16 • Jake's Friends

1.2K 123 1
                                    

Selama Gaeul mandi, Jake berusaha tidak mendengarkan suara gucuran air dalam kamar mandi.

Mungkin kedengarannya Jake adalah pria mesum tapi mendengar suara air Gaeul yang sedang mandi membuat Jake mengingat kembali malam itu.

Jake mengingat seluruh tubuh Gaeul saat tak satupun benang menempel padanya, Jake ingat dan sulit melupakannya atau bahkan sekedar mengalihkan perhatiannya.

Dan sekarang Gaeul, di dalam sana, sedang mandi dan pasti juga telanjang.

Membayangkan Gaeul yang menyapu kulitnya dengan sabun yang wangi dengan air yang memancar dari atas, rambutnya basah, seluruh badannya basah.

Jake memukul kepalanya sendiri, berusaha menghilangkan fantasi dalam pikirannya.



"Yohooo our Jake!"

Jake menoleh mendengar suara lantang yang datang dari pintu.

Jay dan Kai.

Jay datang membawa bouquet bunga lili putih dan tertawa geli, hal itu membuat Jake melempar bantal pada temannya itu.

"Sialan! Aku belum mati" kata Jake setengah kesal, tapi juga senang karena kedua temannya datang.

Mereka duduk di sofa dan melihat kondisi Jake.

"Bagaimana kau bisa jatuh dari motor huh?" tanya Kai, berniat mengambil hotdog.

"Letakkan balik!" halau Jake. Dengan ekspresi kecewa Kai meletakkan kembali hotdog di tangannya, "Memangnya ini punya siapa?" tanyanya kemudian.

"Kau tidak perlu tau" jawab Jake.

Jay tersenyum melihat ponselnya.

Kai berbisik, "Dia sedang mendekati kakak tingkat"

"Damn, kita belum masuk kuliah, kan?"

Kai menggeleng, "One step closer, brother" kata Kai menyindir Jay yang sudah melangkah mendekati senior bahkan sebelum masuk kuliah.

"Darimana dia mendapatkannya? Club malam?"

"Jangan asal bicara, mereka bertemu di tempat pembuatan tato"

"Gadis itu seniman tato??" tanya Jake antusias.

Kai mengangguk, "Dia sangat seksi" ungkapnya seraya memberikan dua jempolnya.

Jake tertawa mendengarnya.

"Yaa yaa jangan bicara di belakangku" amuk Jay, tapi sambil tersenyum karena mengingat isi chatnya dengan calon pacar barunya.

"Berhenti membalas pesannya, kau niat menjenguknya atau tidak ha?!"

"Melihat kondisimu yang tidak seperti orang sakit aku menyesal datang kemari" kata Jay dengan nada kecewa tapi bercanda

"Haha" Kai hanya bisa geleng-geleng mendengar ucapan Jay. Ia berdiri dan melihat ke sekililing.


"Kau sudah lihat pengumuman daftar ulang?" tanya Jay, memakan kue almond. Jake ingin melarangnya tapi Jay sudah memasukkan ke dalam mulutnya, "Siapa yang membeli ini? Enak" komentarnya.

"Jangan dimakan lagi. Aku sudah lihat, masih ada tenggat waktu lima hari ke depan, kan? Setelah keluar dari sini aku akan ke kampus"

"Oh begitu, padahal aku kesini mau menawarimu"

"Menawari apa?"

"Hanya perlu mengumpulkan ijazah dan sruk pembayaran awal, kan? Aku dan Kai kami akan ke kampus hari ini"

"Tapi ini hari minggu"

"Benar juga, kalau begitu besok"

"Sial, kau tidak bilang padaku sebelumnya mau mengumpulkannya"

"Kau yang sial, kau menutup telponku tadi!"

"Bisakah kau juga ambilkan ijazahku di sekolah? Struknya ada di rumah, seharusnya sekarang ayahku masih ada di rumah, kau ambil di saku depan tas ransel yang biasa kupakai"

"Besok saja, sekalian"

"Hari senin ayahku berangkat kerja jam 7, aku tidak mengizinkan pelayan masuk ke kamarku"

"Kau suka sekali merepotkan orang lain"

"Hey Jake, aku dengar ada suara air, ada yang mandi?"

Jake menoleh pada Kai.


Astaga Jake lupa masih ada Gaeul di dalam kamar mandi!

Buru-buru Jake memikirkan cara untuk mengusir kedua temannya itu karena sebentar lagi Gaeul akan selesai mandi.

Jake tidak mau baik Jay maupun Kai melihat penampilan Gaeul setelah mandi. Apalagi mengingat dua temannya ini adalah buaya ulung, jangan sampai mereka tertarik pada Gaeul yang notabene sebentar lagi akan jadi saudaranya.

"Jay, tolong kau ke rumahku sekarang ya"

"Kita baru sepuluh menit disini, tidak, baru delapan menit" kata Jay melihat jam tangan barunya.

"Kami tamu, kenapa kau mengusir kami cih" protes Kai kembali duduk.

"Sebentar lagi ada dokter yang memeriksa, kalian juga akan diusir dari sini"

"Benarkah?"

"Aku tidak punya waktu untuk bohong, bisakah kalian keluar sekarang?" pinta Jake.

Jay dan Kai berdiri.

"Ya ya ya, mau bagaimana lagi, padahal aku masih mau mengobrol"

"Cepat sembuh kawan, pastikan jangan sampai ada bekas luka, kalau tidak aku tidak akan lagi membawamu ke pesta bikin, kau mengerti"

"Iyaaaa cepat sana"

Jay dan Kai berhasil diusir oleh Jake. Jake merasa lega sekarang. Saat Gaeul keluar nanti kedua temannya yang meresahkan itu sudah tak ada.

Meski mengatakan alasan dokter akan datang faktanya Jake tidak berbohong. Dokter benar-benar datang bersama dua suster.

Jake kembali ke ranjangnya dan diperiksa oleh dokter.



Begitu selesai memeriksa dan mengatakan bahwa recovery tubuh Jake sangat cepat, dokter keluar dan di saat yang sama Gaeul keluar dari kamar mandi.

Dengan rambut basah dan sedang berusaha ia keringkan dengan handuk, ia menghapiri Jake.

"Dokter bilang apa?"

"Kau wangi sekali" puji Jake, menatap Gaeul dengan senyum mengembang hingga pipinya.

"Mulai lagi" keluh Gaeul yang sudah muak dengan segala kata-kata manis Jake.

"Aku akan keluar dari sini dua hari lagi"

"Oh, bagus"

"Gaeul, apa kau perlu bantuan?"

Gaeul mengerutkan alisnya, "Bantuan apa?"

"Mengeringkan rambutmu"

"Tanganku masih dua dan berfungsi dengan baik, terima kasih atas tawarannya"




Pintu dibuka, ayah Jake dan ibu Gaeul akhirnya tiba, menggantikan shift Gaeul menjaga Jake.

Dan setelah hari itu keduanya tidak bertemu lagi.




Tbc.

BROTHER [END ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang