serangan

126 18 0
                                        

Mereka akhirnya tiba di depan gedung apartemen Sefia. Segera saja Jaehyun menghela nafas lega karena setelah ini akan mendapat ketenangannya lagi.
Sefia melepaskan sabuk pengamannya dan segera turun.

“Thanks kak...” Sefia melambai sepeti anak kecil dengan senyum sumbringah khasnya dan berlari masuk kedalam gedung.

Sunyi. Entah kenapa Jaehyun merasa kini mobilnya terlalu sepi. Dilihatnya ke sebelah bekas tempat Sefia sebelumnya duduk sambil mengoceh. Sedikit senyuman kembali muncul tanpa disadarinya.

“Hah...mari kita pulang...!!”
































































Sefia keluar dari lift dan baru beberapa langkah, dia melihat pria yang tak asing baginya. Pria berbadan kurus dengan tinggi tidak jauh berbeda darinya itu menatap Sefia dengan smirknya yang khas. Bekas luka di hampir sebagian wajahnya benar-benar membuat wajah pria itu makin buruk bagi Sefia.

Sekali lagi, dengan santai gadis itu berjalan hendak melewati pria itu namun sayang pria itu menahannya.

“Tidak semudah itu, Sefia!”. Ucapnya dan membuat Sefia berdecih pelan. Badannya sudah lelah dan benar-benar ingin segera tidur. Tapi sayang, sebuah kutu kecil masih saja ingin mengganggunya.

“Pergilah, aku tidak ingin menghabiskan waktuku dan membuatmu pergi dengan memar...”

“Cih...sombong sekali kamu. Sekarang tidak ada lagi yang bisa kamu gunakan untuk memanipulasi serangan ku. Kecerdikanmu tidak bisa digunakan di ruang kosong ini...”

Pria itu menarik tangan Sefia dan hendak memukulnya lebih dulu. Namun belum juga pria itu berhasil menyentuh kulit wajahnya, dadanya sudah lebih dulu merasakan pukulan panas dan keras dan sedetik kemudian tendangan yang lebih keras lagi menghantam wajahnya hingga tubuhnya harus berhadapan dengan tembok kokoh gedung itu.

Pria yang sudah tersungkur di lantai mengusap sudut bibirnya saat merasakan cairan segar amis mengalir disana dan melirik Sefia dengan kesal. Gadis itupun menunjukkan senyumnya seakan tak terjadi apapun.

“Pergilah sebelum kamu menyesal karena ini bukan waktumu...”

Sefia berbalik dan berjalan menuju pintu apartemen sampai akhirnya dia mendengar suara teriakan seseorang.

“Awas...!!!”




















Bbuuuggghhh....!!!

























Sefia menoleh dan pria itu sudah tersungkur lagi di lantai. Di hadapan nya Sefia melihat Jaehyun menatap pria itu dengan wajah kesal. Kesal?. Sefia tersenyum simpul. Akhirnya wajah itu terlepas dari kutukannya. Jaehyun beralih menatap Sefia dan terheran melihat gadis itu tersenyum melihat kearahnya.

“Apa kamu gila?! Pria itu hampir membunuhmu dengan pisaunya!” ucap Jaehyun dengan nada yang tinggi dan lagi-lagi malah membuat Sefia terkekeh pelan.

Jaehyun rasanya ingin marah lagi namun Sefia ternyata bergerak mendekat lalu menginjak tangan pria yang memegang pisau itu hingga si pemilik tangan berteriak kesakitan.

“Aku fikir kamu sudah berubah, ternyata masih seorang pecundang!. Pergilah selagi aku masih memaafkanmu dan tidak memperbesar masalah ini!”

Sefia mengambil pisau pria itu dan dengan wajah masih kesal pria itu berlari pergi membuat Jaehyun kebingungan. Apa yang terjadi sebenarnya?.

Sefia memasukkan pisau lipat itu ke sakunya dan kembali tersenyum ke arah Jaehyun.

“Mau mampir ngopi?”










































Jaehyun duduk menatap pemandangan malam kota dari balik kaca apartemen itu. Pemandangan yang indah karena yang terlihat hanya lampu-lampu kecil berwarna-warni bukannya kemacetan. Iya, belum. Mana ada yang mau keluar membuat macet di jam segini.

Segelas kopi hangat mendarat di depannya dan segelas lagi di sebelahnya. Gadis itupun sudah berganti pakaian dan duduk disebelah Jaehyun. Lama tidak ada yang membuka suara dan terdengar suara seruputan kopi yang diminum Sefia.

“Siapa pria itu?”

Jaehyun mulai membuka suara namun tidak merubah posisinya menatap keluar kaca. Sefia hanya tersenyum dan menyeruput kopinya lagi. Kini Jaehyun menoleh dan merasa kesal karena melihat gadis itu seakan mengacuhkan dirinya.

Berani sekali dia? Sebelumnya tidak ada yang berani mengabaikannya kecuali Tias,mamanya.

Kembali suasana hening dan seruputan kopi yang terdengar.

“Habiskan. Aku akan tidur dulu. Jangan lupa tutup pintunya ketika keluar nanti, kak Jaehyun...”

Sefia meletakkan gelasnya di wastafel dapur dan masuk kedalam kamarnya.

Jaehyun kembali menyesap kopinya dan melihat pemandangan di depannya. Dia mengingat bagaimana biasanya dia menghadapi masalah. Dia akan meminta bantuan saudaranya dan mereka akan saling membantu. Tapi gadis ini benar-benar sendiri. Atau dia memang tidak mau berbagi? Bagaimana dia bisa menyelesaikan masalah yang bahkan Jaehyun belum pernah hadapi. Ini baru satu hal. Entah berapa banyak masalah yang masih belum terbongkar.

Tapi kenapa dia masih bisa datang tersenyum dan mendengarkan keluh kesah Sania sedangkan masalahnya sendiri sudah sampai separah ini?. Sekarang dia mengerti, kenapa dia bisa bersikap dewasa menghadapi saudarinya yang manja dan mengerti mamanya yang jelas-jelas sangat keibuan itu.

Anak ini sepertinya sudah mengalami banyak hal yang tidak siapapun orang ketahui. Mental dan pikirannya sudah lebih dewasa dari usianya sehingga dia bisa menghadapi berbagai macam sifat orang-orang disekitarnya dengan tenang.

Jaehyun menghabiskan kopinya dan menuju dapur. Dibilasnya gelas miliknya dan milik Sefia lalu diletakkan di rak peniris piring.
Dia baru menyadari, sejak tadi hanya ada lampu remang-remang yang menyala di sana sedangkan lampu utamanya sama sekali tidak dinyalakan. Ya, Jaehyun tidak menyadarinya karena Jaehyun juga terbiasa dengan suasana gelap di kamarnya.

Tidak ada yang aneh di apartemen ini. Semua rapi tidak ada yang berantakan sedikitpun. Orang dengan pengidap penyakit OCD akan betah tinggal disini. Bahkan ketika Jaehyun membuka kulkasnya, isinya sangat tertata rapi. Tidak ada minuman bersoda ataupun alkohol. Hanya ada buah, sayur, yogurt daging dan minuman-minuman sehat lainnya. Hal ini benar-benar kontras dengan penampilan gadis itu di luar rumah yang simple dan bahkan terkesan berantakan. Tidak menunjukkan bahwa dia anak dari pengusaha dan disigner terkenal. Dia suka. Dia suka tempat ini,nyaman baginya.

Jaehyun menarik nafas sedikit enggan lalu berjalan menuju pintu keluar. Dia baru menyadari di dekat pintu keluar ada  dua kunci mobil tergantung disana. Satunya sama dengan milik Mingyu dan satu lagi kunci mobil Pajero. Dia tahu karena itu sama dengan mobilnya. Jaehyun tersenyum melihat keanehan baru adik tirinya ini. Pilihan yang aneh untuk gadis remaja perempuan biasanya. Lalu, kenapa dia kemana-mana hanya menggunakan motor matic?

Pria itu menggeleng pelan sebelum akhirnya keluar dari apartemen itu menuju mobilnya. Sepanjang perjalanan dia bisa merasakan perbedaan saat mereka atau lebih tepatnya Sefia berbicara ketika di mobil dengan di apartemen nya tadi. Sangat kontras. Seakan mereka dua gadis yang berbeda. Dalam benaknya, terlintas sebuah pikiran aneh.






“Sepertinya dia memiliki tujuan lain untuk pindah ke kota ini...”





.
.
.
.
.
.
.

Different (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang