Jam empat pagi, Gaeul terbangun dari tidurnya. Setelah mimpi buruk hanyut di sungai yang memiliki arus sangat deras. Ia tak yakin apa itu mimpi atau teror karena begitu bangun keringat membasahi seluruh badannya dan membuatnya tak nyaman.
Ia masih berusaha mengatur napasnya dan meyakinkan diri sendiri bahwa yang baru saja ia lalui cuma sekedar mimpi. Tidak nyata, benar, hanya bunga tidur yang bisa datang ke mimpi semua orang.
Saat ia beranjak dari ranjang, ia tak sengaja melihat ke cermin dan dibuat syok karenanya.
Rambutnya....
masih panjang(?)
Tidak mungkin!
Gaeul segera bangkit dan mendekati cermin itu, mengucek matanya, kemudian memegangi cermin di hadapannya dengan kedua tangannya.
"Ah, aku pasti berhalusinasi tadi".
Yang ia lihat tadi pasti hanya semu, tidak nyata, penampakan dari pikirannya yang kacau dan paranoid.
Tidak ada yang perlu ditakutkan. Genre hidupnya bukan fantasy, jadi tidak mungkin rambut pendeknya kembali menjadi panjang sama seperti masa SMAnya.
Lagipula jika itu betul maka tidak mungkin ia tidur di kamar ini, salah satu kamar tidur di rumah mewah suami baru ibunya.
Hah....itu pasti efek mimpi yang mengerikan itu.
Ia akan membasuh dirinya dan mengganti pakaiannya.
Tidak ada yang perlu dipikirkan, itu hanya mimpi, yang tidak akan mempengaruhi hidupnya.
Terlanjur bangun pagi dan juga sudah mandi, Gaeul memutuskan untuk melanjutkan tidurnya.
Ia berencana akan melakukan jogging walaupun ia belum hafal lingkungan ini meski sudah tinggal hampir tiga bulan disini.
Belum cukup lama memang ia tinggal disini, tapi ia merasa sudah puluhan tahun disini, di rumah ini. Iya, karena yang ia lakukan hanya berangkat kuliah dan pulang ke rumah.
Sudah siap!
Memakai setelan sporty dan sepatu sneakers, Gaeul keluar dari persembunyiannya.
Hubungannya dengan Jake berjalan lancar walaupun ia suka tarik ulur. Untunglah Jake selalu sabar padanya di tengah jadwalnya yang cukup padat.
Meski baru semester awal, bisa dibilang Jake adalah mahasiswa yang super sibuk. Dia disukai profesornya karena kegeniusannya, juga karena rajin dan bertanggung jawab atas setiap tugas yang diberikan. Tidak heran jika Jake selalu diberikan tugas 'lebih' dan selalu bisa diandalkan.
Gaeul mengerti, sangat mengerti. Ia juga tidak menuntut apa-apa dari Jake, lagipula hubungan mereka hanya sekedar makan siang bersama dan menghabiskan malam bersama.
Tapi di satu sisi, Gaeul terkadang lelah dan bosan hingga ia merasa ingin mengakhiri semuanya.
Semuanya, benar-benar semuanya.
Mengakhiri hubungannya dengan Jake dan mengakui dosanya pada ibu dan juga pada Tuhan.
Atau jika memungkinkan ia akan menjalani pembaptisan.
Ah pikirannya sangat kacau.
Ia mulai sadar bahwa ia tak bisa seperti ini terus.
Ia berada di posisi dimana ia tidak membutuhkan apapun kecuali dirinya sendiri untuk bertahan. Tidak pula hubungan percintaan atau teman —Jiwon dan Yujin sibuk dengan urusan masing-masing.
Gaeul merasa sanggup melakukan semuanya sendiri. Ia kuliah dengan baik, melakukan kegiatan kampus dengan lancar, pergi kemanapun sendiri, apapun sendiri tanpa bantuan pacar —dalam hal ini, Jake.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [END ✔️]
FanfictionBagaimana jika laki-laki yang pernah tidur denganmu tiba-tiba jadi saudaramu? 14-03-22 🥇 Rank 1 in enhypen 03-03-22 🥇 Rank 1 in jaeyun 04-03-22 🥇 Rank 1 in jakeenhypen