Episode. 3

565 44 9
                                    

Pagi ini, setelah insiden pingsannya Rava di toilet rumah sakit kemarin pada saat mengecek sesuatu yang berhasil membuatnya nyaris hilang akal. Rava akhirnya kembali membuka matanya. Ia menggeliat layaknya seekor kucing yang dipaksa bangun setelah tiduran terus sepanjang hari. Berbeda dari kebanyakan pasien koma lainnya ---yang mana biasanya akan mengalami penurunan fungsi otak ataupun kelumpuhan akibat sistem saraf yang sudah lama tidak digunakan--- Rava justru mengalami pemulihan tubuh yang sangat begitu cepat. Bisa dibilang, kasus yang dialami Rava adalah sebuah keajaiban langka. Lihat saja kemarin. Bagaimana bisa orang yang baru bangun dari koma selama 5 tahun bisa bangun dan langsung ingin ke toilet? Normalnya, pasien koma yang baru bangun tidak dapat menggerakkan tubuhnya secara normal. Bahkan bicara saja pun sulit.

Sebagai dokter yang telah merawat serta menemaninya selama ini. Dey jadi penasaran dengan apa yang membuat pasien komanya satu ini bisa secepat itu pulihnya setelah bangun. Ruangannya bukan lagi di ICU. Melainkan ruang rawat inap biasa. Tapi tetap saja, Dey meletakkannya di bagian VVIP.

"Selamat pagi, Rava." sapa dokter Dey dengan ramah ketika melihat Rava sedari tadi terus menggeliat di ranjangnya tanpa membuka mata.

Mendengar suara orang yang tampak begitu familiar di telinganya, Rava pun membuka mata dengan menyipit seraya membiasakan cahaya terang matahari yang masuk melalui jendela memenuhi penglihatannya.

"Mama kok masih betah cosplay jadi dokter-dokterannya?" tanyanya dengan bingung dan suara yang parau.

Dey yang mendengar itu mengernyit bingung dengan apa yang dikatakan Rava. Anak itu lagi-lagi bicara aneh dengannya. Ia lantas memeriksa keadaan Rava hari ini.

"Kondisi tubuh kamu makin membaik hari ini. Besar kemungkinan kamu secepatnya akan bisa kembali berjalan dengan normal. Dan sebentar lagi kamu pun bisa pulang. Oh, iya, saya juga akan mengurus segala pendaftaran sekolah kamu nantinya setelah kamu sudah benar-benar siap kembali bersekolah." jelas dokter Dey dengan menatap balik mata Rava yang melihatnya dengan tatapan bingung.

"Rava?" panggil dokter Dey sambil menyentuh pundak Rava.

"Namaku bukan Rava. Tapi Reva. Reva Fidela." tukas Rava dengan nada sedikit kesal.

Dokter Dey hanya mengangguk menanggapi.

"Baiklah. Saya tidak tahu mimpi apa yang sudah kamu alami sepanjang kamu tertidur selama bertahun-tahun ini tapi---"

"Tidur? Bertahun-tahun?" potong Rava kembali bingung.

"Lima tahun lalu suami saya menemukan kamu terkapar di dasar jurang. Kondisi kamu sangat kritis pada saat itu. Kamu tidak ingat?" - Dey.

Dalam beberapa detik, sekelebat ingatan melintas dalam kepala Rava. Semuanya berlangsung singkat sampai ia tertegun sesaat memikirkan apa yang baru saja terjadi dengan isi kepalanya.

Dan begitu salah satu bayangan paling jelas melintas lagi disertai suara gemuruh orang-orang.

"Akh!" Ia meringis sesaat setelah bayangan itu berhenti. Kepalanya terasa sakit sebentar. Tapi kembali seperti biasa pada detik berikutnya.

"Bagaimana?" - Dey.

Rava menggeleng karena tak berhasil mengingat sesuatu.

Dey meraih sebelah tangan Rava. Ia lihat Rava dengan tatapan seperti ibu ke anaknya.

"Apa yang kamu ingat, Nak?" tanya Dey dengan tatapan teduhnya.

Kosong.

Memori di kepala Rava tiba-tiba kosong. Ia tidak dapat mengingat apa-apa tapi merasa de javu pada banyak hal.

Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang