kejutan

110 19 1
                                    

Semua orang datang ke ruang makan dan mulai menikmati sarapan mereka sementara Sania menengok kesana kemari mencari sesuatu.

“Ada apa,Sania?” Tanya Bram yang menyadari sesuatu pada putrinya itu. Sania menggeleng pelan saat akhirnya bik Lim datang menyajikan segelas jus pada Sania.

“Jus? Biasanya kamu minum susu di pagi hari. Kenapa malah minum jus sekarang?”

“Emm... Sefia bilang lebih baik makan buah atau minum jus buah dipagi hari karena susu bisa buat mata ngantuk. Jadi tadi nona Sefia minta saya buatkan jus saja untuk nona Sania supaya nona Sania lebih fresh dipagi hari...”

Sontak saja itu membuat yang lain kaget.

“Sefia disini?” tanya Tias kaget.

“Iya nyonya. Malah sarapan ini nona Sefia yang masak semuanya. Nona Sania juga dibangunkan oleh nona Sefia tadi...”

“Lalu dimana dia sekarang? Kenapa dia tidak ada disini untuk ikut sarapan?” tanya Tias lagi sambil melihat ke area lain untuk memastikan.

“Ah...itu. nona Sefia bilang mau ajak pak Eko balapan lari dari depan komplek mumpung masih pagi...”

Sania langsung berusaha menahan tawanya dan Bram menggeleng pelan mendengar tingkah salah satu anaknya itu. Sementara Tias nampak kaget mendengarnya. Sepertinya ketiga pria lain juga kaget namun hanya melirik sebentar dan kembali melanjutkan makan mereka.

“Pa...Sefia belum sarapan bagaimana dia bisa berlari? Depan komplek itu lumayan jauh. Aku akan membawakan dia sarapan dulu...”

Tias hendak bangkit namun Bram menahannya.

“Sudah ma, biarkan saja. Anak itu tau apa yang dia lakukan dan dia tidak bisa dihalangi jika sudah memiliki kemauan. Nanti dia pasti akan datang dan menyusul sarapan. Tenang saja, itu sudah biasa...”

“Sudah biasa dan kamu biarkan? Hah...pa... Bagaimana sih kamu. Bagaimana kalau dia lemas lalu terjatuh dan terluka nanti? Dia tinggal sendiri di apartemen kalau dia sakit tidak ada yang memperhatikannya disana...” keluh Tias kesal dengan kepasrahan suaminya.

Tentu Tias khawatir dengan Sefia mengingat Sefia tetap menolak untuk dibujuk tinggal bersama mereka. Bahkan Bram sudah menelfon Clara namun jawaban Clara tetap sama. Tidak boleh. Sepertinya Clara tidak mau juga Sefia terlalu dekat dengan Tias. Takut anak satu-satunya diambil hatinya juga,mungkin.

Bram tidak mau menjawab pertanyaan istrinya karena ujung-ujungnya mereka bisa ribut nanti. Bram mengalihkan pandangannya pada anak gadis yang sudah siap dengan seragam rapinya.

“Sania. Bagaimana menurutmu hasil raportmu kali ini? Apa akan membaik?”

Sania membeku seketika dan mempertahankan posisi menunduknya.

“Sania sudah berusaha semaksimal mungkin pa....”

Tiba-tiba suara Sefia menyelamatkan Sania dari pertanyaan mematikan papanya. Senyum sumbringah pun mencuat melihat Sefia datang.

Kali ini gadis itu hanya menggunakan tank top olahraga berwarna hijau navy dipadukan dengan leging hitam juga sepatu olahraga dan tidak lupa topi yang kini juga berwarna corak abstrak kain tentara kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Membentuk jelas lekukan tubuhnya bak jam pasir ditambah cetakan keringat di baju dan keringat di wajah nya membuat efek glow padanya. Tidak lupa juga senyum dimple khasnya yang tidak pernah tertinggal membuat Mingyu menyemburkan minumannya dan dua pemuda lain terperanga.

“Astaga,Mingyu...!! Ada apa denganmu?! Untung saja tidak kena makanannya!” keluh Tias.

Dia sangat menghargai masakan Sefia karena dia tau sulitnya memasak dan masakan Sefia juga enak-enak. Kasihan kalau harus terbuang karena semburan dari mulut Mingyu saja.

Different (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang