"Ka-kamu hamil!!?" seru Gatara setengah berbisik yang langsung mendapatkan tamparan keras di wajahnya. Nggak sengaja padahal. Tapi refleks.
"Sembarangan lo ya kalau ngomong nggak pakai bismillah dulu!" tukas Chika dengan garang.
"Itu testpack punya lo, kan?" Lengan Gatara jadi sasaran selanjutnya. "Awsh! Sakit, Chika." sanggahnya pada pukulan Chika berikutnya.
"Ya, lagian lo! Ini bukan punya gue! Gue aja nggak tahu ini punya siapa!" katanya dengan nada tinggi dan memasang wajah judes.
"Lah? Terus kenapa bisa ada di tangan lo kalau gitu?" tanya Gatara yang masih bingung.
"Gue nemu itu pas di kamar ka Shanin." ucap Chika dengan suaranya yang kembali normal.
"Ka Shanin!?" mata Gatara kembali terbelalak. Kalau saja Chika tidak refleks menutup mata Gatara dengan telapak tangannya, mungkin mata Gatara sudah jatuh menggelinding sekarang saking lebarnya. Oke, ini lebay. Tapi dia beneran sekaget itu. "Kok, bisa?!" tanyanya lagi sesaat matanya sudah rada mengecil. Namun tetap melotot. Sebenarnya Gatara nggak harus sekaget itu mengingat ia dulu pernah mencuri dengar obrolan antara Shanin dengan Tigra waktu lagi makan di restoran di dalam mall. Bukan cuma dia doang yang tahu, ada Rain juga. Namun, mendengarnya sekali lagi kayak sekarang beserta buktinya, tetap aja Gatara bisa sekaget itu.
"Itu juga yang lagi gue pikirin sekarang, Gat. Masa iya ka Shanin yang punya testpack? Kayak nggak mungkin banget gitu, nggak, sih?"
"Kenapa harus nggak mungkin? Kakak lo kan punya pacar. Bisa aja----"
"Maksud lo kakak gue orang nggak benar gitu? Ish, sembarang banget sih lo kalau nuduh." potong Chika dengan kembali memukuli lengan Gatara dan mencubitinya.
"Bukan gitu maksud gue, Chika. Tapi kan kemungkinan itu bisa aja terjadi. Lagian kalau bukan, kenapa bisa ada di kamar kakak lo coba? Udah lo tanyain sama dia emang?"
Chika menggeleng dengan raut wajah masam.
"Siapa aja yang tahu soal benda ini?"
"Gue sama lo doang." jawaban Chika sukses membuat perasaan Gatara seperti melambung. Bagaimana tidak, dari sekian orang teman dan sahabatnya, cuma dia doang yang dipercaya Chika untuk membahas hal sesensitif ini. Karena hal itu, membuat satu garis senyum tipis tercetak di wajahnya. Chika menyadari hal itu, seraya hanya memutar bola mata malas.
"Menurut lo gue mesti gimana?" tanya Chika.
"Ya, tanyalah sama orangnya."
"Ck, Gat. Gue ngomong kayak gini ke lo karena teman cowok yang gue anggap paling dewasa cuma lo doang lho. Jangan sampai gue berubah pikiran buat cerita masalah ini ke Zeeno, atau nggak ke Rain, deh." ucap Chika dengan menghela napas panjang.
Gatara sempat mendengus sebelum akhirnya bertanya, "Lo masih ingat nggak kenapa kakak lo tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit waktu itu?"
"Bukannya udah dikasih tahu sama Bang Riyo kalau dia habis jatuh dari tangga kampus." Chika langsung bungkam sesaat sambil menatap pada testpack tersebut.
__________________
Bruk!
Belum sempat tubuh dari seorang gadis berseragam SMA itu terjatuh ke atas permukaan marmer, Adel lebih dulu menyangganya dengan bahu lebarnya."Amy? Are you okay?" tanyanya sesaat tubuh bagian atas Amy menempel di bahunya.
Amy berusaha berdiri kembali, tapi badannya malah melayang mengharuskan Adel untuk memegangi tangannya.
"Lo kelihatan pucat banget. Gue antar ke UKS, ya?" Amy hanya mengangguk sekenanya.
Adel membawa Amy ke atas punggungnya. Baru beberapa langkah ia berjalan, ia berpapasan dengan Coolen yang lagi jalan sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}
Novela JuvenilKonon katanya, alam semesta tempat di mana manusia tinggal, adalah bukan satu-satunya tempat kehidupan manusia berlangsung secara nyata. Melainkan ada banyak sekali universe lainnya dalam satu kehidupan (Multiverse). Ketika seorang anak manusia terl...