"Marsha." panggil Chris saat Marsha lagi sendirian di atas rooftop kapal sambil menggunakan teleskop untuk melihat lumba-lumba yang sedang berenang di kejauhan. Ini adalah hari kedua mereka di kapal. Dan besok adalah malam Natal.
Marsha menoleh dengan menampilkan wajah tersenyumnya. Gigi gingsulnya membuat mukanya terlihat makin cantik ditambah dengan angin laut yang tampak senang memainkan rambut panjangnya yang tak dikuncir.
Chris mengampiri dengan membawa sesuatu di belakang tubuhnya.
"Kenapa, Chris?" tanya Marsha begitu Chris sudah berdiri di hadapannya.
"Lo senang?" tanya Chris.
"Senang lah. Banget malah. Ini seru. Gue bahkan sempat merasa seperti kayaknya di kehidupan sebelumnya gue pernah naik kapal begini, deh. Tapi waktu itu gue masih kecil. Aneh banget ya memori gue kayak imajinasi." kata Marsha dengan cepat sekaligus terkekeh akhirnya.
Chris tersenyum menanggapinya.
"Syukurlah kalau lo senang. Oh iya, Sha. Gue ada sesuatu buat lo." kata Chris dengan mengulurkan kotak kecil yang tadi dia sembunyikan dari belakang tubuhnya.
"Ini apa?" tanya Marsha begitu menyambutnya.
"Buka aja."
Marsha membukanya dan mendapati sebuah kalung berbandul bulan sabit.
"Woah, bagus banget, Chris. Keren keren!" Puji Marsha dengan matanya yang berbinar menatapi kalung yang ada di tangannya.
"Mau gue pasangin?" tawar Chris.
"Eh, tapi kenapa lo tiba-tiba ngasih gue kalung, Chris?" tanya Marsha.
"Anggap aja sebagai hadiah ulang tahun buat lo. Gue takut nggak sempat ngasih ntar."
"Nggak sempat? Emang lo mau kemana?"
"Gue mau ikut liburan tahun baru sama keluarga gue di Sydney. Tanggal 30 nanti berangkat, dan pulangnya mungkin sekitar tanggal 8 atau 9 Januari. Tapi tenang, nanti habis gue balik dari Sydney, gue juga bakal bawain hadiah lagi buat lo." jawab Chris panjang lebar.
"Nggak usah repot-repot, Chris. Lo udah ngasih kalung sekeren ini aja udah senang banget gue. Apalagi sekarang ini. Diajakin naik kapal pesiar. Ini lebih dari cukup, Chris."
"Tapi buat gue, ini nggak akan lebih dari cukup untuk bisa buat lo senang doang, Sha."
"Maksudnya?"
"Gue pasangin kalungnya, ya?"
Marsha mengangguk membiarkan Chris memasangkan kalung di lehernya. Bersamaan dengan itu, di ujung tangga. Tampak kepala Zeeno menyembul dan kemudian disusul oleh tubuhnya. Ditangannya membawa dua gelas minuman berwarna biru, blue Hawaii.
"Cantik." Komentar Chris begitu selesai memasangkan kalungnya.
"Iya, gue suka."
"Bukan kalungnya. Tapi lo." Mendengar itu wajah Marsha jadi bersemu merah.
Tangan Chris tiba-tiba terulur untuk membenarkan anak rambut Marsha yang seperti menghalangi wajahnya. Bersamaan dengan itu ada sesuatu yang seperti tiba-tiba terbang dan masuk masuk ke mata Marsha.
"Aduh!" ucap Marsha dengan mengedip-ngedipkan matanya.
"Kenapa, Sha?" tanya Chris dengan khawatir.
"Nggak tahu, nih, kelilipan deh kayaknya."
Chris bergerak untuk meniupkan mata Marsha.
Prank!
Suara gelas yang sengaja dibanting."Brengsek!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}
Teen FictionKonon katanya, alam semesta tempat di mana manusia tinggal, adalah bukan satu-satunya tempat kehidupan manusia berlangsung secara nyata. Melainkan ada banyak sekali universe lainnya dalam satu kehidupan (Multiverse). Ketika seorang anak manusia terl...