Episode. 35

251 42 4
                                    

Brug!

Kathrina tanpa sengaja menabrak seseorang yang berjalan di depannya. Tadinya ia mau minta maaf, tapi nggak jadi pas tahu siapa orang yang ia tabrak.

"Pengecut sialan. Nggak abang nggak adek. Sama aja kayak sampah." umpat Kathrina dengan memandang tajam ke arahnya.

"Apa? Lo mau bilang ke orang-orang kalau yang nyebar video itu gue? Haha, sayang sekali. Lo nggak punya buktinya, Bokem." Cibirnya dengan senyum meremehkan.

"Kalau nggak bisa jadi manusia yang berguna, setidaknya jadilah orang baik." desis Kathrina.

"Bhak! Hahahaha! Seorang Kathrina Arlando Kezzier. Satu-satunya keturunan Kezzier yang digadang-gadang untuk meneruskan salah satu bisnis dari 9 anggota underwater. Anak dari seorang predator blackhole bisa-bisanya mengatakan untuk jadi orang baik? Wait, seriously?" cibirnya dengan wajah menyebalkan.

"Gue nggak ngerti lo ngomong apa tapi yang jelas, mulai sekarang lo akan berurusan sama gue, Roland Difabrio Andreaz." ucap Kathrina dengan sinis seraya berjalan kembali menuju kelas.

________________________________
____________________

"Udah, jangan terlalu dipikirin. Nanti juga mereka capek sendiri. Lagian, nggak ada yang terang-terangan sampai nyerang ke fisik, kan?" ucap Rava saat mobilnya sudah tiba di parkiran sekolah. Tadi pas dia jemput Ashel, kedua orangtua Ashel (Indah nggak ada karena masih tidur di kamarnya) sama sekali tidak membahas soal foto itu sama sekali. Karena foto itu memang hanya ramai dibicarakan oleh murid-murid Pascuas saja. Bahkan fotonya tidak sampai ke guru-guru. Entah apa maksud si penyebar melakukan hal itu. Apa ia masih punya hati untuk tidak menyebar foto itu secara lebih luas? Tapi, alasannya melakukan ini semua untuk apa?

"Justru karena mereka nyerangnya ke verbal makanya aku kepikiran, Rav." sahut Ashel dengan wajah bete. "Nggak di semesta ini, semesta sebelumnya, mulut netizennya sama aja sok yang paling benar semua."

"Sebenarnya, yang kamu khawatirin itu apa, sih, Shel? Hm? Orangtua kamu? Itu mah gampang, tinggal dijelasin aja sama mamaku, beres. Atau kamu cemas karena dikira pacaran sama cew---"

"Posisi kita dalam foto itu yang salah Rava. Aku takut orang-orang berpikiran yang macam-macam soal aku. Aku takut teman-temanku memandang rendah ke aku. Aku takut---"

Rava menarik kepala Ashel dan memeluknya.

"Sssshhtt. Udah, ya, kamu nggak perlu takutin hal kayak gitu. Lagipula selama ini itu semua cuma dugaan doang, kan. Nggak ada yang benar-benar tahu kalau itu sungguhan kamu atau bukan."

"Tapi tetap aja itu salah. Aku takut..." ucapan Ashel terhenti karena dibungkam sama bibir Rava. Hanya satu detik.

"Kamu jangan takut. Nanti aku coba cari tahu siapa orang yang sudah berani ambil foto kita diam-diam itu. Aku akan pastiin dia untuk tutup mulut. Oke?" posisi kepala Ashel masih menyender pada leher dan dada Rava.

"Kenapa harus tutup mulut segala?" tanya Ashel dengan mendongak. Mukanya masih kelihatan pundung.

"Karena aku nggak mau orang-orang makin berpikiran liar tentang kamu. Dan selagi masalah ini belum sampai ke tangan guru dan orangtua kita, aku akan usahain hal itu nggak sampai ke tangan mereka. Oke?"

"Tapi kayaknya kalau hal itu sampai ke orangtua aku juga papa-mamaku pasti nggak akan kayak gimana-gimana, sih. Paling cuma marah gara-gara nggak nyangka aja anaknya ternyata sebar-bar itu kalau di sekolah." kata Ashel dengan bergerak ke posisi duduknya yang semula. Ia menyengir saat mengatakannya. Berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya sebelumnya.

"Sama. Aku juga nggak nyangka kalau kamu se-pro itu ternyata." ucap Rava dengan mengerling.

"Apaan, sih. Ya udah, yok, turun. Nanti malah makin dikira yang nggak-nggak, nih, kalau kita turunnya lama."

Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang