rindu

94 15 0
                                    

Beberapa hari sudah pasca kejadian itu. Sefia sudah pulang dari rumah sakit dan sampai sekarang belum pernah berkunjung lagi. Hanya sesekali dia menelfon Tias dan Sania untuk menanyakan kabar mereka.

Jaehyun? Galau. Hatinya gelisah. Dia pernah mendatangi apartemen Sefia namun hasilnya nihil. Gadis itu tidak ada disana dan sepertinya dia tinggal dengan kakeknya. Ingin sekali rasanya Jaehyun datang kesana untuk memeluk gadis itu. Dia rindu. Sangat rindu dengannya.

Apakah dia harus nekat datang kesana? Dia sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia sudah ada di fase sulit tidur, tidak enak makan, tidak enak bekerja. Walaupun suasana di rumah memang sudah membaik. Dia dan ketiga saudaranya sudah mau berbincang di meja makan dengan yang lain. Terutama Mingyu. Dia menjadi teman debat mamanya sekarang. Mungkin ributnya dengan Lucas sangat mempengaruhi juga.

Sedangkan Eunwoo? Dia sering tertawa dan menengahi dikala debat mereka tak berujung juga. Ya. Kun sepertinya juga mempengaruhinya karena sebelumnya setiap Lucas dan Mingyu ribut tanpa henti, Kun selalu menjadi pemisahnya.

“Aku harus menyegarkan wajahku dulu...”

Jaehyun masuk ke dalam kamar pribadinya yang tersedia di ruangan itu dan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Satu kali, dua kali, dan ketiga kalinya dia baru mengusap wajahnya lalu membuka matanya. Dia kaget melihat wajah Sefia tersenyum dari pantulan kaca ke arahnya.

“hah...apa sebegitu nya aku merindukanmu? Aku fikir, semua itu hanya omong kosong belaka. Tapi aku benar-benar bisa melihatmu di cermin dan saat aku berbalik kamu pasti akan hilang. Bolehkah aku tidak berbalik dan menatapmu dari sini supaya kamu tidak hilang?”

Sefia tersenyum simpul.

“Apa harus aku peluk kak Jae supaya kak Jae mau menoleh ke aku?”

“Hhmmm...peluk saja aku. Kamu tidak tahu bagaimana gilanya aku merindukanmu. Hah...tentu saja kamu tahu. Kamu hanyalah halusinasi ku...”

Jaehyun memejamkan matanya dan tertunduk sedih sampai akhirnya dia benar-benar merasakan sepasang tangan menyentuhnya dan merambat naik ke kedua bahunya.  Pria itu mengangkat wajahnya dan melihat dari cermin Sefia memeluknya. Segera dia berbalik kaget. Sefia benar-benar ada dihadapannya. Langsung saja dia memeluk erat gadis itu seakan tidak ada hari esok.

“aku merindukanmu. Sangat merindukanmu...” ucapnya lirih.

“hhmmm...aku tau. Kak Jae udah bilang itu tadi...” tawanya dengan nada meledek namun Jaehyun tidak perduli.

Dia bisa mencium aroma bayi menenangkan itu lagi. Sefia melepaskan peluknya dan ingin memberi jarak namun Jaehyun menahannya.

“tolong...biarkan seperti ini...”

“Kak Jae gak mau kerja?” tanya Sefia sambil mengusap pelan punggung dan rambut pria itu dan dijawab dengan gelengan kepala.

“aku hanya ingin tetap seperti ini. Aku rindu. Aku tidak bisa jauh lagi darimu. Aku candu dan kamu canduku...”.

Kini Sefia merasakan bahwa Jaehyun sedang menangis saat bahunya mulai terasa basah. Hatinya terketuk dan merasa bersalah. Perlahan dia mundur hingga bertemu dengan ranjang di kamar itu dan mendudukkan Jaehyun masih dalam posisi pria itu memeluknya. Dia tidak mau melepaskan Sefia sedikitpun.

“Istirahatlah. Kak Jae kurang tidur kan?”

Jaehyun mengangguk  dan baru melepaskan pelukannya. Wajahnya nampak kacau. Sefia tersenyum dan mengeluarkan sapu tangan dari tasnya lalu mengusap wajah berantakan itu.

“Kak Jae tidur,ya?”

Jaehyun menggeleng keras.

“saat aku bangun,kamu akan hilang...” tolak nya. Dia sangat yakin Sefia akan hilang saat dirinya terbangun nanti. Sefia tersenyum lalu berlutut membuka sepatu dan kaos kaki Jaehyun.

“Aku temenin sampai kak Jae bangun. Aku janji...”

“Kamu sudah berjanji...”

“iya...aku udah janji. Ayo tidur sekarang...”

Jaehyun yang memang sudah beberapa hari kurang tidur dan kini matanya makin memberat karena menangis akhirnya membaringkan dirinya. Dia kaget saat Sefia ikut berbaring dihadapannya.

“Boleh aku peluk?”

Sefia tersenyum dan mengangguk lalu Jaehyun segera menariknya dalam pelukannya. Dia bisa mencium aroma strawberry pada rambut yang kini ditutupi topi rajut itu. Memang kali ini tampilan Sefia terlihat agak berbeda. Pakaiannya lebih rapi berwarna dan terlihat lebih feminim. Tentu saja dia itu karena pengaruh bersama kakeknya.

“kenapa kamu tidak datang sejak awal?”

“Mama datang dan mereka menceramahiku berhari-hari. Bisa bayangin rasanya?” ucapnya tertawa pelan membuat Jaehyun tersenyum.

“berarti kamu juga perlu istirahat...”

Jaehyun mengeratkan pelukannya dimana wajah Sefia menghadap ke dada bidangnya yang tercetak jelas dibalik kemeja ketatnya.

“Tidurlah...” ucap Sefia sambil jari telunjuknya berputar-putar abstrak di dada Jaehyun menimbulkan rasa sedikit geli namun menenangkan baginya.  Pria itu memejamkan matanya dan terus berharap kalau semua ini bukan mimpinya saja.

.
.
.
.
.
.

Different (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang