"ASHELL!!" sentak Rava menjauhkan tangan Ashel yang malah grepe-grepe ke bagian selangkangannya. Matanya melotot kesal. Dia nggak marah, cuma malu aja. Bisa-bisanya Ashel kayak gitu. Sedang Ashel sendiri malah ketawa-ketawa saja.
"Hahaha, beneran ada burungnya ternyata. Kirain yang kemarin cuma gulungan celana doang." ucapnya dengan cengar-cengir. Kentara sekali dengan wajahnya yang sudah memerah menahan malu.
"Ya iyalah. Kamu nggak tahu aja pas dia mau terbang aku susahnya kayak apa. Ya sudah, tunggu di sini bentar aku ambil balon kasurnya dulu." ucap Rava yang kemudian menceburkan diri. Ia berenang lumayan laju. Membuat Ashel yang melihat pantulan dirinya dari atas air jadi menatap takjub.
Pantesan dia pakai celana tebal banget waktu itu.
Eh, astagfirullah kenapa pikiran gue jadi begini sih tiba-tiba astaga Ashel.Ashel menggeleng cepat menyingkirkan pikiran kotornya.
"Hayo... lagi bayangin yang nggak-nggak, yaaa." ucap Rava saat ia sudah ada di tepi kolam.
"Apaan, sih, nggak, yee..."
"Hati-hati naiknya jangan sampai karam. Habis ini kita masih ada pelajaran selanjutnya." peringat Rava dengan membantu Ashel naik ke kasur balon.
Berhasil.
"Lagian kamu ngajakinnya pas jam istirahat. Bukannya jam pulang aja sekalian."
"Nggak bisa, nanti kamu keburu makin bete sama aku." Rava mulai berenang sembari mendorong perlahan kasur balon ke tengah kolam.
Meski hal ini tidak ada letak keistimewaannya sama sekali. Tapi Rava punya maksud dengan kenapa ia mengajak Ashel ke area kolam renang. Mengingat Ashel pernah cerita kalau dia pernah dapat ingatan tentang karamnya kapal pesiar yang ditumpangi satu keluarga di tengah laut. Apalagi ditambah dengan kejadian serupa yang mereka alami minggu lalu. Makanya, untuk jaga-jaga dari sesuatu hal yang tidak diinginkan, Rava mau bikin Ashel cuma ngingat hal baiknya aja dari air ataupun laut.
"Dulu, waktu kita masih berada di semesta sebelumnya. Apa kamu sudah punya perasaan yang sama kayak saat ini ke aku, Rav?" tanya Ashel menyuarakan isi pikiran yang daritadi ada dalam benaknya.
"Jujur aku lupa. Tapi hatiku bilang itu benar."
"Kira-kira kita berakhir di masa lalu karena apa, ya, Rav?"
"Yang jelas bukan sesuatu yang harus kita ingat." kata Rava sesaat mengingat mimpi paling terburuknya. Ia memandang Ashel dengan tatapan yang menyiratkan kalau ia begitu sangat tulus terhadap seseorang yang ada di hadapannya saat ini.
"Menurut kamu... teman-teman kita yang sekarang... apakah juga berasal dari semesta di masa lalu?" tanya Ashel lagi.
Rava menggeleng pelan. "Aku nggak ingat apa-apa soal mereka. Yang aku tahu hanya wajah mereka tampak begitu familiar. Kamu juga, kan?"
Ashel mengangguk membenarkan.
"Omong-omong, dulu saat kita bikin perjanjian mengenai reinkarnasi. Kamu pernah punya keinginan untuk dipasangkan sama orang lain, nggak? Semisal artis idola kesukaan kamu gitu?" kali ini Rava bertanya sambil melipat tangan disisi kasur sambil terus berenang perlahan membawanya mengelilingi kolam.
Ashel tak langsung menjawab. Ia coba kembali meraba-raba ingatan di dalam benaknya.
"Oh, itu. Si bayam. Aku sempat merasa--- WOAAA!! ADELL!!" perkataan Ashel terpotong ketika tiba-tiba Rava mendorong kasur balonnya sedikit lebih kencang. Tapi kemudian memelan kembali.
"Aku senang kamu jadi punyaku sekarang, Shel." kata Rava sesaat setelah menyelam dan bepindah posisi ke bagian sisi lain kasur.
Ashel mendengus sebelum akhirnya berkata,
"Bukannya emang dari dulu aku udah punya kamu, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}
Teen FictionKonon katanya, alam semesta tempat di mana manusia tinggal, adalah bukan satu-satunya tempat kehidupan manusia berlangsung secara nyata. Melainkan ada banyak sekali universe lainnya dalam satu kehidupan (Multiverse). Ketika seorang anak manusia terl...