"Deeek!!" seru Indah begitu adiknya terbatuk setelah beberapa kali dadanya ditekan demi memperlancar jalur pernapasannya.
Begitu adiknya didudukkan oleh orang yang menolongnya, Indah langsung menghambur kedalam pelukannya disertai dengan deraian air mata bahagia. Bagaimana tidak, hampir dua jam lebih adiknya itu jatuh dan hanyut di sungai. Kalau saja tidak ada anak-anak beserta beberapa orang dewasa yang sedang berenang di sungai dan melihatnya hanyut terbawa arus, mungkin adiknya itu tak bisa diselamatkan lagi.
"Kamu siapa?" tanya adiknya menatap bingung setelah Indah melepas pelukannya dan menghapus air matanya.
Belum sempat Indah menjawab, datanglah kedua orangtua mereka dengan wajah sarat kecemasan.
"Sayang! Kamu baik-baik saja kan, Nak? Ada yang sakit? Ada yang luka?" tanya sang ibu seraya memeriksa ke seluruh bagian tubuh sang anak.
"Ka Feni?" ucap si anak dengan tatapan heran.
"Dek, masa kamu manggil mama pakai nama? Pakai sebutan kaka lagi." tegur Indah.
"Ganti baju dulu, Nak. Tampaknya kamu masih shock dengan kejadian barusan." tegur sang ayah dengan membantu si anak untuk berdiri.
Orang-orang yang tadi sempat berkumpul di pinggir sungai telah bubar satu per satu. Tak lupa dengan ucapan terimakasih dari sang ayah pada salah satu orang dewasa (perempuan) yang tadi sudah memberikan pertolongan pertama pada anaknya.
Si anak hanya mengangguk seraya mengikuti keluarganya untuk menuju mobil dan ganti baju di dalamnya.
"Mobilnya jadi basah." katanya begitu selesai ganti baju.
"Nggak apa-apa sayang. Nanti bisa dibersihin lagi. Yang penting sekarang kamunya baik-baik aja. Tapi bener, kan, kamu udah nggak apa-apa? Biar kita sekalian ke rumah sakit sekarang." kata Feni dengan khawatir.
"Nih, Dek. Minum dulu." ujar Indah dengan menyodorkan botol susu rasa alpukat.
"Makasih." sahut sang adik dengan menyambutnya. Ia sempat lihat Indah yang memberikan tatapan bingung padanya sesaat. Dan si adik pun juga turut merasa heran lantaran merasa begitu familiar dengan wajah sang kakak. Ia seperti pernah melihat wajah itu sebelumnya, tapi lupa kapan.
Tadi kan dia manggil aku adek? Apa karena aku adiknya kali ya makanya mukannya terasa familiar. Tapi kok aku nggak ingat apa-apa tentang dia?
"Aku baik-baik aja. Tapi..." Ia tak melanjutkan perkataannya dan justru memindai sosok perempuan yang terlihat cukup berumur di sampingnya. Wajahnya nampak asing sekali, tapi bagaimana bisa ia tadi menyebutkan namanya tanpa berpikir?
"Tapi apa sayang? Coba cerita sama mama." tanya Feni lagi dengan penuh perhatian.
"Mama??" Beonya dengan pandangan bertanya.
"Dek, jangan bilang kamu hilang ingatan setelah jatuh dan hanyut di sungai." ucap Indah yang duduknya di jok depan di samping papa mereka yang lagi menyetir. Tadinya ia sempat berpikir kalau adiknya itu pasti lagi bercanda. Tapi setelah ia lihat akan bagaimana cara pandang sang adik pada orang-orang di sekitarnya, membuat Indah merasa yakin kalau kemungkinan ada sesuatu yang mengganggu ingatan sang adik.
"Maksudnya?" tanya sang adik lagi.
Melihat akan bagaimana wajah sang anak yang tampak kebingungan, Raga pun mengarahkan mobilnya menuju Rumah Sakit Alberto. Ia rasa pasti ada sesuatu yang terjadi pada anaknya.
"Kamu beneran nggak ingat sayang?" tanya Feni sekali lagi.
Yang ditanya hanya menggeleng tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas - The Story Of After Rain 2 [Reinkarnasi] || 48 {END}
Teen FictionKonon katanya, alam semesta tempat di mana manusia tinggal, adalah bukan satu-satunya tempat kehidupan manusia berlangsung secara nyata. Melainkan ada banyak sekali universe lainnya dalam satu kehidupan (Multiverse). Ketika seorang anak manusia terl...