Tringg tringg
Aku yang hendak beranjak sontak berhenti sejenak mengambil hp mama yang berdering diatas meja. Aku mengernyit saat melihat nomor asing tertera di layar namun aku tetap mengangkat teleponnya.
"Hallo?"
"..."
"Maaf saya anaknya. Anda siapa?" tanyaku sopan pada orang diseberang sana.
"..."
"Eh? Saya minta maaf Bu tadi saya tidak tau. Dan untuk mama saya... beliau belum baikan, sekarang lagi demam,"
"..."
"Baik Bu nanti saya sampaikan."
Tit
Aku menghela nafas panjang. Ku taruh kembali hp mama diatas meja lalu mengambil baskom berisi air hangat juga kain kering dan segera beranjak dari dapur menuju kamar mama.
Ceklek
Ku buka pintu kamar dan melihat mama ku berbaring lemah diatasnya. Aku lalu duduk disamping ranjang sembari mengompres beliau dengan kain basah yang sudah ku celupkan dalam baskom.
Selesai mengompres, ku ambil obat diatas nakas dan dengan hati-hati ku suapkan obat juga air putih pada mama. "Masih pusing gak mah kepalanya?"
"Udah mendingan nak."
Aku menghela nafas lega, ku tatap sendu orang yang ku sayangi kini terkena demam tinggi. Sudah beberapa hari mama demam tinggi setelah abis pulang dari rumah sakit.
Ku pijat lembut kepala mama sesekali mengganti kain untuk ku celupkan dibaskom berisi air hangat dan kembali meletakkannya di kening mama. Aku semakin khawatir saat menyentuh tangan dan kening beliau yang masih terasa panas.
"Kita ke dokter ya mah buat ngecek kondisi mama,"
"Tidak usah nak, cukup dirumah aja."
"Badan mama panas banget loh udah beberapa hari demamnya gak turun-turun."
"Cuma demam biasa, pake obat warung juga bisa sembuh."
"Tapi kan perlu tau kenapa mama demam setelah cuci darah."
"Mungkin efeknya. Sudah kamu tidak usah khawatir."
Aku menghela nafas, ku tatap sedih mama yang terdiam dan tampak pucat. Kenapa susah sekali mengajak beliau ke rumah sakit. Oh Tuhan kenapa orang yang ku sayangi harus terbaring sakit..
"Lin.."
"Eh? Iya ada apa mah?"
"Tadi hp mama berdering, siapa yang nelpon? Apa si boss?"
Aku mengangguk, "Iya. Tadi si boss ganti nomor, Lin mana tau kalo itu boss mama."
"Hem.. sudah hampir seminggu ini tak masuk kerja. Pasti beliau menanyakan itu," ku lihat Mama menghembuskan nafas panjang kemudian telapaknya memegang keningnya yang lagi dikompres kain. "Kapan sakit ini sembuh?"
"Mama istirahat aja dulu.. jangan pikirin kerja. Mama pasti sehat kok percaya deh." ucapku lembut.
Aku tersenyum tipis melihat mama menatapku dan ikut tersenyum. "Sekolah kamu bagaimana nak? Kapan kamu akan ujian?"
U-ujian?
"Emm itu... belum ada infonya mah.."
Aku meneguk ludah kasar, ada suatu alasan kenapa aku berbohong
"Baiklah. Tapi kalo guru kamu sudah minta biaya bayaran ujian bilang mama ya nak. Kamu harus ikut ujian itu."
Aku mengangguk kecil dan kembali memijat lembut kepala mama. Cukup lama aku akhu berhenti memijat saat ku lihat beliau sudah tertidur. Dengan pelan ku tarik selimut yang menutupi sampai batas leher. Lalu ku usap kepala mama yang masih tertidur sebelum aku beranjak keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose It?
RandomKehidupan Lin berubah setelah bertemu dengannya, seseorang yang telah membuat jantung Lin tak aman dan tak kuat jika harus bersetatap dengan orang itu. Lin tak percaya bahwa ia menyukai teman sekelasnya sendiri membuat Lin melakukan apapun untuk bis...
