TSD (22) : Sebuah Keresahan

8.3K 234 15
                                    

Tinggalkan vote/komen bila sudi.
Happy reading.

^^~^^

Bella merasakan mual yang luar biasa ketika masih enak terlelap. Ia pun buru-buru berlari ke arah kamar mandi. Dia berusaha untuk memuntahkan isi perutnya. Namun, tidak ada apapun yang keluar. Bella hanya memuntahkan angin. Mendadak tubuhnya terasa sangat lemas. Ia pun terduduk di atas closet sembari memegangi kepalanya. Bukannya membaik, Bella merasa bahwa sakitnya ini malah semakin parah. Dia bahkan merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhnya.

Bella menunduk cukup lama sebelum berdiri. Dia mencuci wajahnya di wastafel sebelum menatap cermin. Dia lantas melihat ke arah perutnya. Otaknya menciptakan sebuah pemikiran buruk. Tetapi, ia lantas tertawa seakan ada sebuah hal yang konyol.

"Tidak mungkin sperma Xavier berkembang. Aku selalu mengonsumsi obat pencegah kehamilan," ujar Bella. Dia kembali duduk di atas wastafel dan merenung. Meskipun dia sudah menghibur dirinya sendiri, kekhawatiran itu tetap ada.

"Pasti hanya sakit biasa. Otakmu saja yang berlebihan, Bell," monolog Bella. Ia lantas memilih untuk mandi dan bersiap untuk ke sekolah.

Bella merasakan tubuhnya menjadi sedikit lebih segar saat selesai mandi. Ia pun memakai baju terusan berwarna krem dipadukan dengan cardigan putih. Setelah itu, ia keluar kamar sembari membawa tas. Ia memberikan senyuman hangat pada Grace dan Xavier yang sudah lebih dulu ada di ruang makan. Dia mengambil duduk di seberang Grace sembari mengambil sereal.

"Kata Xavier, semalam kau sakit. Kenapa kau mau pergi bersekolah?" Tanya Grace. Bella yang tengah menuangkan susu pun tersenyum tipis.

"Aku sudah merasa lebih baik," jawab Bella.

"Kau yakin? Wajahmu masih pucat." Xavier ikut bertanya.

"Tentu saja, Xav. Aku sudah bilang semalam bahwa pagi ini pasti membaik," jawab Bella.

"Xav? Kau memanggil Xavier dengan namanya?" Grace tampak kaget. Bella pun ikut kaget saat sadar dirinya salah memanggil Xavier.

"Hm, aneh sekali. Selama ini kau selalu tidak mau memanggil Xavier dengan sebutan Daddy dan keukuh memanggilnya Uncle. Tapi, mendadak kau memanggilnya Xav. Sejak kapan kalian akrab?" Ungkap Grace. Bella malah terlihat panik. Bukankah sikapnya ini bisa semakin memancing kecurigaan Grace?

"Sejak kembali dari rumah orang tuamu kami menjadi lebih akrab. Kami bercerita banyak hal dan saling mengenal satu sama lain. Kami juga membahas tentangmu, sayang," jelas Xavier. Bella sedikit lega. Xavier membantunya kali ini.

"Oh, begitu, ya. Tapi, aku benar-benar baru menyadarinya. Kalian tetap terlihat jauh saat di rumah. Baru kali ini aku melihat Bella bisa sehangat itu padamu," ucap Grace.

"Sebelumnya Mom sering kelelahan. Jadi, tidak terlalu peka," ucap Bella.

"Hm, betul juga apa katamu," ucap Grace. Bella merasa sangat lega. Grace tampak begitu percaya dengan ucapannya dan Xavier. Bella pun mulai menikmati sarapannya.

"Bell, lebih baik kau berangkat bersama Xavier karena kondisimu sedang tidak terlalu baik," ucap Grace. Bella melirik Xavier. Pria itu tampak melempar senyum.

"Hm, iya," jawab Bella. Grace tersenyum tipis. Dia benar-benar bertindak selayaknya seorang Ibu. Rasanya sangat aneh untuk Bella, padahal itu hal yang baik.

Setelah selesai sarapan, Bella pun berangkat bersama Xavier. Mereka langsung saling tersenyum karena secara tidak langsung, Grace memberikan ruang untuk mereka. Bella benar-benar sudah terlena hingga lupa bahwa seharusnya ia tetap berusaha menjauh secara perlahan dari Xavier. Memang susah jika sudah menyangkut cinta pertama.

The Step-Dad ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang