warna

88 11 0
                                    

Sefia dan Tias tertawa sementara Bram menggeleng pelan. Di lain sisi, tiga pemuda lain terdiam keheranan mendengar cerita Sania.

“anak itu benar-benar luar biasa tingkahnya...” Tias menyeka air matanya yang keluar karena tertawa.

“siapa yang mengajarinya melakukan itu? Dia bahkan tidak mencoba menghindar sama sekali. Malah meladeni anak brandal itu...”

Bram sudah tidak habis fikir membayangkan tingkah putrinya itu sementara di lain sisi Jaehyun sudah mengepalkan tangannya. Kesal dan cemburu. Itulah yang dia rasakan sekarang. Pagi tadi, Jungkook. Sekarang anak bernama Jeno itu. Kenapa kisah cintanya harus dibayang-bayangi ketakutan kehilangan Sefia bahkan sebelum bisa memilikinya?

Tias mengusap kepala Sania dan tersenyum teduh.

“kamu bahagia bisa bersama Sefia?”
Sania mengangguk semangat.

“aku gak ngerasa kesepian lagi. Dia selalu jaga aku disekolah dan juga bantu aku buat belajar materi yang aku gak ngerti. Bahkan dia jauh lebih ahli rasanya dalam menjelaskan daripada guru mapel disekolah. Singkat dan ebih mudah dimengerti...”

Tias menoleh pada Bram dan dibalas senyuman oleh Bram. Dia merasa seharusnya sejak awal dia menolak memisahkan Sefia dan Sania. Mereka diciptakan memang untuk saling melengkapi.

“Sefia sangat menyayangimu,kamu harus ingat itu Sania. Dan kamu harus juga menjaga perasaannya. Kita masih belum tahu masalah apa sebenarnya yang terjadi padanya dan papa harap kamu juga jangan sampai menyakitinya...”

Sania mengangguk faham.

“iya pa. Aku bakal inget itu...” jawabnya sambil tersenyum. Iya. Kini dia lebih murah senyum dan banyak bicara.

“Kalau terjadi sesuatu disekolah pada kalian, segera hubungi kami. Oke?”

“oke kak Mingyu!”

Mingyu dan Sania bertukar senyum dan melanjutkan makan mereka.
Bram melihat sekeliling dan merasa lega. Keluarganya terasa lebih normal sekarang. Tapi, pikiran itu masih mengganggunya.

“Apa yang terjadi sebenarnya?”










































Kun membuka pintu kamar gelap remang-remang itu. Denga cepat aroma lavender dari kamar Sefia seakan menyeruak hingga bisa memenuhi ruang tamu.

“Sayang?”

Sefia yang tengah melukis di ipadnya menoleh dan tersenyum.

“Gege...ada apa? Apa Gege perlu bantuan?”

Kun menggeleng dan mendekati gadis yang masih terduduk di dekat jendela itu. Sekali lagi gambar dengan tema gelap dibuat oleh adiknya.

“tidak bisakah gambarmu ditambahkan warna? Gege selalu melihat warna itu dan Gege sudah bosan...”

“tapi aku masih belum punya warna yang aku suka untuk lukisanku,ge...”

Kun menghela nafas panjang dan merangkul bahu Sefia supaya menyender padanya.

“Kamu belum menemukannya?”

“bisa dibilang begitu...” jawab gadis itu lirih. Matanya kini terpejam di depan dada Kun. Sedangkan tangan Kun terus membelai rambutnya.

“Boleh Gege mengatakan sesuatu?”

“tentang apa?”

“Jaehyun...”

Sefia mengangguk pelan.

“dia menyukaimu...”

“...”

“gege bisa melihat itu. Gege juga pria sama sepertinya dan Gege tahu dia sudah jatuh cinta padamu...”

“Lalu apa yang Gege ingin aku lakukan?”

“buka hatimu untuknya dan lupakan masa lalu sayang...”

“Dia bahkan belum menemukanku begitu juga denganku. Bagaimana aku bisa yakin dia sudah bukan milikku lagi?”

“Kamu sudah lama mencarinya dan belum juga menemukannya. Gege lelah melihatmu seperti ini...”

“Aku sudah menemukan raganya ge. Hanya saja dia yang belum menemukanku. Aku juga masih berusaha menemukan jiwanya yang dulu...”

Kun terdiam sejenak.

“Bagaimana bisa dia belum menemukanmu?”

“entahlah, aku juga belum yakin. Tunggu sebentar lagi. Setelah dia menemukanku, akan aku selesaikan semuanya dan kalian tidak perlu lagi khawatir padaku...”

“bagaimana jika dia tidak mau lagi bersamamu?”

Hening sejenak.

“Maka aku akan memikirkan ucapan Gege tadi...”

“Dia bukan pilihan, sayang...”

“ Gege sendiri yang memulainya lebih dulu...”

Kun hanya bisa menghela nafas panjang. Keputusan adiknya itu sudah tidak bisa diganggu gugat lagi.

“ge...”

“iya sayang?”

“bisa temani aku tidur malam ini. Aku takut...”

Kun mengangguk pelan.

“apa perlu kita mengajak Lucas?” tawar Kun sambil menahan tawanya.

“Jangan! Aku gak mau kita berakhir di lantai nanti...”

Kun tertawa dan mempererat pelukannya pada Sefia.

“jika bukan karena Gege menyayangimu, Gege akan mengabaikan untuk membantumu...”
.
.

.
.
.

Different (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang