"Dek, saya pulang dulu ya. Semoga ibumu baik-baik saja."
Aku mengangguk kecil dan mengucap terima kasih pada bapak paruh baya itu yang kemudian berlalu pergi. Aku menghela nafas panjang, ku sandarkan punggungku dan memejamkan mataku sebentar.
Aku kini berada di puskesmas. Duduk diam saja di kursi tunggu dengan perasaan gelisah saat ku lihat seorang dokter pria keluar dari ruangan disampingku.
Aku sontak berdiri saat dokter pria itu melirikku.
"Apa kamu keluarganya?"
Aku mengangguk cepat, "Ya Dok! Saya anaknya, gimana kondisi mama saya? Mama saya baik-baik aja kan?"
"Begini mama anda kecapekan dan sepertinya sering telat makan,"
Aku menghembuskan nafas lega. Ugh untung mama ku gak papa. Kirain sakit. Tapi aku terkejut mengetahui jika mama sering telat makan.. apa mama bekerja begitu keras hingga lupa buat makan?
"Tapi ada yang ingin saya sampaikan.."
Aku mengernyit heran saat melihat ekspresi dokter pria itu tiba-tiba berubah. "Apa ya Dok?" tanyaku pelan. Dadaku berdetak cepat saat dokter pria itu menunduk sembari menarik nafas panjang.
Kenapa perasaanku jadi gak enak..
"Mama anda mengalami gagal ginjal."
Deg
"APA?! Gak mungkin lah dok! Mama saya selama ini baik-baik aja mana mungkin punya penyakit itu!"
Ku rasakan tubuhku seketika terhuyung, ku tatap tak percaya dokter pria yang berdiri tinggi di hadapanku. "Bohong.. pasti bohong!"
"Maaf.. tapi itulah kenyataannya. Kondisi ginjalnya sudah kronis. Apa mama pernah anda mengkonsumsi obat-obatan?"
"Gak pernah dok!" sahutku cepat. Aku terduduk lemas. Ku mendongak kembali menatap tak percaya akan ucapan sang dokter. "Hiks kok bisa mama kena penyakit mengerikan itu.."
Ku sandarkan punggungku, ku usap kasar wajahku sebelum kembali menatap dokter pria itu. "Cara agar mama saya sembuh gimana Dok?"
"Gagal ginjal jika sudah kronis tidak bisa disembuhkan. Namun, di rumah sakit mama anda bisa melakukan cuci darah rutin, hanya hal tersebut yang bisa dilakukan,"
"Disini apa gak bisa Dok?"
"Mohon maaf. Puskemas kecil ini tidak menyediakan metode cuci darah. Baiklah saya permisi." ucap dokter pria itu sebelum berbalik pergi meninggalkanku.
Aku segera bangkit dan berlari masuk ke dalam ruangan disampingku dimana ku lihat mama sendirian berbaring di ranjang pasien. Mama menatap kosong langit-langit ruangan membuatku merasa sedih.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan mencoba tersenyum lalu berjalan mendekati ranjang mama.
"Mah pulang yuk nanti aku masakin─"
"Mama dengar semuanya. Tidak perlu berpura-pura,"
Aku sontak berhenti melangkah saat mama langsung bangkit dan menatapku tajam sebelum ku lihat ekspresi mama berubah sendu.
"Jangan khawatir, mama baik-baik aja."
"Baik-baik apanya mah? Pokoknya sekarang kita ke rumah sakit─"
"Tidak ada gunanya.. mama sudah pasrah.."
Aku berlari memeluk mama dengan air mataku yang kembali turun, "Jangan bilang gitu, mah! Mama itu keluarga ku satu-satunya... kita cari cara ya biar mama bisa sembuh?"
Aku semakin mengeratkan pelukanku dan ikut tersenyum melihat mama akhirnya tersenyum meski ku lihat itu sekilas senyuman kecil.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose It?
RandomKehidupan Lin berubah setelah bertemu dengannya, seseorang yang telah membuat jantung Lin tak aman dan tak kuat jika harus bersetatap dengan orang itu. Lin tak percaya bahwa ia menyukai teman sekelasnya sendiri membuat Lin melakukan apapun untuk bis...
