-Jadi Wali Murid-

52.2K 5.4K 57
                                    

Setelah bergelut semalaman dengan isi otaknya sendiri, kelaya sampai bangun kesiangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah bergelut semalaman dengan isi otaknya sendiri, kelaya sampai bangun kesiangan. Buru-buru ia mengikat rambut, mencabut ponsel dari charger dan keluar menuju dapur, setidaknya jika masih ada pekerjaan yang belum selesai ia akan ikut andil agar tidak di cap menantu pemalas.

Tetapi begitu menuruni tangga, beberapa bodyguard yang berjaga dibawah langsung menoleh kearah nya.

"Selamat pagi nona," sapa mereka- sekitar ada tiga pria kekar dibawah tangga yang kini menunduk hormat.

Kelaya tersenyum, kakinya lanjut melangkah. "Pagi kembali. Siapa nama kalian?"

Ketiga orang itu saling melirik dalam keadaan menunduk, tak lama kemudian menjawab berurutan dari sebelah kiri terlebih dahulu. Benar-benar teratur.

"Saya galih, nona."

"Saya Johan, nona."

"Saya kavel, nona."

"Baik, pagi kavel, Johan, dan galih," sapa kelaya lagi.

"Anda ingin pergi kemana nona?" Tanya galih- yang mungkin tertua di antara mereka.

Kelaya menoleh ke arah galih. "Dapur sepertinya,"

"Apa anda butuh sesuatu? Saya akan menyiapkan nya," bukankah benar-benar seperti ratu? Dia bahkan belum genap satu hari dikediaman Lejairo tapi hampir seluruh pelayan disini begitu menghormatinya selayaknya tuan rumah yang sudah lama.

Johan mengajukan diri yang ditolak secara sopan oleh kelaya.

"Tidak terimakasih, aku mungkin akan membantu sedikit pekerjaan disana,"

Dari belokan kelaya dapat melihat kesibukan beberapa pelayan dan koki yang bergelut dengan makanan juga alat-alat masak. Namun ketika kelaya hendak berjalan lebih jauh, ketiga orang yang tadi mengikutinya menghalangi.

"Maaf nona anda tidak diijinkan bekerja, mohon untuk keselamatan anda dan bayi didalam kandungan anda," Bahkan mereka sampai sedetail itu untuk sekelas bodyguard yang baru mengenal 'majikan' dadakan.

Entah kelaya harus merasa beruntung atau sesak, karena disatu sisi pun dia masih menyayangkan alur hidup yang tak sesuai, walau keinginan nya untuk mati tidak pernah mau, tapi mengingat kembali lara yang Kelaya Moergen rasa sebelumnya, sangat ironis.

Meninggal dalam jurang kesepian. Tidak pernah bertemu sosok bernama orang tua dan dicampakkan oleh seonggok manusia kaparat seperti suaminya.

"Hanya mencuci sayur mungkin?"

"Sejengkal anda memegang alat dapur pun, kami akan larang, nona." Lihat, laki-laki paling pendek yang Kelaya perkirakan baru menginjak usia delapan belas tahun baru saja mengeluarkan suara emasnya.

Kelaya sedikit terpengarah, dia tampan, tampan sekali. Seperti perpaduan antara bangsa Inlander dan bangsa Netherland. Selain visualisasi Ren yang bermata heterochromia, penulis juga menambahkan pahatan sempurna ala dewa mitologi pada anak ini.

Mommy KelayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang