Akhirnya setelah berbagai macam cara dan upaya, bujuk rayu seribu ilmu yang dikeluarkan Sefia, dia berhasil membawa Sania keluar dari rumah itu dan berjalan menuju motor.
“Ini, pakai helmnya. Kamu pernah pakai motor sebelumnya?”
Sania menggeleng pelan. Bahkan dia bingung bagaimana dia akan mengaitkan helmnya membuat Sefia tertawa pelan dan langsung membantunya.
“Jangan mau dikurung sama papa. Bosen. Tunggu disana...”
Sania menurut sementara Sefia memundurkan motornya lalu menyalakan staternya membuat pak Eko kaget dan keluar dari posnya. Mulutnya menganga lebar tatkala melihat Sefia benar-benar berhasil membawa Sania naik keatas motornya.
“Pak! Tolong buka gerbangnya!” ucap Sefia sambil mengedipkan sebelah mata dan tersenyum lebar menandakan kemenangannya.
“Astaga, non Sefia... Bisa saja melawan aturan tuan besar...” pak Eko menggeleng masuk kedalam posnya dan membukakan gerbang otomatis.
“Pegangan!”
“Dimana?” tanya Sania bingung karena tidak ada di kanan maupun kirinya sesuatu untuk pegangan. Dan tidak mungkin juga ada sitbelt disana,kan?
“Di aku, San...”
Sefia menarik kedua tangan Sania dan melingkarkan di pinggang nya.
“Siap?”
“Siap!”
Jawab Sania berteriak penuh semangat dan akhirnya Sefia menjalankan motornya pergi dari rumah itu. Memang anak itu gila, menurut Sania. Jika dibilang dewasa, dia masih punya kelakuan anak-anak.
Tapi jika dibilang kanak-kanak, Sefia sangat dewasa sifatnya. Sania sangat itu dibuatnya. Bagaimana dengan mudah Sefia berbaur tanpa canggung dan tanpa rasa takut. Apalagi ketika dia berani memuji ketiga pria dingin itu. Sania saja sejak pertama melihat wajah mereka, tidak berani menegur duluan.
“Jadi mau ke taman kota?”
“jadi! Aku udah lama pengen beli permen kapas yang bergambar itu!” jawabnya. Dia tahu banyak hal mengenai kota itu hanya saja dia tidak pernah menelisiknya secara langsung.
Dia sering iri melihat teman-temannya bisa nongkrong bersama atau makan bersama di tempat-tempat baru sementara dia tidak bisa. Tapi kali ini ada Sefia. Sefia seperti Jinny yang bisa mengabulkan semua keinginannya. Tapi, satu hal masih mengganjal d fikirannya mengingat perbincangan mereka sebelumnya.
.
.
.Flashback...
🍃
🍃
🍃
“baiklah, nanti biar papa minta tolong kepala sekolah supaya kalian dijadikan satu kelas...” jawab Bram setelah mendengar keinginan Sefia. Senang, tentu saja Sania sangat senang. Dia akan ada teman ngobrol dan bercanda nantinya.“kamu denger itu, San... Kita bakal satu kelas! Kamu harus kenalin aku sama temen-temenmu disekolah nanti!”
Deng!!
Mata Sania membulat sempurna ditengah kebahagiaan Sefia.
“Teman-teman? Aku bahkan gak punya teman dikelas. Banyak yang menjauhiku dan mengatai aku aneh. Belum lagi para perundung. Gimana kalau Sefia tau aku dirundung disekolah tanpa sepengetahuan papa dan mama? Sefia bisa ngamuk ke semua orang!" Batinnya.
Sania sangat mengenal saudaranya. Anak itu bisa mengamuk dan mengatakan banyak hal hingga berteriak saat dia marah. Apalagi itu mengenai dirinya. Sefia bahkan sempat ribut dengan ibu-ibu di pusat perbelanjaan karena menyerobot antrian saat Sania sudah lama mengantri untuk makanan yang dia inginkan.
Ibu-ibu! Yang katanya ras manusia terkuat di bumi saja tidak segan diceramahinya lantang. Belum lagi saat Sania terjatuh karena ditabrak oleh remaja yang sedang berlarian bercanda. Jika tidak ada pak supir saat itu melerai, mungkin Sefia sudah melayangkan bogem mentah ke pemuda yang mengatainya lemah itu.
Sefia tidak bisa dianggap remeh. Taekwondo, karate dan boxing dijalani saudaranya itu. Mama Clara tentu tidak pernah menghalangi keinginan Sefia selagi dia menyukainya dan mau serius menjalaninya.
“bagaimana ini?”
.
.
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Different (✓)
AcakSefia. gadis dengan sejuta pesona dan keunikan itu ternyata juga menyimpan rahasia besar yang sangat sulit ditebak oleh orang lain. apa rahasia itu? dan bagaimana dia bisa membuat semua hal berubah dengan mudah? (Lengkap)