"Lo nggak salah ngajakin kita?" tanya Rain pada Chris.
Malam itu mereka nggak sengaja ketemu di caffe nineteen. Tadi pas masih di sekolah Chris sempat mau coba nyamperin mereka buat ngajakin join mengenai rencana liburan bareng ke laut. Tapi nggak sempat karena Gatara-Zeeno-Rain-Rolland sudah pada pulang. Dan karena sekarang kebetulan ketemu. Jadi sekalian aja dia ngomongin.
"Nggak, Bang. Gue serius." - Chris.
"Marsha ikut?" Yang nanya Zeeno.
Chris tak langsung menjawab. Ia tampak berpikir dalam beberapa saat hingga akhirnya menyahut, "Iya. Dia ikut."
"Lo harus ikut, Bang." ucap Chris lagi sebelum Zeeno menyahut. Rolland dan Rain mengangkat sebelah alisnya. Sementara Gatara mengintip dari gelas minuman yang sedang diminumnya.
"Sebelumnya, gue ngomong begini bukan karena gue merasa kalah dari lo, Bang. Tapi karena gue sadar." Chris kembali berucap dengan menatap penuh ke Zeeno. "Gue sadar kalau sikap pedulinya Marsha ke gue itu cuma sebatas teman doang. Beda kalau sama lo, Bang. Mungkin lo nggak nyadar, tapi gue lihat sendiri. Bagaimana Marsha selalu curi-curi pandang setiap kali lihatin lo sambil main bola rugby bareng bang Rolland di lapangan sambil senyam-senyum."
Zeeno tak mengatakan apa-apa. Ia hanya fokus mencerna maksud perkataan Chris barusan. Sedang ketiga temannya sedang saling pandang.
"Gue tahu lo pasti paham maksud gue, Bang. Makanya lo harus ikut."
Zeeno berhedem sebentar.
"Tau darimana lo kalau dia cuma nganggap lo teman doang? Emang lo pernah nanya sama dia?" tanyanya.
Chris menarik napas sejenak sebelum menjawab. "Gue pernah dengar dia lagi ngobrol sama Muthe. Intinya gitu. Dia cuma anggap gue sebagai teman baiknya doang. Beda kalau sama lo."
"Kenapa lo bilang ini ke gue?" tanya Zeeno lagi.
"Karena gue mau lihat Marsha bahagia. Meski itu bukan sama gue. Ehem, oke, itu aja yang mau gue sampein ke kalian. Kalau jadi ikut, nanti datang aja ke Dermaga Teluk jam 7 pagi hari Sabtu. Bye!" ucap Christopher dengan tersenyum seraya beradu tos pada keempat anak F4-nya sekolah sebelum akhirnya berjalan keluar meninggalkan kafe.
_________________
"Huh, untung Amy and the genk nggak diajak." kata Chika sambil ngunyah cireng. Dia lagi di rumahnya Fiony bareng Eli. Nginep juga sekalian. Soalnya Shanin masih belum pulang buat tidur di rumah lagi akhir-akhir ini. Seperti katanya waktu itu, bahwa tugas kuliah menjelang liburan malah makin menumpuk. Jadi dia sibuk. Padahal, nggak juga sih sebenarnya. Tapi lebih kepada sibuk mengurusi janin yang ada dalam perutnya. Sekarang udah masuk 12 minggu. Dan Chika masih belum tahu itu.
"Emang kenapa kalau diajakin?" tanya Fiony dengan mulut penuh buah mangga potong.
"Biasa. Ada yang hot-hot-pop bikin gaya makin nge-pop. Eh, lo nggak tau jinglenya, ya." jawab Eli dengan sekalian menyanyikan nada jingle iklan permen kaki.
"Nggak. Kan, gue kecilnya di Jepang. Bukan di Indonesia. Jadi mana gue tahu ada iklan sepurba itu." jawab Fiony dengan polosnya.
"Maksud lo gue setua itu gitu?" kata Eli tidak terima. "Ingat ya Fiony, kita itu seumuran!"
"Enggak, maksudnya----"
"Eh, Gatara nelpon!!" pekik Chika pas lihat layar ponselnya ada notif panggilan dari Line Gatara.
"Angkat sono!" - Eli.
"Emang mau gue angkat." kata Chika dengan beranjak ke balkon.
"Cieee, udah luluh nih ceritanya." ledek Fiony yang cuma dibalas dengusan sama Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}
Teen FictionKonon katanya, alam semesta tempat di mana manusia tinggal, adalah bukan satu-satunya tempat kehidupan manusia berlangsung secara nyata. Melainkan ada banyak sekali universe lainnya dalam satu kehidupan (Multiverse). Ketika seorang anak manusia terl...