Jaehyun berjalan ke ruangan yang dikatakan Sefia dan kakinya terhenti seketika melihat Sefia duduk tertidur di kursi tunggu tepat di ruang rawat yang dikatakan.
Sebelumnya dia menelfon Sefia lagi untuk memastikan posisinya dan memintanya jangan kemana-mana kalau tidak dia akan melarangnya datang ke rumah. Sefia sendiri juga bilang bahwa keluarga wanita itu sudah datang dan sepertinya keluarganya berada di dalam ruangan.
Perlahan Jaehyun mendekat pada gadis itu dan menatapnya beberapa saat.
Bodoh.
Hal itulah yang ingin dia katakan pada adik tirinya itu. Dia berfikir akan susah mengaturnya. Namun ternyata anak itu menurut juga walaupun dengan ancaman.
Entah kenapa Jaehyun iseng mengeluarkan hpnya dan mengambil foto Sefia saat tertidur.Wajah polos gadis itu nampak jauh berbeda dengan gaya nyentriknya setiap berbicara. Penuh ketenangan dan terlihat sangat cantik walaupun topi tetap pada posisinya. Sedikit heran Jaehyun padanya. Andai saja dia membiarkan rambut panjangnya terurai, berpakaian lebih feminim dan sedikit tenang, dia pasti akan terlihat sangat cantik.
“Astaga Jaehyun! Apa yang ada diotakmu itu!”
Jaehyun segera memasukkan hpnya kedalam kantong lalu menepuk pelan pipi Sefia membuat si korban terbangun.
“Kak Jaehyun? Maaf aku ketiduran...” ucapnya seraya bangkit dan meregangkan badannya.
Dengan jaket yang tidak terpasang dengan baik,terlihat jelas bagaimana sempurnanya bentuk tubuh Sefia dengan pinggang ramping namun berisi di beberapa tempat. Bagaikan jam pasir yang indah. Kembali Jaehyun menyesali gaya adik tirinya itu.
“Ayo aku antar pulang...”ucapnya dingin sesuai dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi.
“Hhmmm?? Aku ke apartemen aja kak. Besok aku ambil motornya kerumah...” jawab Sefia sambil diselingi menguap.
“Terserah. Ayo cepat!”
Jaehyun mendahului pergi dan disusul Sefia. Dia tidak ambil pusing dengan sikap dingin Jaehyun karena baginya sama sekali tidak ada urusan dengannya. Toh dia bukan Sania yang harus tinggal dengan tiga kulkas berjalan itu. Apalagi Sania memang tidak suka banyak interaksi dengan orang asing. Sekali lagi, orang asing bagi Sania.
“Dimana apartemenmu?” tanya Jaehyun tanpa menoleh setelah menyalakan mesin mobilnya.
“Gedung xxxxxxx...”
Jaehyun sedikit mengerutkan alisnya. Dia tahu gedung itu. Seorang temannya tinggal disana juga.
“Lantai berapa?”
Sefia mengerutkan alisnya dan menoleh bingung.
“Temanku ada yang tinggal disana...” sambung Jaehyun tidak ingin membuat anak itu berfikir yang macam-macam.
“Lantai 5. Teman kak Jaehyun ada di lantai berapa? Siapa namanya?”
Kini Jaehyun yang mengerutkan alisnya sambil melirik sekilas pada Sefia.“Untuk apa?”
“Hanya ingin berkunjung. Siapa tahu bisa jadi teman. Kan satu gedung...”
“Memangnya kamu akan tinggal lama disini?”
“Lama tidaknya tergantung...”
“Tergantung?”
“Iya, tergantung. Tergantung seberapa nyaman aku disini...”
Jaehyun melirik sekilas lagi.
“Kalau tidak nyaman?”
“Iya aku pindah lagi...”
“Kemana?”
“Ke rumah kalian. Kan nyaman ada mama disana...” ucap Sefia sambil bertepuk tangan layaknya anak kecil membuat Jaehyun menarik sedikit sudut bibirnya keatas.
Anak itu sulit sekali ditebak keinginannya. Apa memang dia biasa seperti itu atau bagaimana?“Kak Jaehyun, boleh aku bertanya sesuatu?” Sefia sedikit mergeser hingga tubuhnya sedikit menghadap Jaehyun.
“Apa?”
“Kalian bertiga pernah bertengkar dengan mama sebelumnya?”
Pertanyaan macam apa itu? Kenapa pertanyaan macam itu bisa ditanyakan olehnya? Bukannya menanyakan hal wajar seperti halnya bagaimana orang lain yang baru mengenal Jaehyun, anak ini benar-benar out of the box.
“Ayolah, jawab. Gak perlu malu. Aku sering tengkar sama mama papa...”
Jaehyun berdecih pelan. Entah kenapa dia merasa anak disebelahnya bukan anak normal.
“Kamu sudah tau jawabannya...”
Sefia mengangguk pelan.
“Ternyata benar...”
“Benar apanya?” Jaehyun mengerutkan alisnya dengan ucapan Sefia. Apalagi yang ada di fikiran anak itu, fikirnya.
“Kalian pasti pernah dikutuk menjadi es sebelumnya...”
Jaehyun kaget dengan ucapan Sefia. Maksudnya? Apa hubungannya? Tunggu, sedingin es? Apa dia fikir Jaehyun dan saudaranya sudah dikutuk oleh mamanya sendiri? Lancang sekali anak ini dalam berfikir. Apa dia terlalu banyak nonton film kartun? Kenapa pikirannya kekanak-kanakan sekali?
Jaehyun menyesali sudah datang menjemputnya malam ini. Harusnya dia biarkan saja Sefia tidur di rumah sakit. Siapa tahu ada dokter baik yang mau memperbaiki manusia rusak mesin sepertinya. Anak itu sangat jauh berbeda dengan saudara kembarnya di rumah. Ngidam apa mamanya dulu sampai hasilnya seperti ini?
Bukan hanya berhenti sampai situ. Sepanjang perjalanan Sefia terus mengoceh membicarakan hal-hal yang benar-benar diluar perkiraan Jaehyun. Bahkan dia sendiri rasanya belum pernah mendengar pertanyaan itu sebelumnya. Mulai dari membahas teori bumi bulat hingga bagaimana ulat yang terpotong bisa tetap hidup kedua sisinya.
“Apa salah satunya jadi tidak punya otak? Atau sebenarnya semua cacing tidak punya otak?”
Heran, bingung, kaget, syok dan masih banyak lagi yang tidak bisa diucapkan oleh Jaehyun untuk menggambarkan gadis disebelahnya itu. Tapi entah kenapa celotehannya cukup menghibur bagi Jaehyun hingga dia tidak merasa terlalu tegang dan kaku saat bersama Sefia. Anak itu memang ramah, bahkan kelewat ramah sehingga Jaehyun sempat ingin mampir di supermarket untuk membeli lakban lalu menutupi mulut Sefia.
“Anak ini benar-benar...”
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (✓)
De TodoSefia. gadis dengan sejuta pesona dan keunikan itu ternyata juga menyimpan rahasia besar yang sangat sulit ditebak oleh orang lain. apa rahasia itu? dan bagaimana dia bisa membuat semua hal berubah dengan mudah? (Lengkap)