one upon a time

80 12 0
                                    

Flashback...


Sefia yang seharusnya berada di airport kini malah berlari memasuki perkebunan terbengkalai itu. Rumput yang sudah meninggi yang bisa saja menyimpan hewan berbisa sama sekali tidak difikirkan ya. Yang dia inginkan adalah menyelamatkan Soobin, kekasihnya.

Dia segera memasuki gudang tua di tengah perkebunan itu dan langsung saja emosinya tersulut melihat Soobin terikat dengan wajah penuh memar. Di dekatnya berdiri seorang pria dengan wajah setengah rusak menyeringai ke arahnya.

“Sefia...!! Kenapa kamu kesini! Ini hanya jebakan!” teriak Soobin yang langsung mendapatkan tamparan keras dari pria itu.

“kak Zen... Tolong lepasin Soobin. Sekarang aku udah disini jadi lepasin dia. Dia gak tau apapun!”

Pria bernama Zen itu tertawa puas melihat ketakutan di wajah Sefia.

“Siapa bilang dia tidak tahu apa-apa? Kalian berdua sama saja! Kalian yang membuat adikku bunuh diri!” bentaknya membuat Soobin sedikit tersentak.

Jujur saja baik Soobin maupun Sefia tidak tahu apa masalahnya. Yang mereka tahu, adik dari pria bernama Zen itu adalah sahabat mereka yang bunuh diri entah karena apa. Mereka hanyalah anak-anak SMP yang baru saja menyelesaikan ujian kelulusan. Bahkan Soobin masih menggunakan seragam sekolahnya karena tadi menemani Sefia bersiap sebelum ke bandara untuk menjenguk saudaranya di luar negeri.

Namun sial tak dapat di relakan, setelah mobil Sefia pergi dan Soobin pulang, diperjalanan Zen malah memukulnya hingga membuat Soobin sempat pingsan dan terbangun di sana.

“kalian adalah pembunuh! Andai saja nilaimu lebih kecil sedikit darinya, dia pasti masih bisa mendapatkan beasiswanya untuk bersekolah. Kamu adalah anak orang berada! Kamu tidak membutuhkan beasiswa untuk bersekolah disana. Tapi adikku? Dia hanya anak yatim piatu! Dan...kamu!”

Zen menunjuk ke arah Soobin.

“Seharusnya kamu peka pada perhatian adikku! Dia menyukaimu sejak lama. Sejak kalian masih disekolah dasar. Tapi kenapa kamu malah berpacaran dengan gadis yang juga sahabatnya dan membuat adikku kehilangan semangatnya untuk bertahan hidup! Kalian berdua pem-“


Bbbuuuggghh...!!!


Sebuah pukulan mendarat di wajah pria itu membuatnya jatuh tersungkur. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Sefia. Selain jago dalam hal kecerdasan, dia juga jago dalam hal bela diri. Tidak sebentar, dia bahkan sudah ikut bela diri sejak masih berusia 5 tahun. Tangan dan kakinya sudah kebal digunakan untuk menyerang lawan.

Sefia memberikan pisau yang terjatuh dari tangan pria itu pada Soobin untuk memotong tali pengikatnya sementara Sefia terus mengawasi pria kurus itu.

“Apa yang kak Zen lakuin ini salah. Ini penculikan dan kekerasan. Kak Zen harus dibawa ke kantor polisi!” ucap Sefia dengan suara menggelegar di gudang kosong itu.

“kak Zen sudah memukulnya. Maka aku bersumpah akan membawa kak Zen ke kantor polisi tepat dihadapannya!”

Zen bangkit dan menyerang Sefia namun selalu gagal karena gadis itu memang terlampau lincah dan kuat. Bahkan pukulan Zen saja bisa ditahannya dan langsung membanting Zen hingga pria itu terlihat tidak bergerak lagi.


“Sefia...!!”


Sefia menoleh dan langsung berlari ke arah Soobin yang sudah terlepas dari pengikatnya. Mereka langsung berpelukan karena jujur Sefia ketakutan juga menghadapi posisi seperti ini. Tapi nyalinya benar-benar kuat saat melihat wajah Soobin yang babak belur tadi.

“kamu gak apa-apa? Ini...sakit?” tanya Sefia sambil menangkup wajah Soobin membuat pria itu tersenyum melihat wajah panik kekasihnya itu.

“aku usaha minta supir buat nelfon polisi kesini. Dia ada di atas dan mereka pasti cepet Sampek...” ucap Sefia namun dengan air mata yang menetes dan tubuh gemetar. Soobin bisa merasakan dari kulit tangan Sefia yang mendingin membuktikan bahwa gadisnya itu ketakutan setengah mati. Segera dia melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada tubuh Sefia.

“kalau gitu semua udah baik-baik aja. Udah...jangan takut lagi...” ucap Soobin sambil membelai rambut Sefia. Rambut kesukaan Soobin yang dia tidak suka dilihat pria lain.

Soobin sangat sering meminta Sefia menutupi rambutnya karena baginya rambut terurai pacarnya malah membuatnya makin cantik dan menjadi pusat perhatian. Dia tidak menyukai pria lain menatap pacarnya.

“Kita harus cari sesuatu buat-“

“Sefia...!!”

Soobin memeluk Sefia dan memutar posisi tubuh mereka hingga terdengar suara hantaman keras mengenai kepala Soobin.

“Soobin...!!!”


*”*”*”



“Pasien sudah tidak ada. Keluarganya mengatakan ingin memindahkannya ke rumah sakit lain...”

Jawaban suster tersebut membuat Sefia dan mamanya kaget. Mereka pergi tanpa memberi tahu Sefia sama sekali. Sefia sadar. Sejak kejadian itu, Soobin mengalami koma dan orang tuanya menyalahkan Sefia atas segalanya yang terjadi pada putranya.

Kak Zen? Dia berhasil kabur saat Sefia panik melihat Soobin berdarah dan pingsan dipelukannya yang lantas menjadikannya buron.

“m-ma... So-Soobin ma...”

Sefia terisak dalam pelukan mamanya yang sama kagetnya dengannya. Soobin anak yang baik Dimata Clara. Mereka saling mengenal karena putrinya itu tidak pernah menyembunyikan apapun dari dirinya.

Soobin sering berkunjung untuk belajar bersama atau liburan bersama mereka. Tapi kini anak itu dibawa pergi entah kemana oleh orang tuanya yang jelas dia tahu tujuannya untuk menjauhkan Soobin dari Sefia.

“Tenang sayang...tenang... Kita pasti bisa menemukannya lagi. Kamu pasti bisa bertemu dengan Soobin lagi. Kamu harus yakin...”

Sefia mengangguk namun masih menangis diperlukan mamanya. Siapa sangka, itu adalah hari dimana Sefia bersumpah akan menemukan kekasihnya dan menyeret pria itu tepat dihadapan Soobin dan keluarganya untuk membuktikan dia akan membalaskan dendamnya.


Flashback end
.
.
.
.

.

Different (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang