Episode. 10

347 31 4
                                    

Seminggu sudah berlalu.

"Hei! Kamu sudah bangun sayang?" sapa Aruna pada Zeeno yang baru menuruni tangga menuju dapur.

Ia tak menyahut dan hanya menampilkan wajah datar sampai akhirnya tiba di meja makan. Ada ayahnya juga yang sudah duduk di sana.

"Di mana Tigra?" tanya Arga dengan meletakkan ipad yang sedari tadi menjadi fokusnya.

"Nggak tau." jawab Zeeno dengan menerima sepiring nasi goreng dari Aruna, mamanya.

"Anak itu. Pasti selalu saja membuat masalah." gerutu Arga dengan punggungnya yang diusap usap pelan oleh Aruna.

"Sabar, Pa. Ayo, makan dulu. Nanti kita terlambat." ucap Aruna dengan halus bermaksud menenangkan.

Tang!

Suara sendok yang sengaja dipukulkan ke piring. Dan itu adalah apa yang dilakukan Zeeno.

"Mama sama Papa bisa nggak, nggak usah pura-pura romantis di depan Zee lagi? Zee tuh udah bukan anak kecil lagi yang bisa kalian tipu dengan bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Aku juga udah tau kalau kalian selama ini cuma lagi acting doang kan!" katanya dengan menatap keduanya.

"Kenzeeno! Siapa yang ngajarin kamu bicara begitu?" - Arga.

"Papa juga. Jangan sementang punya uang banyak papa bisa bebas tidur sama perempuan----"

Plakk!!

"Kenzeeno Kalvin Diwangka! Mulai sekarang kamu harus angkat kaki dari rumah ini!!" bentak Arga dengan wajah memerah penuh amarah.

Zeeno terkekeh mendengar usiran dari ayahnya.

"Nggak kakak nggak adik. Sama aja kelakuan kayak se***!!"

"Kan, Anda yang warisin." ucap Zeeno dengan meraih ranselnya dan mengambil kunci mobilnya.

Apa yang Zeeno miliki saat ini, tidak sepenuhnya pemberian dari Arga. Begitupun dengan apa yang dimiliki Tigra. Kedua kakak beradik itu dari dulu selalu menerima barang atau hadiah dari kakek mereka (orangtua dari Arga). Makanya, saat Tigra keluar dari rumah lebih dulu saat awal awal kehancuran keluarganya, ia hanya meninggalkan barang pemberian dari orangtuanya. Bukan dari kakeknya.

Dan kini, giliran Zeeno yang mengikuti jejaknya untuk meninggalkan barang-barang pemberian orangtua mereka. Kemudian beralih dengan menggunakan barang berwujud properti, hadiah dari kakeknya saat usianya terbilang masih sangat kecil, 10 tahun. Sebuah mansion mewah yang terletak di kawasan elit di tengah kota dengan nuansa perbukitan.

Prabu Sabda Diwangka, alias sang kakek. Adalah bukan orang yang sembarangan, ia seorang pengusaha properti sukses yang bahkan bisnisnya sudah sampai di distrik distrik perumahan mewah yang ada di California. Jadi jangan heran kalau Zeeno bisa mendapatkan hadiah ulang tahun sebuah properti semewah itu. Karena bagi seorang Prabu Diwangka, sebuah mansion hanyalah bagian terkecil dari hadiah properti untuk cucu kesayangannya setelah Tigra Kahlil Diwangka. Prabu bahkan bisa membelikan sebuah pulau pribadi di Maldives jika cucunya mau. Namun tidak. Karena cucu cucunya tidak seserakah seperti kedua orangtua mereka yang berpura-pura mempertahankan hubungan rumah tangga hanya demi mendapatkan bagian dari seluruh kekayaan yang dimiliki Prabu Diwangka. Konon, sebenarnya ia pun sudah lama tahu bahwa anak dan menantunya itu sama - sama telah memiliki kehidupan yang baru. Masing-masing. Hanya saja Prabu tidak mempermasalahkannya. Karena itu bukan urusannya. Ia hanya fokus pada kebutuhan serta kebahagiaan sang cucu. Sebulan sekali Prabu akan datang hanya untuk bertemu dengan kedua cucunya. Memeriksa keadaannya dan memastikan keduanya sehat dan terurus.

"Jangan pernah kembali ke rumah ini lagi sebelum kelakuan kalian berubah! Saya tidak akan pernah mengakui kalian sebagai anak selagi kalian tidak menuruti perintah kami. Camkan itu!" seru Arga pada kepergian Zeeno yang sudah menaiki mobilnya dan menjalankannya menjauh dari pelataran.

Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang