Satu bulan kemudian.
"Gue bilangin juga ape? Jas ujan tuh dibawa saban hari, Chika! Tinggal lo lipat kecil-kecil terus lo taroh bawah jok motor. Apa susahnya, sih!? Sekarang tuh udah masuk musim hujan!" Omel Eli saat lihat Chika datang ke sekolah udah kayak tikus basah.
"Biarin aja kenapa, sih. Nggak suka banget lihat gue begini. Toh, ntar juga kering sendiri." sahut Chika cuek sambil mengibas-ngibaskan rambut basahnya.
Plak!
Tangannya digeplak sama Fiony."Biarin aja sih biarin aja. Tapi jangan bikin orang lain tempias sama kibasan rambut lo juga dong! Kalau udah begini gimana balikinnya coba!?" protes Fiony sambil nunjuk arum manis miliknya yang terlihat seperti korban pembantaian pada malam Natal berdarah. Bentukannya ancur. Udah nggak aestetik lagi.
Lagian Fiony ada ada aja. Masih pagi udah makan yang asam-asam. Iya. Serius. Arum manis yang dimakan sama Fiony itu arum manis yang nggak ada rasa manis-manisnya sama sekali. Alias asem. Asal kalian tahu. Fiony itu suka banget mencoba sesuatu hal yang baru. Salah satunya arum manis rasa jeruk nipis. Alig nggak tuh.
Chika memutar bola mata malas seraya rebut tongkat arum manis dari tangan Fiony lalu memakan habis sisanya.
"Ih, Chikaaaaa!!" Fiony jadi makin kesal dibuatnya.
"Chik--- ya Allah. Sadar kelakuan, Chik, sadar!Bisa-bisanya nih anak. Astagfirullah. Kalau kata gue lo mending ganti baju deh sekarang." ucap Eli dengan sepenuh emosi yang coba ia tahan biar nggak meledak-ledak kayak adonan cimol yang dimasukin ke dalam wajan dengan minyak mendidih.
"Apaan, sih. Lebay banget. Gue bilang juga nanti kering sendiri. Repot banget dah lo, Ce." sahut Chika lagi dengan cuek. Kali ini dia sambil kipasin rambutnya pakai buku.
Sedang Fiony masih mencebik di tempatnya sambil memandang penuh dramatis pada tongkat arum manisnya yang sudah tak bersisa lagi.
"Ntar gue ganti, kok, Fiony. Lo tenang aja, ah. Jangan kayak orang susah, deh." kata Chika lagi dengan pongahnya.
"Udahlah. Terserah lo aja deh, Chik. Capek gue lama - lama sama lo." kata Eli kemudian dengan pasrah angkat tangan.
"Ehem!" dehem seorang cowok yang berdiri di pintu kelas.
"Eh, Gatara! Lo tau nggak ada tikus basah nyasar di kelas ini! Usirin dia dong, Gat, dari kampung ini." Adu Eli sambil menunjuk Chika yang masih berusaha keringin rambutnya pakai tisu.
"Ternyata emang benar ya. Tuhan nyiptain manusia itu nggak ada yang sempurna." ucap Gatara dengan menyindir.
"Maksud lo apa ngomong begitu?!" kata Chika dengan melirik tajam.
"Gue nggak nyangka lo ternyata sebego ini kalau lagi kumat. Obat lo lagi abis, ya?" kata Gatara lagi dengan mengejek.
"Lo kalau mau cari masalah sama gue jangan sekarang dulu, deh. Gue lagi sibuk." kata Chika acuh.
Gatara tidak menyahut seraya lantas mengampiri meja Chika dan merundukkan tubuhnya hingga kepalanya sejajar sama kepala Chika.
"Apa lo?!" Ucap Chika nyolot ketika dilihatnya mata Gatara sedang menatap intens ke wajahnya.
"Gue nggak nyangka, cewek secantik lo ternyata bisa sebodoh ini." ucap Gatara lagi masih dengan menatap intens.
"Lo mending sekarang menjauh dari hadapan gue sebelum gue melakukan adegan kekerasan ke wajah sok ganteng lo itu." kata Chika yang juga membalas sarkas ucapan Gatara barusan.
Gatara misuh-misuh mendengarnya.
"Sori, gue emang udah ganteng dari lahir." katanya songong yang kemudian beranjak buat ninggalin Chika dengan wajahnya sudah berhasil dia bikin memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}
Teen FictionKonon katanya, alam semesta tempat di mana manusia tinggal, adalah bukan satu-satunya tempat kehidupan manusia berlangsung secara nyata. Melainkan ada banyak sekali universe lainnya dalam satu kehidupan (Multiverse). Ketika seorang anak manusia terl...