°24

702 39 0
                                        

"Dipoles sedikit bedak lagi.. yak pas sekali!"

"Emang harus mah dipakein beginian?"

"Tentu. Masa wajah tidak dirias, tidak menarik dong jadinya,"

"Tapi akunya agak risih.."

"Kamu jangan terlalu tegang, Lin, nanti terbiasa. Untuk hari ini aja kok."

Ku pandangi diriku yang sudah terhias rapi di depan kaca. Aku bisa mencium bau wangi menguar setiap kali botol parfum itu disemprot olehnya padaku. Ku lirik mama ku lewat kaca yang tengah tersenyum di belakangku, menatapku sembari sedikit merapikan poni ku.

"Eh ini apa Lin?"

"Oh hehehe ini liontin," sahutku saat beliau menyentuh liontinnya. "Bagus gak?"

"Liontinnya cantik. Kamu beli dimana nak? Kok mama baru liat kamu pake liontin,"

"Baru beli soalnya harganya murah mungkin lagi diskon," sudut bibirku terangkat mengingat liontin ini juga punya pasangan putihnya yang terpasang dileher seseorang. "Mama suka gak? Kalo suka ntar aku beliin juga,"

"Mana mungkin mama pake beginian. Liontin ini cocoknya sama remaja kayak kamu,"

"Ihh ada juga loh buat orang dewasa. Kan ada macem-macem bentuk,"

"Tidak usah. Mama sukanya yang versi warna kuning,"

"Et dah mahal ntu harganya."

"Nah makanya. Itu baru cocok untuk orang dewasa."

Ku tatap datar beliau yang terkekeh sembari menyisir rambutku. Ada ada bae

"Udah selesai mah?" tanyaku setelah terdiam beberapa saat.

"Sudah nak. Liat, cantik sekali kan?"

Banget! Gak nyangka riasan emak ku bisa cakep gini hasilnya. Eh tapi reflek jadi kaku aku tot! Edisi ketika pertama kali di rias

"Anu mah... ini gak berlebihan?"

"Yang mana?"

"Riasannya."

"Tidak. Kebaya dan riasan ini cocok sekali buatmu,"

"Terus rambutku dibiarin gini aja?"

"Iya. Digerai aja jangan di kuncir,"

"Emang bagus?"

"Tentu. Liat, tuh sempurna banget kan? Coba senyum nak.. yap bagus! Kamu memang anakku yang paling cantik."

"Duh mah jadi malu hehehe..."

Aku tersenyum manis memandangi pantulanku di kaca. Ku rasakan usapan lembut menyentuh kepalaku.

"Memang benar kok, tidak bohong. Kamu memang cantik."

Tuh kan bener cuy! Kata mamah aku paling cantik

"Udah, ayo berangkat nanti telat."

"Ntar mah," Ku tahan lengannya yang hendak membuka pintu, "Mama yakin mau ikut?" tanyaku. "Mama kan lagi sakit takutnya ada apa-apa..."

Beliau tersenyum tipis kemudian menggenggam tanganku, "Jangan khawatir, mama masih sanggup untuk berjalan. Sudah buruan kita berangkat sebentar lagi acaranya mau dimulai, kan?"

Aku menghembuskan napas dan langsung mengangguk. Selesai bersiap-siap dan pintu pun udah dikunci, kami langsung otewe ke sekolahku dengan menaiki motor.

Aku agak bingung. Katanya acaranya di gedung-gedung gitu tapi sekarang malah berubah di sekolah. Gak tau sih soalnya pas di sekolah nanti bakal ada pengumuman penting. Hufft pokokne aing sangat-sangat grogi bin gugup ngehadiri acara perpisahan ini.

Why Did You Choose It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang