"Tunggu dulu, ini maksudnya gimana, ya? Gue nggak paham sama sekali sumpah." - Ashel.
Kathrina menghela napas sebentar sebelum menjawab. "Gue tadinya nggak mau bilang ini sama kalian. Karena gue pikir kelakuan dua orang bersaudara itu kan biasanya beda-beda. Tapi rupanya gue salah. Rolland dan Winter itu ternyata sama aja. Sama-sama picik. Gue juga baru ngeh kalau selama ini dia ngedekatin lo karena dia suka sama lo." Kathrina menutup penjelasannya dengan meneguk minumannya.
"Kok, lo nggak ngasih tahu ke kita, sih, kalau mereka saudara?" - Amanda.
Kathrina menggedikan bahunya.
"Ngapain juga kita mesti tahu mereka saudaraan apa nggak. Nggak penting banget." tukas Rava.
"Intinya sekarang kita jadi tahu siapa Rolland sebenarnya. Lagian dia juga udah minta maaf terkait perbuatannya kemarin. Jadi, ya udah. Selagi dia nggak akan ngulangin lagi. Kita biarin ajalah. Semoga aja dia bisa dipercaya. Nggak kayak kakaknya." ucap Ashel yang hanya dibalas dengan beragam ekspresi dari wajah teman-temannya.
_____________
________"Kamu kenapa nggak bilang sama aku kalau tadi di sekolah sempat ketemu anak itu?" tanya Rava saat mereka sudah dalam perjalanan pulang. Lebih tepatnya mengantarkan Ashel ke rumahnya.
"Kan, tadi aku udah bilang kalau aku lupa." sahut Ashel dengan menoleh.
Rava mendengus. "Tapi aku masih nggak nyangka tau. Kakak adik kayak mereka bisa punya rasa yang sama pada satu orang cewek yang sama pula. Aku pikir itu tadinya cuma ada dalam cerita-cerita fiksi doang."
"Lah? Kita juga fiksi."
"Bukan gitu, Sayang. Tapi, kan tetap aja. Kayak nggak tertebak gitu."
"Tertebak, kok."
"Maksud kamu?"
"Kamu yakin mau bahas soal ini sekarang?"
"Nggak. Eh, gimana kalau kita mampir ke rumah sakit bentar?" Ajak Rava tiba-tiba.
"Mau ngapain? Udah mau jam 9 lho ini."
"Nggak apa, kepengen ngobrol aja sama Greesel sebentar."
"Dih."
"Lah? Kenapa?"
"Nggak apa-apa."
"Kamu cemburu, ya???"
"Nggak."
"Aku cuma mau tanyain soal kalung perahu yang dia bilang waktu itu, Shel. Karena sampai sekarang aku belum ketemu sama kalung itu."
"Aku juga nggak ketemu. Bahkan nggak pernah ingat dan lihat sama sekali bentuk kalungnya kayak gimana. Lagian, emang kalungnya bisa turut reinkarnasi juga apa?"
"Ya, siapa tau aja."
"Ini sebenarnya, kamu beneran cuma mau tanya soal kalung doang apa kamu juga kangen sama dia??" tanya Ashel seraya menatap layaknya tatapan seorang antagonis.
"Beneran cuma mau bahas kalung doang, Sayang." kata Rava dengan menggenggam tangan Ashel. Ia juga menoleh menggunakan tatapan paling memabukkan.
"Iya udah kalau gitu." sahut Ashel dengan berusaha menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah. Rava terkekeh karenanya. Ia mengangguk dan kembali melajukan mobilnya yang sempat berjalan dengan lambat.
___________________________
Pukul setengah 10 malam, mereka akhirnya tiba di rumah sakit.
Keduanya langsung menuju ke bangsal anak penderita kanker. Ya, Greesel adalah salah satu anak penderita kanker otak yang mendekati stadium akhir. Sudah 2 tahun semenjak ia dirawat karena pendarahan hebat di kepala akibat kecelakaan beruntun yang ia dapatkan. Meski ia tidak berakhir koma, namun hal yang lebih mematikan justru bersarang dalam kepalanya hingga sekarang. Ia kehilangan seluruh rambut di kepalanya. Membuat ia kalau kemana-mana selalu mengenakan kupluk. Wajahnya pucat dan tubuhnya lumayan kurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}
Teen FictionKonon katanya, alam semesta tempat di mana manusia tinggal, adalah bukan satu-satunya tempat kehidupan manusia berlangsung secara nyata. Melainkan ada banyak sekali universe lainnya dalam satu kehidupan (Multiverse). Ketika seorang anak manusia terl...