ada apa?

105 19 0
                                    

Sefia mengompres kening serta mata Jaehyun. Dalam kondisi panas tinggi pasti matanya juga terasa panas dan perih. Tidak lupa dia membaluri kaki dan tangan Jaehyun dengan minyak kayu putih sambil sesekali dipijat pelan lalu kakinya dipakaikan kaos supaya lebih hangat.

“Maaf kak. Aku buka sebentar. Sekali lagi, maaf ...”

Jaehyun terdiam saat selimutnya sedikit di angkat dan Sefia membuka satu kancing bajunya lalu memasukkan tangannya yang sudah di balut minyak untuk diusapkan ke bagian dadanya. Hangat. Itu yang dia rasakan. Tubuhnya menghangat entah karena minyaknya atau karena sentuhan Sefia.

Setelah selesai, Sefia kembali mengaitkan kancing piyamanya dan menyelimuti Jaehyun lagi lalu melanjutkan memijat tangan Jaehyun. Benar-benar perhatian penuh kasih sayang yang dirasakan pria itu sekarang.

Beberapa saat kemudian, seorang pria berpakaian kemeja rapi datang dengan membawa tas dokternya ditemani seorang wanita berpakaian khas suster. Iya. Itulah paman Suho, saudara mama Clara. Dia adalah seorang dokter yang bekerja di rumah sakit miliknya sendiri. Dia tidak kalah Sultan ya dibanding saudarinya, Clara.

Mereka datang disusul mama Tias dan yang lain. Sefia segera berdiri supaya tidak menganggu pamannya untuk bertugas.
Suho bekerja dengan sangat cepat,rapi dan teratur. Dia tahu tebakan Sefia tidak akan salah. Jaehyun memang kelelahan hingga membuat kondisinya drop total. Masih untung menurutnya Jaehyun tidak sampai pingsan karena tensi darahnya juga sangat rendah.

“Kamu sudah menyiapkan makannya?” tanya Suho sambil melirik Sefia sekilas.

“hhmmm...aku sudah minta bibik membuatnya...” jawab Sefia yakin membuat Tias tersenyum.

“saya harus memasangkan infus padamu. Tunggu sebentar...”

Suho segera membersihkan area yang akan dimasukkan jarum infus dan sudah terlihat Jaehyun yang gusar. Sepertinya pria itu kurang bersahabat dengan yang namanya jarum. Segera Sefia duduk di dekatnya dan menarik wajah Jaehyun ke pelukannya supaya jangan sampai dia kaget dan menghempaskan tangannya saat disuntik.

Sontak saja apa yang dilakukan Sefia membuat Sania, Eunwoo dan Mingyu kaget. Anak itu benar-benar sangat berani bagi mereka. Jaehyun pun tidak segan meremas baju Sefia saat jarum infus menembus kulitnya membuat Sefia mengusap pelan pipinya.

“Tenang, sedikit lagi selesai...” bisiknya pelan membuat cengkraman Jaehyun melembut karena merasa lebih tenang.

Suho tersenyum bangga pada keponakannya itu. Dia sangat berharap keponakannya itu suatu saat menjadi seorang dokter karena memang ia melihat bakat pada Sefia sama seperti putranya.

Selang infus sudah terpasang dan semuanya sudah selesai bersamaan dengan datangnya bik Lim membawa pesanan Sefia. Tidak lupa Suho menuliskan resep obat yang harus ditebus ke apotek lalu memberikannya pada Bram.

“Ini resep obatnya bisa di tebus di apotek. Harus diminum rutin dan dia harus beristirahat total. Sepertinya dia terlalu bekerja keras...”

“Terimakasih, Suho. Ini sebagai ucapan terima kasihku...” ucap Bram sambil memberikan sebuah amplop pada mantan iparnya itu namun ditolak oleh Suho.

“Tidak perlu kak. Aku titip Sefia saja padamu karena aku tidak bisa selalu mengawasinya. Anak itu cepat sekali hilangnya. Orang-orang yang di suruh mengawasinya jadi kewalahan karena dia...”.

Bram dan Suho menoleh pada gadis yang mulai menyuapi makan Jaehyun ditemani Tias.

“Kamu mengawasinya?”

Suho mengangguk pelan menatap keponakannya itu. Cukup untuk menunjukkan kehawatirannya pada gadis itu.

Bram mengerutkan alisnya. Dia bisa menyadari ini bukan hal biasa yang sepertinya belum dia fahami keadaannya. Eunwoo dan Mingyu saling menoleh mendengar pembicaraan kedua pria itu.

“Memangnya ada apa?” tanya Bram lagi membuat Suho menoleh dan tersenyum lalu kembali menoleh pada keponakannya itu.

“Princess...!!”

Sefia menoleh kesal pada Suho.

“Berhenti manggil aku kayak gitu,om Suho!” ambeknya. Semua orang kaget karena sebagian besar dari mereka baru pertama kali melihat wajah kesal Sefia.

Suho tertawa pelan lalu menunjukkan satu jarinya ke Sefia.

“Berhenti melarikan diri! Kamu tahu dia masih mengincar mu! Jika terjadi sesuatu padamu, kakekmu tidak akan segan melakukan ancamannya. Kamu dengar, Sefia?”

“Iya,iya...aku gak pernah kabur kok. Tinggal cari di apartemen aja,kan?”

Sefia meniup sup untuk Jaehyun sebelum disuapkan pada pria yang masih lemas itu.

“Apa yang terjadi, Sefia? Kamu tidak memberi tahu papa?”

“Bukan masalah kok pa. Tenang aja. Jangan percaya sama om Suho. Om Suho selalu berlebihan...”

Suho menggeleng pelan sambil tersenyum.

“Kamu sudah siapkan kamarnya?”

“Sudah...kapan dia datang? Aku sudah tidak sabar !” ucap Sefia penuh semangat.

“Lusa... Ajak Sania juga nanti kesana. Sudah lama mereka tidak saling bertemu. Terakhir kali saat Sania masih usia 3 tahun rasanya...”

Bram mengangguk seperti tahu siapa yang sedang dibicarakan. Sedangkan Sania sendiri tidak tahu dia diminta bertemu dengan siapa. Siapa yang mereka bicarakan?

“Iya sudah. Om percayakan dia padamu, princess. Besok suster akan datang mengeceknya. Kalau ada apa-apa segera telfon. Oke princess?” ucap Suho sengaja sambil iseng menganggu keponakannya itu.

Sefia tidak menyukai film apapun yang berhubungan dengan Barbie ataupun putri-putrian itu. Tapi malah keluarga mamanya sangat suka mengganggunya dengan panggilan itu. Dan lagi-lagi Sefia nampak kesal.

“Jangan panggil aku gitu lagi,om! Ah...bete banget dah!” keluh Sefia sambil memmanyunkan bibirnya tanpa sadar.

Jaehyun yang sangat jelas melihat itu di depannya tidak bisa menahan senyumnya hingga terbentuklah lesung pipi kembar miliknya. Tias pun ikut tertawa pelan dan merangkul Sefia gemas. Eunwoo dan Mingyu pun kaget melihat Jaehyun tersenyum. Si yang paling es diantara para es tersenyum juga.

“Duh...manyun-manyun aja. Jangan gitu udah gede gaboleh ngambek ah...” ucap Tias sambil mengusap pelan kepala Sefia.

“Iya sudah, aku pergi dulu,kak...”

“Tapi,Suho. Ada yang harus aku—”

Suho yang tahu apa yang ingin dikatakan Bram hanya tersenyum dan menepuk bahu Bram.

“aku tidak berhak menceritakannya. Tanyakan saja pada Sefia. Kalau dia setuju bercerita,maka bersyukurlah...”

Suho menoleh pada Sefia lagi.

“Om pergi dulu. Ingat ucapan om, Sefia!”

“Iya om... Titip salam buat Tante dirumah. Sama gege juga!”

“hhmmm... Gege mu juga lusa akan menjemputmu untuk ke bandara....”

“Woke...kapten!”

Suho tertawa pelan dan menepuk pelan bahu Bram sebagai ucapan pamit lalu pergi dengan susternya.
Jaehyun menahan tangan Sefia yang ingin menyuapinya lagi tanda dia sudah tidak mau melanjutkan makannya. Sefia pun mengangguk dan segera mengambilkan teh lalu membantu Jaehyun minum teh hangatnya.

“Sefia, kita jalan-jalannya kapan-kapan  saja ya. Kamu jaga kak Jaehyun saja dulu sampai kak Jaehyun sembuh...” ucap Sania membuat Sefia menengok sedih.

“Nanti aku janji bakal bawa kamu ke tempat yang bagus, San. Pegang janjiku...”

Sania tersenyum dan memeluk Sefia.

“Udah sering ketemu kamu aja udah lebih dari cukup buat aku,Sef. Jangan jauh-jauh lagi...”.

Sania meletakkan dagunya di bahu Sefia sambil memejamkan matanya. Sefia pun tersenyum dan mengusap pelan rambut saudarinya itu.

“anything for u, San...”
.
.
.
.
.
.

Different (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang