Episode. 16

255 47 9
                                    

*Cuma mau mengingatkan kalau tokoh atau karakter bernama Adel di sini adalah seorang anak laki-laki bernama Rava yang menyamar menjadi perempuan.

*Aku harap, meski karya tulisku sepi pengunjung. Tolong jgn ada plagiat yg menyusup ya. Tolong bgt. Hargai imajinasiku.

¥¥¥¥¥¥¥¥¥

Hari minggu kali ini, Ashel sedang ditinggal sendirian di rumahnya. Raga dan Feni sedang mengurus boutiq mereka yang ada di Singapure. Sedang Indah lagi nginap di rumah teman sefakultasnya. Jadilah pagi ini Ashel berencana untuk jogging di sekitaran area komplek rumahnya.

Setelah hampir empat bulan berlalu semenjak ia menyadari dirinya masuk ke dalam dunia yang berbeda alias baru, menurutnya. Kini Ashel sudah terbiasa dengan semuanya. Walau tak jarang memang akan selalu ada hal janggal yang selalu membuatnya sering merasa deja vu. Ashel pernah mencoba berpikir seharian penuh demi mengingat hal apa saja yang sudah pernah ia lewati sampai ia merasa deja vu dengan banyak hal. Namun sayang, ia tak menemukan petunjuk apapun. Yang ada justru kepalanya dipenuhi oleh rasa pusing. Makanya sekarang ia tak mau lagi repot-repot berpikir terlalu jauh. Cukup dinikmati saja kehidupannya yang sekarang. Maka semuanya akan baik - baik saja. Begitu pikirnya.

Omong-omong, sudah hampir dua minggu ini ia tidak menanggapi lagi semua pesan dan panggilan telpon dari Winter. Bahkan, ia juga tak lagi pernah berjumpa dengan pemuda itu lagi saat terakhir kali diajak pergi ke puncak dan berujung dengan dirinya yang tak sadarkan diri waktu itu. Sejak saat itulah Ashel tak lagi berkomunikasi sama Winter. Disamping ia marah dan kecewa, perasaannya pada Winter juga mendadak hilang seketika seperti udara. Tak bersisa dan tanpa bekas sama sekali. Seolah ia tak pernah punya rasa apa-apa pada laki-laki itu.

Dan mengingat video rekaman yang diperlihatkan Adel tiga hari yang lalu. Ada rasa marah yang merasuk ke dalam dadanya. Ingin rasanya ia menampar dan menghajar wajah Winter sialan itu.

"Huuuuuuhhh!!" Ashel mengembuskan napasnya dengan kasar.

"Tenang Ashel. Tahan. Jangan emosi. Lo bakal kehilangan akal sehat kalau emosi. Oke!" ucapnya sambil melihat pantulan dirinya di depan cermin.

Setelah mengenakan setelan olahraga, Ashel segera beranjak keluar kamar menuju pintu utama. Tak lupa dengan mengecek sekali lagi tali sepatunya.

Matahari pagi ini sepertinya tidak akan bersinar cerah. Sebab, awan tebal tengah berarak di mana-mana. Besar kemungkinan akan turun hujan selama seharian nanti. Tapi sebelum itu, Ashel manfaatin dulu waktu sebelum hujannya buat olahraga.

Suasana jalanan di komplek rumahnya memang tidak bisa dikatakan ramai. Sebab, semua orang lebih suka melakukan aktivitas di dalam rumah masing-masing. Sangat jarang sekali Ashel bisa melihat tetangganya keluar rumah atau bertemu di jalan.

Saat lagi asik-asiknya berlari-lari kecil, sebuah mobil yang sangat ia kenal tiba-tiba berhenti tepat satu meter di depan dirinya. Itu bahaya sekali.

"Hai, Sayang!" sapa Winter yang baru keluar dari mobil dan melepaskan kacamata hitamnya.

"Mau ngapain lagi lo nemuin gue?!" tukas Ashel dengan ketus.

"Sayang, kok, kamu gitu, sih, ngomongnya? Kita udah lama banget lho nggak ketemu. Kamu nggak kangen sama aku?" - Winter.

"Udah deh nggak usah banyak basa-basi. Basi tau nggak. Lo mau ngapain ke sini lagi? Kita tuh udah nggak ada hubungan apa-apa lagi." - Ashel.

"Sayang, aku itu masih pacar kamu. Kamu lupa?" ucap Winter dengan melangkahkan kakinya mendekati Ashel yang dengan refleks ia mundur.

Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang