Setelah sepulang sekolah aku makan siang berdua bersama ibuku setelah selesai makan siang aku bergegas ke kandang Tukinem tak lupa mengganti baju sekolah ku dengan kaos oblong biasa karena hari ini cuacanya cukup panas.
Aku kini sedang memberi makan peliharaan ku yang bernama Tukinem. Oh iya, Tukinem memiliki ciri khas yaitu bulunya berwarna ungu janda.
Aku tersenyum mengingat saat sebelum pulang sekolah, aku memberikan kado dan coklat pada Aulia. Aku rela mengambil setengah dari uang tabunganku hanya untuk membeli kado tersebut, meski isi kadonya tak mahal tapi semoga saja Aulia menyukainya.
Kalian tau? Sudah lama aku memendam perasaan ini padanya sejak dari awal masuk sekolah menengah pertama dan perasaan ini muncul saat kedua mata kami tak sengaja bertemu dan itu membuat perasaan terlarang ini muncul.
Aku tau ini salah, aku harus membuang perasaan ini jauh-jauh tapi aku tak bisa... Aku sudah berusaha melupakan tetapi itu malah membuat perasaan ini semakin kuat. Aku memendam perasaan ini dalam diam dan merasakan sakit saat melihat Aulia bersama dengan seorang cowok yang tak ku kenal.
Ku pegang dadaku yang terasa sesak mengingat sebelum pulang sekolah tadi aku tak sengaja melihat lagi-lagi cowok tak ku kenal itu memberikan coklat yang kelihatan mahal pada Aulia dan dengan senangnya Aulia menerima pemberian coklat itu. Apalagi kulihat mereka pulang bareng naik mobil mewah meninggalkan ku yang sedang bersembunyi di balik tembok tanpa mereka sadari.
Bukankah setelah aku memberikan kado dan coklat pada Aulia tadi, dia akan pulang bareng bersama teman-temannya? Tapi kenapa saat aku mau antar dia pulang malah menolak dan bilang padaku bahwa dia mau pulang bareng temannya tadi namun nyatanya tidak begitu dan malah pulang bersama cowok tak ku kenal tersebut.
Aku menarik napas dalam-dalam, mungkinkah itu pacarnya? Oh shittt jika benar pupus harapanku untuk bisa mendapatkan Aulia.
Kwek Kwek Kwek
Aku sontak melirik Tukinem yang tengah minum di wadah kecil. Jujur, aku tidak terlalu suka dengan ayam apalagi sampai memelihara segala tapi sejak Jija memberikan anak ayam ini aku jadi sedikit-sedikit menyukai ayam. Terkadang, Tukinem menjadi tempat curhat ku meski anak ayam ini mungkin tidak mengerti apa yang aku curhatkan padanya.
Aku tidak mempunyai banyak teman, baik teman di rumah maupun sekolah. Aku bukan introvert cuma males aja. Sahabatku satu-satunya hanya Jija yang kini berada di luar negeri. Ah jadi rindu ama Jija.. rindu main bareng dengannya yang kadang sedikit prik itu.
Setelah memberi makan Tukinem aku langsung mengunci kandangnya dan segera pergi masuk ke dalam rumah untuk tidur siang. Mending kita turu daripada memikirkannya yang penuh harapan palsu.
***
"Aku anak sehat tubuhku kuat.. la la la.."
Aku kini sedang berjalan sambil bernyanyi menyusuri lorong kelas yang sepi karena jam pertama sudah di mulai. Aku menepuk dahi pelan, ah sial telat lagi padahal aku sudah memasang alarm tepat waktu. Ibuku tak bisa membangunkanku karena jam 5 pagi beliau sudah berangkat kerja. Ibuku hanya berpesan bahwa aku harus terbiasa bangun sendiri.
Aku berhenti berjalan. Tunggu.. tak mungkin jika aku memasuki kelas karena aku sudah terlambat 30 menit, bisa-bisa aku kena hukum. Tapi bagaimana bisa aku memasuki gerbang sekolah jika aku sudah terlambat? Tentu saja aku lewat belakang dengan memanjat tembok lapangan basket.
Aku memang sudah biasa telat dan biasa saja memasuki kelas meski harus dihukum namun untuk kali ini tidak. Hari ini kelasku sedang berada di jam pelajaran Bahasa Inggris, salah satu guru killer setelah guru matematika. Mana aku belum ngerjain pr Bahasa Inggris lagi, lupa aku tuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose It?
RandomKehidupan Lin berubah setelah bertemu dengannya, seseorang yang telah membuat jantung Lin tak aman dan tak kuat jika harus bersetatap dengan orang itu. Lin tak percaya bahwa ia menyukai teman sekelasnya sendiri membuat Lin melakukan apapun untuk bis...