluar seorang wanita-yang mungkin umurnya kisaran 40-an, keliatan bingung melihatku.
Dia bingung, aku lebih bingung.
"Maaf, nyari nona Kaylee ya dek?"
"Eh iya.." Aku tersenyum kikuk. "Anu.. saya nyariin dia,"
"Oalah.. nona Kaylee-nya ada kok. Mau saya panggilkan?"
"Iya-"
"Siapa toh bi?"
Omonganku terpotong saat muncul sebuah suara yang ku kenali. Aku langsung mengalihkan pandangan ke arah dalam rumah hingga ku lihat seseorang yang tengah ku khawatirkan kini tengah berjalan dengan lunglai menuju kami.
"Siapa sih bi? Tolong jangan bilang itu manusia. Aku lagi capek sama spesies sendiri."
"Eh kampret! Ini aku Lin temenmu!"
"HAH! APAH?!"
Ekspresi Kaylee berubah kaget saat mata kami bertemu. "Itu kamu, Lin?"
Buru-buru dia melangkah cepat ke arahku.
"Kapan datengnya?"
"Anu non.. tadi saya mau keluar dan kebetulan ada adek ini nyariin non," Mulutku terkatup saat wanita paruh baya tersebut yang menjawab. "Temennya ya?"
Sekilas Kaylee melirik wanita tersebut sebelum beralih melihatku. "Iya. Emang temenku, bi."
"Oh pantes aja keliatan seumuran. Emang temen rupanya.."
"Bibi katanya mau pulang, kan?" ucap Kaylee. "Sekarang boleh kok,"
Ku lihat ekspresi wanita tersebut berubah sembari mengangguk cepat pada Kaylee sambil menenteng tasnya. "Iya non. Terima kasih izinnya. Anak saya sakit jadi saya khawatir mau jenguk dia ke puskesmas.."
"Yaudah hati-hati aja, bi. Dapur udah bibi bersihin, kan?"
"Sudah non. Semuanya sudah saya bereskan. Maaf ya non.. saya pamit dulu."
Kaylee membalas dengan tersenyum samar. Sedangkan aku cuma mengangguk sopan sebagai balasan saat wanita tersebut tersenyum melewatiku hingga berjalan menjauh-meninggalkan kami dalam situasi diem—dieman.
Ku pandangi sejenak kepergian wanita paruh baya tersebut sebelum beralih melirik Kaylee yang cuma diem.
Gak tau kenapa tapi aku tiba-tiba ngerasa kikuk.. mana Kaylee natapku gitu banget
"Em.. itu siapa yah?" tanyaku mencoba memecah keheningan.
"Pembantu aku. Beliau yang bersih-bersih rumah ini."
Lah iya baru inget! Kan Kaylee pernah bilang kalo di rumahnya ada pembantu yang kerjanya dari pagi ampe sore
"Oh." Aku mengangguk paham. "Baru kali ini aku liatnya."
"Yakan kamu baru dateng sekali. Itupun beliau udah balik ke rumahnya waktu kamu ke sini." sahut Kaylee tanpa ekspresi.
Dengan hati-hati, ku pandangi dirinya yang rada beda dari biasa ku liat. Kayak ada aura-aura mengerikan gituloh yang menyelimuti dirinya. Bahkan aku gak liat cengiran khas yang selalu menghiasi mukanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose It?
De TodoKehidupan Lin berubah setelah bertemu dengannya, seseorang yang telah membuat jantung Lin tak aman dan tak kuat jika harus bersetatap dengan orang itu. Lin tak percaya bahwa ia menyukai teman sekelasnya sendiri membuat Lin melakukan apapun untuk bis...
