TSD (12) : Malam Panas

61.8K 445 25
                                    

Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.

~~~~~^^^^^~~~~~

Bella memekik ketika tubuhnya dihempaskan ke ranjang dengan cukup kasar oleh Xavier. Ia lantas berusaha berdiri dan mendorong Xavier agar menyingkir. Namun, pria itu terus balik mendorongnya. Bella kalah kuat hingga pada akhirnya ia pasrah berbaring dengan dada yang naik turun. Perlawanan yang ia lakukan sama sekali tidak ada artinya untuk Xavier.

"Aku ingin beristirahat malam ini, Xavier," ucap Bella dengan penuh penekanan.

"Tidak ada kata istirahat untuk malam ini karena kau telah berbuat kesalahan besar, sweetie," ucap Xavier. Bella memicingkan mata.

"Kesalahan apa, Xav? Pergi ke pesta lalu berciuman dengan seorang pria? Itu sama sekali bukan kesalahan. Justru, apa yang sedang kau lakukan ini yang kesalahan," ucap Bella. Xavier menaikkan sebelah sudut bibirnya.

"Aku tidak peduli. Apa yang menurutmu salah belum tentu salah dimataku," ucap Xavier. Bella menggeleng kecil. Xavier sangat gila.

"Apa yang akan kau lakukan, Xav?" Tanya Bella saat Xavier membalikkan tubuhnya dan menyatukan kedua tangannya.

"Diam dan nikmati," perintah Xavier. Bella berusaha lepas, namun lagi-lagi ia kalah dengan kekuatan Xavier.

"Kenapa kau mengikat tanganku, Xav? Apa yang sebenarnya akan kau lakukan?" Tanya Bella. Xavier hanya diam dan mengangkat rok Bella hingga ke perut. Ia juga merobek celana dalam Bella hingga milik Bella terpampang jelas di depan matanya.

"Nghh," lenguh Bella saat Xavier menjilati miliknya dengan brutal.

"Tidak ada yang bisa memberikan kenikmatan seperti diriku, Bell," ucap Xavier. Bella mendengus mendengar itu.

"Kau pikir, kau sehebat itu?" Cetus Bella. Mata Xavier menyipit. Dia tersinggung dengan ucapan Bella.

"Akan aku buktikan kalau aku memang sehebat itu, Bell," ucap Xavier sebelum memasukkan miliknya ke dalam milik Bella dengan cepat dan buru-buru. Bella memekik cukup keras karena kaget. Ia hendak memaki, tetapi tidak sempat karena Xavier langsung bergerak dengan cepat.

"Bagaimana kalau aku tidak memberimu pil, Bell?" Tanya Xavier. Bella melotot.

"Kau gila!? Aku bisa hamil," pekik Bella dengan susah payah. Xavier malah tersenyum miring.

"Bukankah itu bagus? Jadi, kau bisa mewakili Ibumu untuk memberikan anak untukku," ujar Xavier. Bella menggelengkan kepala. Xavier tertawa kecil.

"Jangan gila, Xav!" Teriak Bella. Xavier malah kembali tertawa. Kemudian, ia berhenti bergerak dan mencabut miliknya. Ia melepas ikatan tangan Bella dan membalik tubuh wanita itu.

"Aku serius, Bell. Aku ingin kau hamil. Kau masih muda. Pasti tidak sulit memiliki keturunan darimu," ucap Xavier. Bella menganga.

"Kau benar-benar sudah tidak waras! Kalau aku hamil, bagaimana caranya aku menjelaskan kepada Mom? Apa aku harus mengatakan padanya kalau dia akan memiliki cucu dari suaminya sendiri?" Tanya Bella. Xavier menaikkan sebelah sudut bibirnya.

"Aku mungkin tidak waras menurutmu. Tetapi, aku tidak sebodoh dirimu. Saat Grace tahu kau hamil, kau bisa mengatakan bahwa kau berhubungan dengan pria asing saat pesta di kelab. Jadi, kau tidak perlu membongkar tentang hubungan kita," jelas Xavier.

"Aku tetap tidak mau! Setelah kau memakai tubuhku sesukamu, kau ingin menjadikanku mesin anak? Dimana otak dan hati nuranimu, Xav? Kau pikir hamil itu gampang? Apalagi sembari membawa rahasia besar. Aku tidak mau menjadi semakin bodoh dengan mempertaruhkan nyawa dan reputasiku demi keinginanmu itu," tegas Bella.

The Step-Dad ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang