Sania turun setelah bik Lim memanggilnya untuk makan malam. Dia menata senyumnya sebaik mungkin dan bersiap dengan pertanyaan yang akan dilontarkan orang tuanya nanti saat melihat plaster luka dilengan dan kakinya.
“malam ma, pa, kak...”
“Malam sayang...” jawab mamanya dengan lembut sementara yang lain hanya melirik bahkan ada yang acuh.
Sania segera duduk disebelah mamanya dan dengan sigap mamanya menyiapkan makanan di piring Sania.“kamu ingin pakai lauk—”
Belum selesai Tias menghidangkan makanan, ujung nektra Bram menangkap sesuatu yang membuat dirinya menyengritkan dahi dan memotong ucapan istrinya.
“Ada apa dengan sikumu itu?”
Sontak saja semua mata tertuju pada Sania yang membuat tenggorokannya terasa kering mendadak.
“Jatuh disekolah pa. Maaf...”. ucapnya tertunduk membuat Bram menggeleng pelan. Wanita disebelahnya pun segera mengecek lengan Sania.
“Apa ada luka lain,sayang? Bagaimana kamu bisa terjatuh?”. Tanya wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang hampir menginjak 50 tahun itu. Dia memang belum sempat melihat Sania sejak pulang dari butiknya karena buru-buru melihat persiapan makan malam yang dibuat pelayan rumah.
Belum juga Sania sempat memberi alasan, Bram sudah lebih dulu mengatakan sesuatu.“Kenapa kamu ceroboh sekali? Apa lensa kacamu kurang tebal sampai bisa terjatuh?”
Mendengar jawaban itu, Sania tidak berani mengangkat wajahnya lagi dan memilih memainkan jarinya di atas pahanya.
“jadilah gadis yang tenang, tidak banyak masalah, pintar, dan berguna. Jangan hanya bisa membuat mamamu khawatir saja!”
“pa,sudah cukup! Sania sedang sakit malah dimarahi. Ayo sayang kamu makan dulu. Kamu mau pakai lauk apa? Ayam? Daging? Sup?”
Sania mengangkat wajahnya sedikit menatap mamanya sambil tersenyum. “apa aja boleh ma...”
Tias tersenyum melihat putri manisnya masih mau tersenyum padanya dan segera menambahkan lauk di piring Sania. Inilah salah satu alasan Tias sangat menyayangi putrinya itu. Sania sangat sederhana dan tidak banyak menuntut. Dia juga penurut walaupun minusnya dia sangat pemalu. Mungkin juga ditambah dia selama ini hanya membesarkan 3 anak laki-laki yang dinginnya tidak mengalahkan es kutub Utara sehingga rasa sepinya sedikit terobati dengan adanya Sania. Walaupun gadis itu tidak lahir dari rahimnya sendiri, namun dia sangat menyayangi Sania.
Tidak ada banyak percakapan selama di meja makan. Itupun jika bukan Tias yang memulai bertanya dengan diselingi candaannya.“Sayang, apa Mingyu tadi benar-benar sudah menjemputmu?” tanya Tias sambil melirik ke arah putra jangkungnya itu.
“Emm...iya ma. K-kak Mingyu tadi jemput kok...”
“Apa dia berlaku baik? Apa dia mengatakan hal buruk padamu?”
Kali ini Mingyu yang melirik ke arah mamanya dan adik tirinya itu. Was-was dalam hatinya mengingat tadi dia sempat sedikit mengeluh di telfon karena menunggu Sania cukup lama namun setelah semua anak hilang pun Sania masih belum terlihat.
“enggak kok ma...” jawab Sania tersenyum yang mendapat anggukan tenang dari Tias.
“baguslah... Mama khawatir dia mengatakan hal buruk lagi...” ucap Tias sambil melirik kesal pada putranya itu. Dia hafal betul sifat ketiga putranya. Mereka tampan, berkharisma, pintar, seakan tidak terdapat celah sedikitpun untuk kejelekan mereka. Sayangnya, kadang lidah mereka terlalu tajam untuk didengarkan ucapannya.
Sania hanya tersenyum dan melanjutkan makannya sampai dia merasakan HP di sakunya bergetar dan perlahan dia mengeluarkan dan membaca pesannya. Tidak ada aturan tertulis di keluarga ini untuk dilarang memainkan HP di meja makan,kan?
Saat membaca pesan, mata Sania membulat seketika dan langsung bangkit membuat semua mata kembali tertuju padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Different (✓)
SonstigesSefia. gadis dengan sejuta pesona dan keunikan itu ternyata juga menyimpan rahasia besar yang sangat sulit ditebak oleh orang lain. apa rahasia itu? dan bagaimana dia bisa membuat semua hal berubah dengan mudah? (Lengkap)