°5

1.2K 106 1
                                        

drrrtt drrt

Ckk siapa sih yang menelpon ku malam-malam begini? Ganggu orang baca novel aja.

Aku menutup buku novel dengan kasar lalu meraih hp ku diatas meja belajar. Dahiku mengernyitkan saat melihat nomor asing tertera di layar hp ku, bahkan nomornya bukan +62.

Dengan ragu, aku mengangkat telepon tersebut. "Hallo?"

"Hallo bestiii!"

Deg

Suara ini..

"Hoi Lin, ini aku Jija, sahabatmu dari sd. Aku sekarang udah sampe di Amerika." Ucap Jija dari balik telepon.

Aku sontak tersenyum senang. "Syukurlah kalo gitu. Gimana perjalanannya? Baik?"

"Baik dong malah pas di bandara Amerika aku ketemu ama cowok bule yang ganteng banget. Apalagi kelihatannya dia seumuran ama aku."

"Widih. Kenapa gak kamu goda?"

"Gaklah. Hati aku udah ada seseorang tau, gak akan ada yang bisa gantiin dia di hatiku walau cowok bule itu sekalipun."

"Siapa yang ada di hati kamu? Kasih tau dong," kata ku dengan nada menggoda.

"Ada deh kamu gak boleh tau, eh betewe ayam yang aku ke kamu kasih gimana?"

Aku sontak menepuk keningku. "ASTAGA!"

"Ha? Kenapa Lin? Ada apa?"

"Aku lupa ama Tukinem,"

"Ha? Tukinem? Siapa? Tetangga kamu? Perasaan gak ada deh tetangga kamu yang namanya Tukinem."

Emang gak ada, tetangga aku gak ada namanya Tukinem, adanya Juminem.

"Itu Tukinem, ayam yang kamu kasih ke aku, lupa ku kasih makan malam."

"Et dah kenapa namanya harus Tukinem, kayak gak ada nama lain aja."

"Hehe udahan ya telfonnya, nanti lanjut lagi."

"Hum good night, Lin."

"Good night juga, Jija."

Tiit

Aku menaruh hp ku diatas meja belajarku dan segera bangkit untuk pergi memberi makan Tukinem, kasian tuh ayam belum ku kasih makan. Aku berjalan dengan buru-buru menuju kandang Tukinem sebelum keburu malem takutnya makin banyak nyamuk.

Aku kini sedang berjongkok di depan kandang kecil Tukinem yang berada di dekat gudang belakang rumahku lalu membuka pintu kandang tersebut. Aku menuangkan pur ayam tak terlalu banyak diatas mangkok yang telah aku bawa sebelum kemari.

"Nih Nem makananmu, maaf telat ngasih kamu makan malem, pasti kamu lapar."

Kwek Kwek Kwek

Aku tersenyum tipis mengamati Tukinem yang mulai memakan pur ayam itu dengan lahap. Sesekali aku mengelus bulu Tukinem yang berwarna ungu itu. Tukinem, makan yang banyak ya biar kamu cepat gede terus bisa ku goreng hehe.

***

Inilah waktunya, sudah 10 hari aku menunggu hari ini tiba, hari yang ku nanti. Aku kini sedang menunggu di parkiran sekolah sambil duduk diatas jok motorku dengan sebuah kado yang ku pegang di kedua tanganku.

Ku lihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 1 siang dan tentunya semua murid sudah pada pulang ke rumah. Aku melirik sana-sini namun nihil, orang yang ku tunggu belum datang, bahkan mobilnya pun sudah gak ada di parkiran sekolah.

Aku menghela napas kecewa, hikss dia pasti udah lama pulang. Ini semua gara-gara tuh guru! Kenapa sih aku harus dihukum hormat pada bendera di tengah lapangan? Hanya karena aku gak ngerjain tugas matematika 5 kali, jadinya aku pulang terakhir karena harus hormat bendera 1 jam. Untung aku kuat berdiri di bawah terik matahari.

Aku menatap kado yang ku pegang ini, sontak aku menarik napas dalam-dalam. Hufft padahal aku udah siapin ini kado dari 3 hari yang lalu untuk kuberikan kepadanya hari ini.

Aku lalu menyimpan kado ini di dalam tas ku kemudian memakai helm dan menghidupkan motorku lalu menjalankannya menjauh pergi meninggalkan parkiran. Aku seketika menghentikan motorku saat hendak keluar dari gerbang sekolah.

Deg

Aku tersenyum lebar dibalik helmku, akhirnya orang yang ku tunggu belum pulang. Ku lihat ia berada tak jauh dariku dan sedang bercanda bersama kedua temannya sambil berjalan menuju mobil yang kelihatan mewah tapi ku tak tahu merk apa itu.

Ku pakirkan motorku di dekat pos sekolah yang berada tak jauh dari gerbang sekolah ini. Setelah memarkirkan dan mengeluarkan kado dari dalam tas, aku mendekati satpam yang tengah duduk. "Pak satpam, titip motor ama helm ya bentar aja."

Ku lihat pak satpam itu melirikku dan mengangguk. "Iya siap."

Aku tersenyum manis pada satpam itu kemudian berjalan mendekati mereka yang hendak masuk ke dalam mobil mewah tersebut.

"Tunggu,"

Panggilku yang membuat mereka bertiga berbalik ke arah ku. "Ya?"

"B-boleh aku berbicara dengan Aulia, sebentar saja?" Ucapku yang membuat mereka mengernyitkan dahi. Ku lihat mereka berbisik-bisik sebentar sebelum menatapku kembali.

"Ada apa memangnya?" Tanya salah satu teman Aulia yang berwajah imut.

"Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan padanya."

"Baiklah silahkan."

Kedua teman Aulia kemudian pergi meninggalkan kami berdua. Aku yang gugup langsung menunduk saat Aulia menatapku.

"Ada apa, Lin?" Tanyanya yang membuatku semakin menunduk gugup.

Damnnn suaranya ituloh.. suaranya aja udah imut apalagi orangnya.

Aku mengatur detak jantungku yang berdegup kencang sebelum mengeluarkan kado tak lupa coklat dari balik punggungku yang sedari tadi ku sembunyikan. Ku tatap kedua mata coklat Aulia yang indah. "Selamat hari valentine dan selamat ulang tahun, Aulia Salsabila."

Ku lirik Aulia yang terkejut namun beberapa detik ia langsung tersenyum manis dan menerima kado dariku.

Deg

Mataku sontak berbinar bahagia karena Aulia menerima kado dan coklat valentine dariku. Apalagi melihat Aulia tersenyum manis, manis sekali. Senyumannya mengandung gula 1kg.

"Aku tenggelam, Aulia."

Ku lihat Aulia mengernyitkan dahi bingung. "Ha? Maksud kamu?

"Aku tenggelam, tenggelam dalam senyumanmu yang manis." Ucapku yang berhasil membuat kedua pipi Aulia memerah.

"Gombal ihh."

Kami berdua lalu mengobrol dan sesekali ku lihat Aulia tertawa kecil saat aku ngelawak. Aku menatap lekat Aulia yang tengah tertawa kecil sembil tersenyum kecil. Aulia, aku menyukaimu, namun apakah perasaan yang sama ada padamu?

Why Did You Choose It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang