ulah Sefia

91 13 0
                                    

Sania duduk tertunduk dihadapan Sefia yang berdiri menatapnya kesal sambil berdecak pinggang. Sefia sengaja membawa Sania ke taman belakang sekolah yang agak sepi menunggu penjelasan kakaknya itu.

“maaf...” lirih pelan Sania bahkan hampir terisak membuat Sefia memejamkan matanya kesal. Dia juga tidak ingin seperti ini namun ini cara satu-satunya supaya kakaknya mau mengakui semuanya.

“aku—“

“Aku udah tau sejak awal...”

Sania mengangkat wajahnya dan menatap adiknya itu.

“aku tau mereka merundungmu setiap saat mereka mau bahkan sering memukulimu kan? Mereka menjadikanmu pelampiasan untuk emosi mereka. Aku tahu itu. Karena itulah aku ada disini...”

Lagi-lagi Sania dibuat tercekat dengan jawaban adiknya itu.

“kamu udah tahu?” tanya Sania sambil merapikan posisi kaca matanya.

“Iya, aku tau. Menurutmu apa aku diem aja selama ini? Aku curiga sama bekas-bekas luka di beberapa badanmu. Aku pernah lihat ada baju seragammu di lemari yang sobek. Aku tanya ke bik Lim dan dia bilang sering liat kamu pulang dalam keadaan berantakan dan kotor. Bahkan gak jarang ada noda darah di seragammu...”

“Sefia...”

“Sania...please... If you need help just tell me! Udah berapa kali aku bilang, aku gak suka kamu nangis dan aku gak suka ada yang nyakitin kamu sedikitpun itu! Dan, kamu bayangin gimana perasaan aku waktu aku tau kamu dibully disini? Tadi sebenernya pengen banget aku patahin tangan tu cewek setelah ngasarin kamu!”

Sefia kesal sambil ngedumel malah terlihat lucu dengan bibirnya yang manyun membuat Sania terkekeh pelan.

“Kamu lucu kalau lagi kesel ngambek gitu...”

Sefia menoleh kesal namun saat melihat Sania tertawa membuatnya luluh juga. Itu lah yang ingin dia lihat. Tawa dari saudarinya itu. Yang seharusnya dia lakukan setiap hari, ada atau tidak ada dirinya. Dia memang sengaja menjaga ekspresinya supaya tidak terlalu berlebihan di depan Sania. Gak lucu kalau dia bikin Sania takut,kan?

Sefia berlutut di depan Sania dan menangkup wajah kakaknya itu.

“mulai sekarang, lakuin apa yang mau kamu lakuin. Habisin satu tahun terakhir ini buat ngelakuin hal-hal yang belum pernah atau mau kamu coba di sekolah ini. Kamu gak perlu khawatir sama apapun lagi. Aku, Sefia bakal selalu jagain kamu...”

Sania tersenyum dan merekapun berpelukan. Sania merasa sangat hidup jika bersama Sefia. Sefia memberinya keamanan dan bisa membuatnya bebas menjadi dirinya sendiri. Dia mungkin seorang adik, tapi dia menjadi seorang kakak untuk Sania.

“entah kapan, tapi aku harap suatu saat nanti, aku bisa balas semua kebaikan kamu ke aku,Sef. Aku juga akan melakukan apapun untukmu...”










































Sania dan Sefia berjalan keluar kelas karena jam pulang sudah selesai. Mereka sengaja keluar paling akhir karena sama-sama tidak suka berdesakan. Sania tahu sejak mereka di kelas,Mitha beberapa kali menatap kesal pada mereka tapi wajahnya berpaling saat Sefia menoleh padanya membuat Sania tertawa.

Mungkin memang benar apa kata Sefia. Gadis itu hanya sok keras. Tapi ketika ada yang berani melawan, dia akan ciut juga. Sania juga heran dengan mental adiknya itu. Jelas sekali saat dia menghadapi Mitha ataupun Jeno, Sania sama sekali tidak melihat rasa takut di wajahnya.

Bagaimana mamanya membesarkan saudarinya itu sampai-sampai sebegitu kuat mentalnya? Sangat jauh jika dibanding dengannya.
Wajah mereka yang awalnya tertawa berubah menjadi kaget saat melihat Jeno dan geng nya di lorong seakan menanti mereka. Bukan mereka sih, paling lebih tepatnya Jeno menunggu Sefia.

Pria itu dengan senyum khasnya mendekat ke arah mereka.

“Sefia...mau pulang bareng?” tanya Jeno memberi tawaran yang disambut senyum oleh Sefia.

“Kamu mau Anter aku pulang? Emang kamu naik apa?” tanya Sefia sambil meletakkan tangannya di bahu Jeno seperti menggodanya membuat Sania menutup matanya malu. Saudarinya itu benar-benar bermental baja.

“Hhmmm...Pajero...”
Jawab Jeno sambil mengusap pelan pipi Sefia membuat Sania merasa jijik sendiri.

“Habis ini Sefia harus mandi kembang tujuh rupa pake sabun anti bakteri...”

“ajakanmu menarik juga. Apa kamu pintar mendekati wanita?” tanya Sefia sambil menatap intens Jeno membuat pria itu  benar-benar gila pada sorot mata gadis itu. Bahkan kini Jeno bisa mencium aroma yang memabukkan dari Sefia. Padahal ini sudah siang. Tapi aroma gadis itu masih sangat kuat dan menggodanya.

“kamu akan jadi yang terakhir...” jawab Jeno berbisik pelan dengan suara baritonnya.

Sania sampai-sampai ingin muntah mendengar omongannya.

“hah...tapi maaf dulu. Kakakku sepertinya sudah menjemput kami. Mungkin lain kali saja ya, Jeno...” ucap Sefia mendayu sambil mengusap kedua mata Jeno hingga membuatnya terpejam sambil tersenyum lalu Sefia segera menarik Sania pergi.

Jeno bersorak riang dan berbalik lalu mengibaskan rambutnya.

“Gadis itu benar-benar membuatku gila!” keluhnya senang.

Sementara teman-temannya hanya bisa menggeleng heran. Seberani itu Sefia menggoda Jeno. Dan semudah itu juga dia meninggalkan begitu saja. Ini rencananya Jeno yang ingin menggodanya, malah dia membalikkan keadaannya tanpa disadari oleh mereka.

“kamu gila banget Sef! Sampe pegang-pegang gitu! Berani banget sumpah!”

Sania dan Sefia tertawa puas. Sania sudah menduga saudarinya itu hanya mengerjai Jeno saja.

“biar pernah dia ngerasain roda berputar...”

Sania tertawa lalu menoleh menatap Sefia yang masih tertawa.

“kamu tahu Sef? Sebelumnya pulang sekolah aku akhiri dengan monoton. Pulang terakhir dan langsung masuk ke mobil...”

Sefia menoleh dan terdiam melihat raut wajah sendu pada Sania.

“gak ada yang berdiri di sekitarku apalagi sampai ngerangkul aku kayak gini. Tapi sekarang, aku gak kesepian lagi...”

Senyum diwajah Sania sama dengan senyum di wajah Sefia.

“berjanjilah, kamu bakal terus ada di sampingku dan aku juga janji bakal terus ada sama kamu...”

Mereka menautkan jari kelingking mereka sambil berbalas senyuman. Sama sekali tidak terlihat seperti sepasang kembar melainkan sepasang sahabat.

“Sefia...”

“Sania...”

Suara itu hampir bersamaan dan membuat kedua gadis itu menoleh. Kun dan Eunwoo ternyata sudah menunggu mereka berdua.

“Ssseeeffiiiaaaaa.....!!!”

Sania dan Sefia saling menatap dengan mata terbelalak sedangkan Kun dan Eunwoo tersentak sangat kaget mendengar suara teriakan itu.
Mereka melihat kebelakang dan terlihat di ujung koridor Jeno berlari ke arah mereka. Segera saja mereka berlari ke arah Kun dan Eunwoo.

“ayo kabur...!!”

Eunwoo dan Kun pun ikut panik dibuatnya dan segera masuk ke mobil lalu tancap gas melarikan diri dari sekolah itu.







.
.
.
.
.
.

Different (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang