°18

1K 76 1
                                        

Ceklek

Ku buka pintu dan tersenyum tipis melihat mama sudah siuman tengah berbaring di ranjang pasien.

Syukurlah. Cukup lama beliau tak sadarkan diri tadi

Aku berjalan membawa nampan makanan lalu menaruhnya diatas kabinet disamping ranjang. "Mah... makan yuk.."

"Sekarang jam berapa, Lin?"

"Udah jam 5 sore mah," sahutku.

"Kenapa kita ada disini?"

"Mama pingsan waktu aku pulang sekolah makanya aku bawa mama kesini."

Aku terdiam sejenak melihat mama yang memperhatikan sekujur tubuhnya. Aku mengernyit saat pandangan mama tiba-tiba berpaling ke arahku. "Kenapa mah?"

"Kenapa kamu bawa mama ke rumah sakit?"

"Supaya dapat perawatan baik biar bisa sembuh. Dan kata Dokter, mama harus rawat inap." Aku tersenyum tipis sebelum sebelum menyuapkan sesendok nasi pada mama.

"Kamu sudah makan?"

"Belum,"

"Makanlah, nak. Ini sudah sore nanti kamu sakit."

"Bentar lagi makan kok."

Ku terus menyuapkan makanan pada mama ku dan keheningan pun terjadi hingga pertanyaan dari beliau membuyarkan lamunanku yang sempat terjadi.

"Lin..."

"Eh? Iya mah kenapa?" Aku lantas mengambil gelas berisi air lalu memberikannya kepada beliau.

"Kenapa harus rawat inap?" tanya mama tiba-tiba. Aku terdiam sejenak. Ku tatap ragu beliau setelah aku menaruh gelas itu diatas kabinet.

"Eum... karena besok mama akan menjalani cuci darah."

"APA? Tidak, mama tidak mau! Hentikan!"

Aku sontak panik melihat mama yang hendak bangkit, ku tahan tubuhnya meski terus meronta sebelum akhirnya kembali berbaring.

Aku menghela nafas, ku tatap bingung mama yang kini memalingkan muka. "Tadi mau ngapain, mah?" tanyaku. Aku masih panik akan tindakan tadi.

"Nak... ayo kita pulang..."

Aku menggeleng cepat, "Gak boleh! Kan besok mama harus jalani cuci darah─"

"Apa kamu tau berapa biayanya? Itu tidak murah, Lin. Bahkan itu harus rutin dilakukan. Belum lagi membeli obatnya,"

"Lin akan melakukan apapun buat kesembuhan mama! Gak peduli seberapa mahal biayanya."

"Kamu tidak tau nak. Ayo pulang, jangan membuang waktu untuk kesembuhan mama..."

Ku peluk erat mama ku, semakin erat saat ku rasakan beliau mengelus lembut pucuk kepalaku. "Mama jangan khawatir... Lin bakal usaha bayar semua biayanya. Bahkan kalau harus kerja,"

Akan ku lakukan semuanya asalkan mama ku bisa sembuh

"Tidak Lin, mama akan jauh lebih baik kalau berada dirumah daripada disini,"

"Tapi mah..."

Ku rasakan beliau menarik nafas panjang dan kembali mengelus pucuk kepalaku. "Ingat nak, cukup mama saja yang bekerja, kamu harus fokus pada sekolahmu. Sekolah lebih penting."

Ku lepas pelukanku lalu duduk disamping ranjang. Aku menghembuskan nafas panjang, ku ambil kembali mangkuk berisi nasi sayur yang tinggal setengah tadi lalu menyuapkannya pada mama.

Beberapa kali aku memohon agar besok mau melakukan cuci darah hingga aku pun tersenyum lega karena akhirnya beliau mau juga.

Setelah makanan habis, ku lirik jam dinding diruangan ini yang menunjukkan pukul 6.

Why Did You Choose It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang